"Ketika kau mengungkapkan perasaan mu, maka hanya akan ada dua kemungkinan. Yaitu, penerimaan atau lah penolakan"
☔☔☔
"Lo suka sama gue?" Tanya Ken, tatapan matanya menatap lurus kearah Dean yang kini tengah terdiam.
"Hah?" Setelah beberapa lama terdiam, Dean malah melontarkan kalimat tidak penting yang membuat Ken yakin kalau adiknya itu tengah terkejut.
"Gue baca buku coklat lo. Gue nggak begitu paham sama isinya, tapi gue yakin satu hal. Lo nulis tentang gue kan?" Dean meremas bedcover pink miliknya. Ia benar-benar terkejut begitu mengetahui bahwa Ken sudah melihat isi buku itu. Sekali lagi, ia merasa sangat ceroboh karena menaruh buku itu disembarang tempat.
Ken tertawa renyah, "kayaknya gue salah ambil kesimpulan ya? Maaf ya, gue baru aja nanyain hal konyol,"
"Engga, lo bener." Dean kali ini memberanikan dirinya untuk menatap Ken.
"Hah?"
"Iya, gue emang suka sama lo." Jawab Dean
Kalau waktu bisa diulang, ingin rasanya Ken tidak perlu masuk ke kamar Dean, dan membuka buku bersampul coklat itu. Ken sangat terkejut kalau Dean benar-benar menyukainya. Dan bahkan, gadis itu mengakuinya.
"Lo gila" Ken mengalihkan pandangannya ke segala arah, kali ini dirinya lah yang tidak sanggup menatap mata hitam milik Dean. Ia benar-benar belum bisa mempercayai bahwa gadis dihadapannya ini menyukainya. Gadis yang merupakan adik perempuannya.
"Iya, gue gila." Dean merasa sudah tertangkap basah, jadi untuk apa menutup-nutupi? Yang dilakukannya saat ini hanyalah mengakui semuanya dihadapan Ken.
Ken tertawa lagi, yang membuat Dean mengalihkan pandangannya ke jendela kamar, Ia bahkan tidak tahu kalau perasannya akan ditertawakan seperti itu. Sakit sekali rasanya.
"Lo konyol Dean. Gue rasa lo cuma salah paham sama perasaan lo" Ken kali ini menatap Dean, namun yang ditatap enggan menatap balik.
Dean kesal, bahkan ketika dirinya sudah mengakui semuanya, Ken hanya menganggap itu kesalah pahaman? Benarkah dirinya hanya salah paham?
Lalu, apa maksud dari air mata yang selama ini ia teteskan untuk Ken? Apa arti dari semua debaran ini ketika berada didekat Ken? Apakah itu hanya sebuah kesalah pahaman?
Jika memang benar hanya salah paham, kenapa dirinya begitu tersakiti?
Sungguh, jika boleh berharap, Dean juga sangat ingin kalau perasannya hanyalah sebuah kesalah pahaman. Namun nyatanya tidak, Dean benar-benar mencintai kakaknya itu.
Dean pikir, jika dirinya mengakui semuanya, Ken akan membantunya menyelesaikan permasalahan dihatinya, atau mengakui kalau sebenarnya dirinya bukan kakak kandung Dean layaknya di sebuah novel. Namun tidak, cowok itu justru menertawakan dan menganggap perasaan Dean hanyalah sebuah lelucon.
"Gue kakak lo, dan lo adik gue. Jadi nggak ada kesempatan buat kita untuk saling jatuh cinta. Gue punya Cheesy, dan lo tau itu. Bahkan lo sahabat pacar gue. Jadi gue mohon Dean, berhenti berhalusinasi kalau lo suka sama gue." Ucap Ken, dan itu berhasil membuat hati Dean terluka lagi.
"Tolong jangan salah paham sama kakak sendiri. Selama ini gue care sama lo, gue support lo, gue masakin makanan buat lo, itu karena gue kakak lo. Jadi seharusnya lo nggak usah berpikir yang aneh-aneh. Gue emang sayang sama lo, tapi sebagai adik gue."
Dean menangis. Ia sudah tidak dapat membendung air mata yang ditahannya sejak tadi. Perkataan Ken benar-benar melukai hatinya.
"Lo terlalu mudah untuk ngerasa. Lo terlalu mudah untuk buat harapan sendiri. Jangan jadi orang yang dibaikin sedikit langsung baper. Masalahnya, gue kakak lo."
Tangisan Dean terus terdengar, dan Ken malah semakin memperderas tangisan Dean dengan kata-kata yang diucapkannya. Padahal Dean berharap agar cowok itu berhenti bicara. Kata-katanya benar-benar menusuk hati Dean.
