A_16

59 2 0
                                    

"Setiap mata memiliki arti yang berbeda, namun jika satu mata harus memilih pasangannya dari mata yang lain maka bagaimana mata itu bisa memilih?"

~
A

Alvaro pov

Gue sengaja memilih tempat duduk yang tidak jauh dari jendela karena gue ingin mengamati Arsya yang sedang bicara di telfon diluar.

Beberapa kali gue mengangkat satu alis dan mengerutkan kening, Arsya sepertinya marah besar karena dari gaya bicaranya dia seperti berteriak.

Fikiran gue semakin bingung saat melihat Arsya masuk dengan tergesa-gesa dan membatalkan makan siang kami.

Namun dari wajahnya memang dia seperti cemas sekali seakan ada masalah besar, gue mencoba bertanya namun dia tidak mau menjawabnya.

Dia pun masih terlihat gelisah selama di perjalanan, nada bicaranya pun tidak se-santai tadi, gue membawa mobil gue dengan kecepatan penuh karena Arsya yang minta.

Sesampainya dirumah gadis itu pun dia langsung turun dari mobil tanpa berkata terima kasih ataupun sebagainya ia berlari menuju rumahnya.

Sedikit kecurigaan dihati gue, gue memarkirkan mobil gue di halaman kosong yang cukup luas karena gue ingin mencoba mengecek keadaan didalam rumah itu, namun tidak jadi karena tiba-tiba sebuah taxi datang dan Arsya pun naik kedalan taxi itu dengan membawa tas yang tidak besar.

Gue semakin penasaran, gue memutuskan untuk membuntuti kemana Arsya pergi.

Fikiran gue dibuat berfikir keras saat melihat taxi itu masuk kedalam bandara, gue terus mengikuti Arsya. Dia turun dari taxinya itu dan sedikit berlari masuk kedalam bandara.

Gue memberikan kunci mobil gue ke petugas valet parkir dan berlari mengejar Arsya, gue ingin bertanya ke gadis itu, Ada apa? Kenapa? Mau ngapain? Mau kemana? Namun gagal gue tidak berhasil menemukan gadis itu.

Gue berdecak kesal ditempat lalu kembali ke mobil gue, gue mencoba menghubunhi nomornya namun tidak diangkat, gue mengirim pesan di line, whatsapp namun tidak dibaca.

Kenapa gue jadi cemas gini sihh? Kenapa gue jadi peduli gini? Kenapa gue jadi kepo gini?.

***

Arsya pov

Semenjak Daddy menyuruh gue bergabung dalam perusahaan yang dipegang Brandon di France, semua kehidupan gue terasa lebih rumit.

Kini gue sudah berada didalam cabin pesawat jet milik perusahaan gue.

Fikiran gue sempat kalut karena gue menyadari kalau Alvaro membuntuti gue dari tadi, namun untung saja pengawal gue cepat tanggap dan membawa gue menghilang dari pandangan Alvaro dalam sekejap.

Gue kesal, gue tidak bisa mengontrol emosi gue karena ulah keluarga gue sendiri. Lihat saja sampai disana tak ada satupun orang yang tidak kena amarah Gue.

Assistant gue sudah mempersiapkan dress untuk gue menghadiri rapat nanti malam dan juga beberapa bahan untuk presentasi, karena sampai sana itu pasti sore jadi tidak akan ada waktu jika gue berleha-leha sekarang.

Selama seminggu gue akan menghilang dari kehidupan palsu gue dan kembali ke kehidupan asli, gue sudah meminta kak Gadis besok memberikan surat keterangan gue tidak masuk dengan alasan pulang kampung.

05.00 pm
Aéroport Paris-Charles de Gaulle

"Silahkan Princess" kata supir pribadi perusahaan yang menjemput gue
Kini gue sudah rapih untuk melaksanakan meeting

A For USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang