"Kau tahu kenapa hujan itu spesial? Itu karena setiap tetesnya mampu membawa pikiranmu ke masa lalu"
☔☔☔
"Hei" Ken menepuk pelan bahu Dean, berharap gadis itu sadar dari lamunannya.
"Apa hujan beneran bisa bikin seseorang mengenang masa lalunya?" Tanya Ken, lalu memberikan jaket pada Dean.
"Naik, mama nyuruh gue jemput lo" Ken lalu naik keatas motor ninja miliknya, disusul Dean setelah itu. Gadis itu hanya diam. Diam seribu kata. Mungkin dunianya masih berada disatu tahun silam.
Jam menunjukan pukul delapan malam, saat ini mereka tengah makan malam bersama.
"Gimana hari pertamamu sekolah Ken?" Tanya Wina pada Ken
"Cukup bagus" jawab Ken, tersenyum simpul.
"Kalau kamu Dean?" Tanya Ibunya pada Dean kali ini.
"Bagus, kayak biasanya" Jawab Dean dengan wajah datarnya.
Bohong. Bagaimana bisa bagus? Dia sendirian disekolah, dan pasti hari-harinya sangat biasa saja. Ken bisa membaca itu dari raut wajahnya.
"Kalian harus berangkat sekolah bareng mulai besok" Ucap Wina, memecah keheningan.
"Kalau aku nggak mau gimana?" Ujar Dean, menghentikan aktifitas makannya. Menatap Ibunya dalam-dalam, seperti mempunyai maksud tersendiri.
"Kenapa? Apa salahnya dianter sama kakamu?"
"Aku nggak mau. aku lebih suka naik bus. Kenapa mama maksa terus sih" Bohong. Dean sama sekali tidak suka naik bus, dia harus berjalan menuju halte pagi-pagi sekali, dan menunggu bus itu dengan lama. Dia memang ahli menunggu, tapi membencinya diam-diam.
"Kenapa? Apa kalau lo berangkat sama gue bakalan ada yang ganggu lo?" Tepat. Tebakan Ken sangat tepat. Tapi Dean buru-buru mengelaknya,
"Gue cuma gamau" Ucapnya, kemudian naik ke lantai atas,
masuk ke dalam kamarnya. Ia mengacak rambutnya frustasi.Ken mengambil gitar coklat miliknya, memainkan senarnya dengan lihai. Tangannya memang sedang memainkan beberapa chord gitar, tapi pikirannya tidak disitu. Ia memikirkan 'adik'nya itu, Dean punya banyak rahasia. Misterius. Itulah kesan pertama Ken pada sosok Dean.
Ken pun semakin penasaran tentang hubungan Dean dengan Alex, maka Ia memutuskan untuk datang kerumah Amel, besok. Sepulang sekolah.
Bel istirahat berbunyi, Dean merasa tidak lapar, dia pun mengunjungi perpustakaan. Untuk membaca beberapa buku astronomi atau sastra. Ya, Dean, gadis misterius itu adalah pecinta Buku, pencinta Astronomi, dan pecinta Sastra.
"Dean, hari ini belum ada buku astronomi yang baru. Ibu sudah memintanya tapi belum dikirim juga" Ujar penjaga perpustakaan, begitu melihat Dean.
"Oh gapapa. Saya akan baca buku sastra aja" Dean tersenyum simpul, lalu mencari buku yang akan dibawanya.
Ken memilih beberapa lauk untuk disantapnya, lalu duduk ditempat yang kemarin. Amel menghampirinya, gadis itu sudah seperti magnet sekarang ini. Atau mungkin, mulai sekarang?
"Boleh gue makan disini?" Tanya Amel, tersenyum.
"Lo tahu sopan santun ternyata,"Jawab Ken
"Eh?"
"Kemarin lo nggak tanya dan langsung duduk. Kenapa sekarang beda?" Ken menatapnya.
"Ah, itu. Soal kemarin, gue minta maaf. Jadi boleh kan gue makan sama lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Di Langit November
Teen Fiction"Ketika hujan turun di langit November" Tetesan air hujan mampu memberikan euforia yang luar biasa, namun bukan berarti tak meninggalkan sesak dan air mata. Ada kalanya langit sedang ingin menangis, melampiaskan kesedihannya pada bumi. Sama h...