"Jadi, coba lo pikirin lagi tentang perasaan lo. Gue yakin ini cuma salah paham. Karena nggak mungkin ada adik yang suka sama kakaknya sendiri. Terlebih, itu kakak kandung." Lanjut Ken
"Berhenti nangis. Gue nggak mau punya adik jelek." Ken tersenyum lalu mengacak pelan rambut Dean sebelum akhirnya keluar dari kamar gadis itu.
Dean benci Ken. Bahkan Ken masih sempat tersenyum saat hatinya tengah menangis.
Ia tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Ia benar-benar kesal sekaligus malu pada Ken, ingin rasanya mengusir cowok itu untuk cepat-cepat pulang ke Australia. Namun, mungkin dirinya nanti akan semakin sering menangis, karena merindukan kakaknya itu.
***
Ken mendudukan dirinya ditepi ranjangnya, ia mengacak rambutnya frustasi. Ia masih belum benar-benar percaya bahwa Dean menyukai dirinya. Bahkan, ini tidak pernah terlintas dipikirannya sedikit pun.
Maksudnya, bagaimana bisa gadis itu menyukai dirinya? Apa Ken telah bersikap berlebihan pada Dean? Ia yakin kalau sikapnya wajar-wajar saja sebagai kakak. Jadi, bukankah Dean yang terlalu menaruh harapan lebih?
Tapi, bagaimana bisa gadis itu berharap pada dirinya?
Ponsel Ken bergetar, cowok itu lalu mengalihkan pandangannya pada ponsel hitamnya dan menyentuh layar ponsel itu.
Cheesy : besok bisa absen sehari gak? Gue pengen seharian sama lo sebelum gue pergi.
Ken menghela nafasnya pelan, Ia bahkan baru teringat kalau Cheesy akan segera meninggalkan Negara ini. Dirinya terlalu fokus memikirkan tentang Dean.
Ken : ok
Cheesy : ajak Dean juga yaaa😘
Shit. Bagaimana bisa Ken mengajak Dean setelah apa yang terjadi barusan? Bukan masalah canggung, tapi masalah perasaan Dean.
Bagaimana kalau Dean cemburu melihat keakraban Cheesy dengan dirinya? Ken tidak mau Dean patah hati. Ken tidak mau membuat adiknya menangis lagi.
Ken : berdua aja ya? Gue pgn berdua doang sm lo.
Cheesy : ajak Dean pleaseeee, gue juga pengen ngabisin waktu sama sahabat gue sebelum pindah ke Aussie😭
Ken menghela nafasnya kasar, Ia paling tidak bisa menghalangi kemauan Cheesy.
Ken : ya.
Ken menaruh kembali ponselnya, Ia memikirkan kemungkinan yang besok akan terjadi.
Apakah dirinya harus menjaga jarak dari Cheesy demi menjaga perasaan Dean? Itu benar-benar sulit, Ken ingin memanfaatkan moment sebelum dirinya dan Cheesy berpisah.
Lantas, bagaimana dengan Dean?
Tapi, bagaimana jika perasaan Dean benar-benar hanyalah sebuah kesalah pahaman? kalau Ken dan Cheesy menunjukan kedekatan mereka, mungkin nantinya Dean akan sadar dengan perasaannya yang hanyalah sebuah kesalah pahaman.
Tapi, bagaimana jika Dean benar-benar menyukai dirinya?
"Sial!" Ken kembali mengacak rambutnya frustasi. Ia benar-benar bingung harus berbuat apa terhadap adiknya.
Ia mengambil kembali ponselnya, lalu membuka aplikasi hijau disana. Ia mencari kontak dari grup di kelasnya.
Ken : bsk absen ya, kita mau nemenin Cheesy seharian, Dean jg ikut, jadi sebaiknya lo ikut.
Setelah mengetikan pesan itu, Ken melempar ponselnya asal, sebenarnya Ia benci kalau harus mengirim pesan pada orang itu. Tapi mau bagaimana lagi?
Ken tidak mau melihat Dean terluka.
------
Haiii! Terimakasih ya sudah sabar menunggu dan membaca sejauh ini.
Jangan lupa vote dan komen ya!
Baca cerita baru ku yuk! Tentang seorang psikiater dan pasien rumah sakit jiwa, judulnya RSJ 99
Terimakasih!
Love,
Silabiila
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Di Langit November
Ficção Adolescente"Ketika hujan turun di langit November" Tetesan air hujan mampu memberikan euforia yang luar biasa, namun bukan berarti tak meninggalkan sesak dan air mata. Ada kalanya langit sedang ingin menangis, melampiaskan kesedihannya pada bumi. Sama h...