A_31

27 2 0
                                    

Soekarno Hatta Airport

Kini gue sudah tiba di Jakarta, gue mencari keberadaan Alfa, dan ternyata ia sudah menunggu di pintu kedatangan, Alfa melambaikan tangannya sembari tersenyum gue pun menghampiri nya.

"Cepat sekali fikiran mu berubah" katanya

"Bukan karena kamu, tapi karena aku rindu Indonesia" kata gue

"Iyadeh iyaa" serunya

"Aku lapar, mau makan di restaurant mu" kata gue

"Okee let's go!" serunya sambil menggenggam tangan gue dan berlari sehingga gue pun ikut berlari

Dari bandara kami langsung pergi menuju restaurant milik Alfa yang menjadi tempat gue bekerja selama ini, rindu sekali rasanya dengan suasana Indonesia, sesampainya disana ternyata cukup ramai dengan pengunjung.

"Wahhh Arsya kembali!!!" teriak beberapa karyawan dan gue pun tersenyum senang

Kami duduk di spot kesukaan gue, sembari menunggu makanan datang beberapa waiters yang sedang bekerja bolak balik melewati meja sembari bertanya kenapa gue lama gak datang?, dan apakah sekarang gue pacaran sama Alfa? Memang dasar cewe.

Usai makan Alfa mengantar gue kerumah, gue juga sangat rindu orang tua gue disini termasuk kak Gadis, dia yang paling khawatir sama gue.

Setelah berbincang-bincang dengan keluarga gue disini gue pun memutuskan untuk istirahat karena besok sudah mulai sekolah.

Kini malam telah berganti jadi pagi, gue terbangun dan bersiap-siap untuk sekolah, usai berseragam lengkap gue langsung berangkat menuju sekolah dengan menaiki Bus.

Sesampainya disekolah Alfa sudah menunggu didepan gerbang dengan wajah yang sangat ceria.

"Welcome to Arsya world! Selamat datang Arsya ku di dunia mu yang kejam ini hehehe" seru Alfa

"Terimakasih lohh" kata ku

Kami pun masuk kedalam sekolah, tak sedikit orang yang memandang gue heran tapi gur gamau ambil pusing.

"Yang lain mana Fa?" tanya Gue
"Mereka belum siap bertemu kamu" jawab Alfa

"Sepertinya aku harus menjelaskan ke mereka tentang yang kemarin aku jelaskan ke kamu deh Fa"

"Jangan, biar mereka tahu pada waktunya" jawab Alfa

"Hmm begitu, yaudah deh"

Yang benar saja selama pelajaran Alvaro dan kawan-kawan selain Alfa mereka sama sekali tidak mau menyapaku atau bercakap denganku, bahkan sesekali mereka memandangku sinis, bahkan Risty pun seperti menganggap ada.

"Sya mau aku antar pulang?" tanya Alfa yang kini berjalan menghampiri gue

"Gausah Fa, abis ini aku ada janji sama ka Gadis, kamu duluan aja" jawab gue

"Yaudah kalau gitu hati-hati ya, kalau ada apa-apa telfon aku, okay?!" kata Alfa dan aku hanya mengangguk sambil tersenyum kemudian Alfa pun mengacak rambutku sebentar lalu pergi menuju parkiran

Kini gue berjalan menuju suatu tempat yang diberi tahu ka Gadis, katanya ia ingin mentraktir gue makan enak sebagai perayaan kembali nya gue ke Indonesia.

Entah kenapa tiba-tiba perasaan gue semakin tidak enak, seperti ada yang mengikuti ku tapi gue hanya berfikir itu adalah halusinasi gue.

Belum jauh gue berjalan dari area sekolah gue mendengar suara bising kenalpot motor yang semakin lama semakin mendekat, dan dalam hitungan menit suara kenalpot itu semakin berisik ditelinga gue dan pada akhirnya gue merasakan tubuh gue tertabrak benda keras lebih tepatnya tubuh bagian sebelah kiri gue sehingga membuat gue terpental kearah kanan jalan, rasanya sakit sekali, gue dapat melihat kalau tubuh gue akan menghantam terotoar, sebisa mungkin gue mencoba agar kepala gue tidak terbentur dan akhirnya tubuh gue pun terjatuh ke tanah, sakit hanya rasa sakit yang bisa gue rasakan hingga pengelihatan gue pun mengkabur dan pendengaran gue pun mulai menurun, hanya masih terdengar beberapa siswa sekolah gue berteriak nama gue dan meminta tolong sampai pada akhirnya gue memutuskan untuk memejamkan mata.

