"Jika alasanmu menangis adalah orang lain, maka biarkanlah aku menjadi alasanmu untuk tersenyum"
***
Seluruh siswa tengah baris-berbaris ketika mereka telah sampai di hutan. Cukup memakan waktu lama untuk mengatur ratusan orang tersebut.
"Semuanya diam. Bapak akan memberikan arahan." Ucap Doni selaku guru pembimbing.
"Jadi, kita akan menginap dua malam disini. Kegiatan pertama yaitu di jam sebelas pagi, kalian akan mendirikan tenda dan istirahat sejenak sampai pukul satu siang."
"Setelah itu, pada pukul satu kalian langsung berkumpul di tempat ini lagi. Telat? Push up sebanyak lima puluh kali."
"Pukul satu kegiatan kita adalah upacara yang kurang lebih memakan waktu sekitar lima belas menit sampai dua puluh menit. Setelah itu kita akan main games, untuk lebih jelasnya nanti pada saat kegiatan akan dijelaskan."
"Pukul empat sore kalian free time sampai malam."
"Tapi, pukul sebelas malam kalian sudah harus bangun untuk jelajah malam sampai pukul tiga pagi. Semua siswa wajib ikut, kecuali yang sakit."
"Hari kedua, kalian harus sudah bangun pukul enam pagi. Kita langsung olahraga sampai jam sepuluh, tidak ada penolakan. Setelah itu kalian boleh kembali istirahat sampai pukul satu siang."
"Pukul satu siang kita masih punya games lagi, sampai jam tiga sore. Lalu kalian boleh free time. Tapi pukul tujuh malam kalian harus kumpul lagi ditempat ini untuk kegiatan talents night. Besoknya kita baru pulang. Apa ada pertanyaan?"
"Untuk kelompoknya gimana pak?" Tanya seorang siswi
"Kalian harus ambil kertas didalam kaleng ini, masing-masing kertas sudah terdapat nama kelompok, misalnya kelompok kamboja, lili atau yang lainnya. Bagi kalian yang memegang kertas dengan nama kelompok sama harap ke tempat yang sudah disediakan. Kalian lihat kan dipohon itu tertulis nama anggrek? Nah berarti nanti yang kebagian kelompok anggrek harap langsung berkumpul disitu."
"Masing-masing kelompok terdiri dari lima orang, random."
"Apa masih ada yang mau ditanyakan?"
"Tidak pak" jawab para siswa serentak
"Baik. Sekarang kalian boleh buka kotak bekal kalian dan makan dulu. Setelah makan baru ambil kertas ini di bapak."
"Baik pak!"
***
Setelah menyudahi kegiatan makan, para siswa pun kembali ke tempat semula untuk mengambil kertas kelompok.
"Sudah pegang semua kertasnya?" Tanya Doni
"Sudah pak"
"Kalau begitu, sekarang kalian kumpul di tempat yang sudah ditentukan."
Para siswa pun mulai berlari. Mungkin kalau dilihat dari helikopter akan terlihat seperti semut yang saling bertabrakan.
Melati.
Dean menutup kembali kertas putih tersebut, lalu menuju tempat dimana regu melati berkumpul.
"Dean!" Suara yang tidak asing lagi mengejutkannya, Ia satu regu dengan Cheesy. Tidak hanya itu, bahkan Ken, Alex, dan Andra pun ada disana, sedang menatap Dean.
Entah Dean harus senang atau kesal, Ia padahal berharap agar tidak satu regu dengan kakaknya itu. Bagaimana Dean bisa move on jika Ken terus berada di sekitarnya?
"Lama banget jalan lo, udah kayak putri solo tau nggak" Ujar Alex ketika matanya bertemu dengan sepasang mata hitam milik Dean
"Gendong makanya," celetuk Andra dan itu membuat Ken menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Di Langit November
Roman pour Adolescents"Ketika hujan turun di langit November" Tetesan air hujan mampu memberikan euforia yang luar biasa, namun bukan berarti tak meninggalkan sesak dan air mata. Ada kalanya langit sedang ingin menangis, melampiaskan kesedihannya pada bumi. Sama h...