Tidak ada kata yang bisa digunakan untuk menggambarkan perasaan Kenneth malam ini.
Gugup? Nervous? Ah itu sama saja!
Yang jelas ia tidak bisa menyembunyikan kalau telapak tangannya berkeringat sejak tadi. Ia bahkan sulit untuk mengetuk pintu di hadapannya. Oksigen disekitarnya seakan menipis saat pemikiran mengenai malam ini menyapa kepalanya.
"Ayolah, Ken. Lo bukan mau merawanin gadis malam ini. Lo ngapain gugup kayak anak kambing mau disembelih gini?" Gerutu Kenneth mencoba menguatkan batinnya. "Didalem sini itu tunangan lo, bukan hantu. Tinggal ketok, gandeng, bawa ke mobil!" Ia masih berbicara sendiri sambil menarik nafas dan membuangnya berkali-kali.
"Aduhhh gue panik!" Ia melangkah mundur dan berjongkok sambil memukul kepalanya.
Namun ketika sadar kalau pakaian yang ia kenakan sangat mudah lecek kalau ia berjongkok terlalu lama, akhirnya ia kembali berdiri dan mencak-mencak ditempatnya.
Kenneth sudah rapih dengan setelan kemeja merah, lengan yang digulung hingga siku, gel rambut yang membuat rambutnya tertata rapih. Meski sederhana, tapi ia yakin dengan penampilannya hari ini.
"Oke, tarik nafas..." ia menarik nafas sesuai dengan instruksi yang ia ucapkan lalu menghembuskannya perlahan. "Ketok ken, Ketok." Suruhnya, namun tangannya enggan menurut.
Ia merasa tidak pernah senervous ini bahkan saat menghadapi pemegang saham sekalipun.
Yang ia hadapi kali ini adalah tunangannya, orang yang akan menjadi istrinya, bukan malaikat pencabut nyawa.
"Haduhhh... doa dulu deh doa." Putus Kenneth yang membelakangi pintu Apartemen Alleira dan berkomat kamit memanjatkan doa sambil bersimpuh.
Kakinya terasa tidak bertenanga hingga ia memutuskan untuk bersimpuh di tempatnya berdiri.
Belum selesai doa ia panjatkan, suara Alleira di balik tubuhnya membuatnya beku seketika.
"Kamu ngapain berlutut disitu, Ken?" Tanya Alleira kebingungan melihat Kenneth berlutut membelakanginya.
Itu Alleira, kan? Bukan setan? Batin Kenneth bersuara.
"Kamu kenapa, Ken? Kamu sakit perut?" Tanyanya menghampiri Kenneth dan ikut berlutut dihadapan Kenneth.
Kenneth akhirnya melihat Alleira di hadapannya.
Alleira dengan balutan dress berwarna Merah muda yang memiliki potongan dada sedikit rendah hingga memperlihatkan belahan dadanya, rambut coklat bergelombang yang dibiarkan terurai serta make-up tipis yang mempertegas kecantikan yang sudah dimiliki oleh gadis itu.
Namun fokus Kenneth kali ini bukan kewajah Alleira, melainkan belahan dada gadis itu yang berada tepat di depan matanya.
"Kamu gak apa-apa kan, Kenneth?" Tanyanya sambil membelai lembut kedua pipi Kenneth.
Kalau iblis menguasai tubuh Kenneth, mungkin detik ini juga Kenneth akan menarik turun gaun itu mengikuti nafsunya berhubung dilantai ini hanya ada mereka berdua karena keluarga mereka masih berada di rumah sakit.
Kenneth mengerjap, menghilangkan pemikiran itu dan langsung berdiri. Alleira masih berlutut dan mengadah menatap Kenneth yang tiba-tiba bangun. Ia juga ikutan bangun dan merapihkan gaunnya.
"Kalau kamu gak enak badan, kita batalin aja makan malam hari ini." Usul Alleira yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Kenneth.
"Gak!" Serunya cepat. Now or never! Seru batin Kenneth. "A-aku cuman... ka-kamu... cantik." Ucap Kenneth kehilangan kata-katanya.
Alleira tersipu malu hingga pipinya merona merah. Membuatnya semakin terlihat manis dengan balutan gaun malamnya yang cukup terbuka itu.
Kenapa dia milih dress macam itu?! Rutuk Kenneth. Ia meringis dan berdiri dengan tidak nyaman akibat sesuatu yang mengeras dibagian bawahnya. Belakangan ini memang nafsunya mudah terpancing hanya dengan berdekatan dengan Alleira.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lady [#DMS 3.2]
Romance"SEQUEL IS IT LOVE? BY ANINDANA" CERITA DI PRIVATE. FOLLOW DULU BARU BISA BACA. "Let me love you, My Lady." Bisiknya ditelingaku. Bulu kudukku meremang dibuatnya, bersamaan dengan sentuhan hangat tangannya di pipiku. "In a Gentleman way..."...