A_32

35 3 3
                                    

Alfa pov

Jantung gue hampir copot saat mendengar kabar dari Alvaro, terasa seperti mimpi buruk namun Alvaro sampai menangis saat bicara di telfon.

Baru kemarin Arsya bercerita tentang masa koma nya yang selama lima tahun, dan sekarang hal itu terjadi lagi, bagaimana ini bisa terjadi?? Bagaimana kalau kali ini Arsya tidak bangun? Gue gak sanggup untuk membayangkan semua itu, gue pun langsung memberi kabar ini ke kedua orang tua Arsya yang di sini dan di London namun untuk menghubungi keluarganya yang di london gue meminta assistant yang menemani Arsya kemarin untuk memberi tahu keluarganya, mereka semua pun sangat kaget mendengar itu, katanya orang tua Arsya sudah mengurus semuanya dan segera Arsya akan dipindahkan ke rumah sakit yang ada di London.

Gue pun langsung pergi menuju rumah sakit untuk melihat secara langsung kondisi Arsya, sesampainya disana gue langsung melihat Alvaro yang tengah menangis, gue berjalan menghampiri nya, tampak sangat jelas tubuh Alvaro sangat gemetar, gue langsung duduk disamping nya.

"Gimana ceritanya?" gue masih mencoba tenang meski gue sangat panik

"Jangan maafin gue Fa, gue emang berengsek, gue gatau kalo mereka bakal jadikan Arsya sebagai targetnya, gue gatau mereka tau darimana kalau gue pernah dekat sama Arsya, gue gak kepikiran sampai situ Fa, gue juga gabisa cepat menggagalkan aksi itu" jelas Alvaro sambil menangis

"Siapa mereka?!" tanya gue dengan emosi yang sudah memuncak

"Mereka geng yang gue tonjok di club, gue gatau kalau bakal sampai separah ini Fa" jawabnya

"Apa?!! Berani-berani nya lo!!" teriak gue lalu menarik kerah baju Alvaro hingga dia pun berdiri

"Lo tuh berengsek banget ya!!! Lo yang udah buat dia sampe pergi selama ini!! Lo yang buat dia dibenci satu sekolah!! Lo yang buat dia sakit hati!! Dan sekarang lo yang buat dia sampe koma?!! Gue gak akan pernah maafin lo!!! Gue rasa pertemanan kita cukup sampai sini aja Ro, selama ini gue udah coba buat tahan sama sikap lo tapi ternyata lo semakin lama semakin berengsek! Kalo lo gasuka dia yaudah tinggalin!, kalo benci dia yaudah lepasin! jangan sampe lo buat dia menderita kayak gini!! Lo tuh gatau apa-apa berengsek!!" kekesalan gue memuncak dan di akhir kata gue langsung menonjoknya hingga dia terjatuh ke kursi

"Lo boleh tonjok gue sepuas lo Fa" kata Alvaro namun gue mencoba untuk menguasai emosi gue

"Apa nama geng mereka?" tanya gue

"Lo mau apa Fa?"

"Gue gak akan biarin orang yang buat Arsya sampai kayak gini dia masih bisa hidup normal!, cepat bilang siapa mereka?!"

"Geng Gagak Fa" jawab Alvaro

Gak pakai waktu lama gue langsung menghubungi kakaknya Arsya yang laki-laki, gue dapat nomor telfonnya karena tadi ia sendiri yang menelfon gue lebih dulu untuk memastikan keadaan Arsya dan juga ia yang menyuruh gue untuk mencari tau siapa penyebab ini semua.

"Hallo Brandon, it's me Alfa, now I know who is the mastermind of all this, I will send the name and location of their headquarters, please fix them immediately, do not make them live in full body condition, okay?! Thanks bro"

"Lo nelfon siapa? Siapa dia?!" tanya Alvaro

"Orang terpenting Arsya yang bakal buat lo sengsara nantinya" jawab gue

"Gue gak akan biarin lo ketemu sama Arsya lagi Ro! Gak akan pernah! Mending lo pergi sekarang juga! Lo tuh gak guna, dan kini gue sudah berfikir sepertinya hubungan persahabatan kita cukup sampai sini aja, gue gamau kenal sama orang se berengsek lo lagi" kata gue

Gue meninggalkan Alvaro yang masih mematung, gue pergi ke ruang ICU lalu mengenakan baju O.K untuk masuk kedalam ruangan ICU, disana terlihat tubuh Arsya yang tengah terpasang beberapa alat yang digunakan untuk membantunya bertahan hidup.