Alvaro pov

Hari ini dia kembali ke Indonesia, kenapa dia harus kembali disaat gue sudah jatuh seperti ini?! Rasanya kesal, benci, muak saat melihat wajahnya.

Berani sekali dia mempermainkan perasaan gue, disaat gue sudah benar-benar jatuh Cinta sama dia justru dia malah menghancurkan perasaan itu sehancur hancurnya, cukup sudah gue gak akan lagi membiarkan hati gue dibodohi oleh dia, gak akan pernah mau lagi gue mengenal dia.

Tring!!

Notif pesan dari nomor yang tidak dikenal

+62571xxxxxxxx
Kalo lo gak terima tantangan gue gue bakal cari pacar lo dan gue bakal celakain dia! Gue gak main main kali ini brengsek!!!!

Me
Silahkan saja lo cari pacar gue sampe ke penjuru dunia, gue gapunya pacar bangsat!!!

+62571xxxxxxxx
Mustahil seorang bajingan kaya lo gapunya pacar, bakal gue cari gebetan sampe mantan lo, gue bakal hancurin dia!!!

Me
Silahkan.

Dasar keparat! Gue gangerti lagi sama si brengsek itu berani-berani nya mereka mengancam gue sampe mau nyelakain cewe gue, punya cewe juga engga gue, haduhh emang ada-ada aja.

Hingga pulang sekolah gue tidak bicara bahkan menatap Arsya, gue melihat Alfa seharian ini bersama dengan Arsya, entah apa yang dia jelaskan ke Alfa sampai membuat Alfa pun luluh olehnya, dan sepertinya Alfa akan mengantar Arsya pulang karena Alfa saat pulang tampak menghampiri Arsya.

+62571xxxxxxxx
Lo gak ada niat buat berubah fikiran nih? Cewe lo bakal dalam bahaya

Me
Udah gue bilang gue gapunya cewe satt!!

+62571xxxxxxxx
Oke kalah gitu, kalau gur nyelakain orang ini gamasalah kan? Dalam beberapa menit cewe ini bakal celaka

(Send pic)

Kok gue kayak kenal orang yang di foto itu ya? Tas pink? Bukannya punya Arsya? Ehh itu rambut Arsya! Ya benar itu Arsya! Astagaa! Arsya dalam bahaya!! Dia dimana sekarang?! Gue harus cepat sebelum terlambat.

Gue berlari menuju luar sekolah karena sepertinya Arsya belum jauh dari lingkungan sekolah, namun saat gue sudah didepan sekolah sudah ramai orang-orang, beberapa teriak meminta tolong dan yang paling bikin gue semakin panik adalah orang-orang yang berteriak nama Arsya, rupanya gue sudah terlambat, gue melihat Arsya sudah terkapar di tanah dengan darah yang berceceran di trotoar, dengan sigap gue langsung berlari menghampiri tubuh Arsya tak lupa gue menelfon ambulance sekolah.

"Sya!! Arsya!!! Bangun Sya!!" teriak gue

Selang beberapa menit ambulance sekolah pun datang, Arsya pun diberikan pertolongan pertama saat itu namun petugas memerintahkan kalau Arsya harus segera dibawa ke rumah sakit, gue pun menemani Arsya didalam ambulance.

Kini gue hanya bisa memanggil namanya dan menggenggam tangannya, sedangkan gadis itu hanya terbaring, terpejam, bahkan nafas pun kini ia dibantu dengan alat, petugas lainnya sibuk memasang cairan infus pada tangan Arsya, baru kali ini gue merasakan panik seperti ini.

Kini Arsya tengah dalam pemeriksaan, gue menunggu dikursi luar dengan kondisi tubuh gemetar dan rasanya berat sekali untuk bernafas, hingga dokter keluar dari ruangan itu sambil melepas masker yang ia pakai.

"Gimana dok kondisi teman saya?!" tanya gue panik

"Bisa anda hubungi keluarganya sekarang? Karena saat ini kondisi nona Arsya sangat parah, kondisinya saat ini sedang dalam keadaan koma, ada beberapa hal yang harus saya bicarakan dengan wali nya menyangkut penyakit yang dimiliki nona Arsya" jelas dokter itu

"Penyakit? Ahh, Baik dok saya akan hubungi keluarga nya sekarang" jawab gue

"Baiklah tolong sampaikan kepada wali dari pasien untuk bertemu saya diruangan ya" kata dokter itu kemudian ia pergi

Kini pusing gue makin terasa karena gue bingung ingin memberitahu siapa, gue gapunya kontak keluarganya.

"Ahh gue telfon Alfa dan minta dia buat jemput keluarga Arsya sekalian" pikir gue

Gue pun langsung menelfon Alfa

A For USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang