"Ada hal yang harus kau tahu dari hujan. Hujan yang bisa membawa pertemuan, maupun Hujan yang mampu membawa perpisahan"☔☔☔
Matahari mulai menampakkan sosoknya. Pagi yang cerah.
Seorang gadis tengah mengerjapkan matanya, menatap dinding-dinding langit kamarnya. Rambutnya yang biasa terikat rapih, kini tak lagi telihat. Rambutnya amat tak beraturan.
"Dean ayo sarapan!" terdengar suara wanita setengah paruh baya memanggilnya dari lantai bawah. Dan gadis yang dipanggil Dean pun bersusah payah bangun dari ranjangnya.
"Kayaknya kamu masih di alam mimpimu ya?" Tanya wanita yang menyuruhnya sarapan tadi, Wina, Ibu Dean.
"Ya?" Dean bingung.
"Kakakmu baru pulang setelah lama tinggal di Australia. Mana sapaanmu?"
"Kakak?" Dean bingung lagi.
"Gapapa, lagian kita kan emang nggak saling kenal" Ucap pria tampan yang duduk disebelah Ibu Dean.
Namanya Ken. Ken adalah kakak Dean, namun saat Ken lahir ia langsung dibawa oleh Ayahnya untuk tinggal bersama di Australia. Ayah dan Ibu Ken cerai, dan setelah itu ibu Ken menikah lagi, barulah Dean hadir. Namun, ayah Dean meninggal setahun setelah anaknya lahir.
"Dean, namanya Ken. Mama udah sering cerita kan? Selisih usia kalian cuma satu tahun, jadi mulai besok Ken akan sekolah disekolahmu," Jelas Ibu Dean sambil menatap kedua anaknya secara bergantian.
"Ah? oke" Hanya itu. Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Dean, gadis yang terkenal jutek dan tidak banyak omong itu pun kembali kedalam kamarnya setelah menyelesaikan kegiatan makannya.
"Apa ini semua mama yang cuci?" Tanya ken
"Iya. lagian mama kan nggak punya pembantu"
"Gimana sama anak perempuan tadi? Bukannya harusnya dia yang ngerjain?" Ujar ken, lalu tersenyum. Tersenyum sinis.
"Tugas dia cuma belajar" Wina lalu bangkit dari duduknya dan merapikan beberapa piring kotor yang terletak diatas meja.
***
Dean berkutat dengan kertas-kertas penuh soal yang mengerikan bagi sebagian orang. Matematika.
"Ah sial, kenapa pelajaran satu ini nggak musnah aja sih?" Gerutunya kesal. Ia pun keluar dari kamarnya menuju ruangan yang biasanya dijadikan perpustakaan.
Tapi yang benar saja, ruangan itu sudah tersulap indah menjadi kamar bernuansa biru. Kamar Ken.
"Nggak bisa ketuk pintu dulu?" Tanya Ken yang sedang memegang gitar akustiknya.
"Ini kamar?" Tanya Dean bodoh.
"Terus ini keliatan apa buat lo?"
"Dimana semua buku yang disimpen disini?" Tanya Dean
"Dimana permintaan maaf lo?" Tanya Ken. Mereka saling bertanya tapi tak saling menjawab.
"Maaf? Buat?"
"Masuk tanpa ketuk pintu"
"Minta maaf buat hal spele itu?"
"Kayaknya lo nggak diajarin sopan santun ya" Ucap Ken pada akhirnya, lalu menaruh gitarnya. Ia bangkit dari duduknya, melangkah mendekati Deandra diambang pintu kamarnya.
"Apa?" Tanya Deandra bingung melihat Ken mendekat.
"Minggir." Ucap Ken dingin, tanpa menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Di Langit November
Teen Fiction"Ketika hujan turun di langit November" Tetesan air hujan mampu memberikan euforia yang luar biasa, namun bukan berarti tak meninggalkan sesak dan air mata. Ada kalanya langit sedang ingin menangis, melampiaskan kesedihannya pada bumi. Sama h...