"Sya, bangun Sya" ucapku sambil menitikkan air mata

"Kamu gak akan koma sampai lima tahun lagi kan?"

"Aku gabisa Sya ditinggal kamu, aku gak siap dan gak akan pernah siap"

"Aku mohon Sya kamu bangun"

"Aku gak akan pergi ninggalin kamu lagi Sya, aku gamau kamu kenapa-napa"

Sore itu keluarga Arsya datang untuk melihat kondisi Arsya, mereka sama sekali tak percaya dengan apa yang gue ceritakan tentang penyakit Arsya, kak Gadis dan Ibu Arsya masih saja menangis, sedangkan Alvaro baru saja pulang setelah berbincang dengan Ayah Arsya, malam itu juga keluarga kandung Arsya datang, mereka sudah mengurus segalanya, mereka pun memutuskan untuk membawa Arsya ke london, Arsya akan dirawat disana, gue tidak bisa berkomentar apapun karena itu demi kebaikan Arsya.

Gue meminta kak Brandon untuk mengabari gue tentang kondisi Arsya, mungkin jika ada libur gue akan pergi kesana melihat kondisi Arsya secara langsung, padahal sebentar lagi ulangtahun Arsya dan saat itu harusnya dia mengumumkan tentang dirinya, namun jika seperti ini mungkin pengumuman itu tidak akan terjadi.

Keesokan harinya gue sekolah seperti biasa semua orang heboh bertanya tentang kondisi Arsya, namun ternyata rumor Arsya koma sudah tersebar oleh Risty, ya semalam dia menelfon gue sambil menangis menanyakan kondisi Arsya lalu
Gue pun memberitahu nya, namun gue gabisa mengatakan kalau Arsya dibawa oleh orang tua kandung nya.

"Alfa!!" teriak seseorang sambil berlari

"Arsya dibawa kemana?!! Lo bawa kemana dia?!! Kenapa dia gaada dirumah sakit?!!" tanya Alvaro sambil menarik kerah baju gue

"Itu semua bukan urusan lo lagi, gue udah bilang kalo gue gak akan ngebiarin lo bertemu Arsya lagi" jawab gue

"Bangsat lo ya Fa! Lo gatau betapa menyesalnya gue?! Lo gatau betapa tersiksanya gue?!" seru Alvaro

"Lo gatau betapa tersiksa nya Arsya deket sama lo?!! Lo gatau betapa menderitanya dia selama ini gara-gara lo?! Lo gatau betapa hancur dan rapuh nya dia gara-gara lo?!! Dan sekarang dengan mudah nya lo sok peduli sama dia?! Terlambat Ro! Semuanya udah terlambat! Dan lo bakal menyesal pernah melakukan itu! Termasuk keluarga lo! Dalam hitungan hari perusahaan lo bakal ancur Ro, saat itu terjadi lo harus renungin dan minta maaf lah ke pusat secara langsung" kata gue

"Maksud lo apa? Gue gak ngerti? Kenapa sampai kena ke perusahaan gue? Dan apa hubungannya dengan pusat? Lo ngadu ke pusat?" tanya Alvaro

"Suatu hari semua pertanyaan lo akan terjawab, jadi lo nikmatin aja semua yang udah lo perbuat" kata gue

Gue pun pergi meninggalkan Alvaro yang tengah mematung, bukan gue yang memberitahu kantor pusat, tapi Miss Brenda yang bertanya ke gue, ternyata kakak yang paling mirip dengan Arsya ini sangat menyayangi adiknya, terlihat sekali betapa seram nya dia begitu ia tau adik nya sakit, ia langsung bertanya siapa yang membuat onar, gue pun gabisa tidak memberitahu karena ancamannya gue bisa gak ketemu Arsya lagi, bukan gue tidak perduli tapi mungkin dengan cara ini Alvaro bisa sadar dan kembali ke sifatnya yang dulu.

Maaf sebelumnya kalau baru sempat update lagi, soalnya aku merasa cerita ini sudah tidak ada menarik nya lagi untuk dibaca karena reader's nya sedikit maka dari itu aku sedikit ogah-ogahan untuk melanjutkan cerita ini. Makannya aku minta kalian beri aku semangat dan vote cerita ini supaya aku semangat untuk menyelesaikan cerita ini.

A For USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang