18. The Return of a Medusa.

29.1K 2.9K 116
                                    

"Let me love you, My Lady..." Bisiknya ditelinga Alleira. Bulu kuduk gadis itu meremang dibuatnya, bersamaan dengan sentuhan hangat tangan Kenneth di pipinya. "In a Gentleman way..." tambahnya yang membuat gadis itu meragu akan perasaannya pada Kenneth yang pernah hilang.

Kecupan lembut mendarat di bibir Alleira.

Kenneth's POV

Aku hanya mengikuti kata hatiku untuk mengecup bibir Alleira. Tidak memaksanya seperti di lift tempo hari. Kali ini benar-benar karena terbawa suasana, bukan hanya sekedar ingin membungkam mulutnya saja dari segala omong kosongnya seperti di lift.

Alleira awalnya juga masuk dalam arus itu, namun ia sepertinya tersadar akan apa yang sedang kami lakukan, dan tangannya perlahan mendorong tubuhku.

Tapi aku tidak bergeming, aku masih berusaha menciumnya, karena aku merindukan bibir itu. Tapi aku tahu aku egois kalau memaksanya seperti ini, jadi aku mengalah dan membiarkan Alleira mendorong tubuhku hingga ciuman kami terlepas dan aku menatapnya sendu.

Alleira yang berhasil mendorong tubuhku, refleks hendak kembali melayangkan tangannya ke pipiku, tapi tanganya hanya tergantung diudara sambil menatapku. Matanya berkaca-kaca.

"Kamu mau menampar aku lagi?" Tanyaku pelan. Ia tidak menjawab, tapi hanya mengepalkan tangannya yang berada di udara. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan isakkannya. Aku menghela nafas, menunduk sebentat kemudian kembali menatapnya sambil memasang senyum. "Oke, kamu boleh tampar aku lagi. Tapi setelah itu, kamu dengerin ucapan aku, ya?" Tanyaku.

Aku menatap matanya dalam. Menunggu tangannya menamparku, tapi itu tidak terjadi. Alleira menurunkan tangannya dan terisak. Isakkan yang menyayat hatiku, mematikan seluruh sistem saraf tubuhku karena merasa kalau akulah alasan Air mata itu terjatuh.

Aku menarik tubuh Alleira perlahan, memeluknya, membiarkan ia menangis di pelukanku karena hanya itu hal yang bisa kulakukan untuknya.

Hingga aku merasa isakkan Alleira sudah mereda, dan dadaku juga sudah tidak merasa ada air yang berasal dari air mata Alleira lagi, aku melepaskan pelukanku.

"Maaf, aku tidak bisa." Ucap Alleira sebagai kalimat pembukanya setelah lama ia diam.

"K-kenapa?" Tanyaku, "kenapa, Al?" Aku tanpa sadar mencengkram bahunya.

"Aku udah mutusin untuk melupakan semuanya, Ken!" Seru Alleira setengah berteriak. "Apa yang akan didapat selain jawaban atas pertanyaan dikepala kamu kalau kita bisa ingat lagi, hm?" Tanyanya sambil menatapku. "Itu tidak akan mengubah kenyatan kalau..." Alleira tidak melanjutkan ucapannya.

"Kalau?" Ulangku menunggu.

"A-aku ke kamar cek mereka dulu." Alleira berdiri, dan aku tahu dia ingin menghindari obrolan kami.

Aku menarik lengannya hingga ia kembali berada di hadapanku saat ini dan aku lagi-lagi melihat matanya berkaca-kaca, tajam menatapku.

"Ingatan kita gak akan mengubah apapun, Kenneth!" Serunya melepas cekalan tanganku dengan kasar.

"Kenapa gak bisa, Alleira? Kamu jelasin ke aku supaya aku ngerti alasan kamu!" Seruku tak kalah keras darinya. Tapi aku berani bersumpah kalau aku sama sekali tidak bermaksud membentaknya.

Alleira tertawa pilu dan menggeleng, "Gak seharusnya aku ada disini." Ucapnya pelan, "Yang seharusnya kamu minta tolong untuk merawat keponakan kamu itu bukan aku, tapi dia! Tunangan kamu yang akan mengandung anak kamu sebentar lagi, Kenneth!!!" Serunya sambil menunjuk kearah pintu.

"Aku tidak merasa pernah bertunangan dengan siapapun, Alleira." Ucapku tegas, "Dan aku tidak akan bertunangan dengan siapapun sebelum ingatan aku kembali! Lagi pula, aku tidak pernah melakukan apapun dengan Alyssa, Al. Meski aku tidak sadar, tapi aku yakin kalau aku dan Alyssa tidak melakukan apapun."

My Lady [#DMS 3.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang