"Mana yang lebih baik, jatuh cinta sepihak, atau terlambat jatuh cinta?"
***
Seluruh siswa kelas tiga disibukan dengan kegiatan pemantapan. Yang artinya mereka harus berangkat sekolah lebih awal, dan pulang lebih lama.
Ken dan Dean tengah menyantap sarapan pagi seperti hari biasanya. Bedanya, saat ini jam masih menunjukan pukul enam pagi. Ken dan Dean terpaksa harus bangun lebih awal karena pemantapan diadakan pukul enam lewat lima belas menit.
"Kita berangkat dulu, Ma" Ucap Ken menyalami tangan Ibunya lalu bergegas menuju pintu, dan disusul oleh Dean.
"Hati-hati ya"
---
"Dari sekian banyak pelajaran, mana pelajaran yang paling lo sukain?" Tanya Ken ketika guru Bahasa Indonesia menjelaskan materi didepan kelas. Lain halnya dengan Dean yang tidak menyukai matematika, laki-laki disebelah Dean ini justru benci pelajaran Bahasa. Menurutnya pelajaran bahasa Indonesia terlalu rumit, lebih-lebih rumit daripada pelajaran yang dibenci Dean.
"Astronomi" jawab Dean
"Kenapa?"
"Karena, indah,"
"Indah? Maksudnya?" Ken tidak mengerti apa yang dimaksud indah oleh Dean, Ken pun semakin penasaran.
"Ya, karena--" baru saja Dean melontarkan beberapa kata, sebuah penghapus papan tulis sudah mendarat dimeja mereka.
"Dean, Ken. Apa yang kalian lakukan? Keluar dari kelas"
"Baik, pak" Ken dan Dean hanya pasrah, mengingat ini adalah kesalahan mereka sendiri. Kesalahan Ken lebih tepatnya.
Mereka pun bangun dari bangkunya, lalu berjalan keluar pintu kelas.
"Jadi karena apa?" Tanya Ken begitu mereka sudah diluar kelas
"Lo masih sempet nanya disaat kita disuruh keluar kelas? Lo nggak ngerasa bersalah? Ini semua salah lo, lo nyebelin. Baru kali ini gue diusir keluar kelas" Dean menggerutu kesal pada laki-laki disebelahnya yang sedang menatapnya sambil tertawa kecil.
"Dan baru kali ini lo ngomong panjang," Jawab Ken sambil tersenyum, memperlihatkan lesun pipinya.
Dean hanya terdiam. Mungkin sedikit gugup. Atau bahkan, sangat gugup? Begitulah Dean, jika sudah mencair, mudah sekali untuk merasa.
"Jadi gimana kelanjutannya? Apanya yang indah? Kenapa lo suka astronomi?"
"Karena gue suka natap benda-benda langit. Saat gue natap mereka rasanya kayak mereka lagi natap gue juga. Gue juga suka bintang,"
"Kenapa?" Tanya Ken semakin antusias dengan jawaban yang akan diberikan Deandra.
"Apa lo pernah mandangin langit? Gimana rasanya? Saat lo ngeliat benda kecil yang bersinar, benda kecil yang berkerlap-kerlip, benda kecil yang terlihat kecil. Tapi sebenenya, benda itu besar. Saat lo ngamatin indahnya langit malam, lo pasti bakalan liat betapa indahnya benda kecil itu. Berkerlap-kerlip, membuat pemandangan yang indah. Pemandangan yang bakal disaksisiin sama pupil mata lo. Dan benda kecil itu disebut bintang"
Ken tersenyum mendengar penjelasan Dean. Seperti merasakan euforia tersendiri ketika gadis itu menjelaskannya.
"Kata-kata lo mempesona juga ya. Untungnya cuma gue yang denger," Ken tersenyum lalu mengacak pelan rambut Deandra.
Aku harap, suatu hari nanti tidak hanya kata-kata ku yang membuatmu terpesona. Katakanlah, aku memang gila. Gila karena berharap pada kakak sendiri.
Bel istirahat baru berbunyi, Dean melangkahkan kakinya menuju perpustakaan. Ia sedikit rindu dengan tempat itu, disusul Ken dibelakangnya, yang katanya ingin melihat-lihat buku musik.
"Dean!" Seorang siswi menghampiri Dean ketika Dean hendak saja memasuki perpustakaan. Dean tidak tahu siswi itu siapa dan kenapa memanggilnya, karena baru kali ini ada orang yang menyapanya.
"Temen lo Cheesy luka pas tadi praktek basket"
"Dimana dia?" Ken langsung berjalan dengan cepat mengunjungi ruang UKS, disusul dengan Dean dibelakangnya. Entah, langkah Dean yang terlalu lama, atau Ken yang memang begitu terburu-buru.
"Mana yang luka?" Tanya Ken ketika mereka baru saja tiba di UKS.
"Luka apanya?" Cheesy bingung, lalu bangun dari tidurnya.
"Katanya, lo luka pas praktek basket," Dean baru mulai bicara.
"Ohh, bukan luka. Gue cuma maag. Telat makan. Nina yang ngasih tau ya? Dia temen sebangku gue, dia emang polos, tapi dia baik. harusnya dulu lo bertemen sama dia aja Dean, lo taukan--" omongan Cheesy terpotong oleh Ken
"Lo ini nggak pernah berubah. Kenapa selalu telat makan, sih? Jangan anggap remeh penyakit maag. Penyakit maag juga bisa bikin mati."
"Gue cuma lupa sarapan pagi tadi Ken," jawab Cheesy sedikit heran dengan omelan Ken. Memang sih dulu Ken selalu memarahi Cheesy jika ia telat makan. Tapikan itu dulu, sekarang untuk apa Ken bersikap seperti itu?
"Bosen gue dengernya" Ken lalu meninggalkan Cheesy dan Dean yang menatapnya heran.
"Kenapa sih dia itu?" Cheesy malah bertanya pada Dean, tidak tahu bahwa hati yang ditanya sedang sedikit retak.
"Syukur deh lo nggak luka. Lo harus makan teratur, dan minum obat lo. Gue ke toilet dulu," Ujar Dean, tersenyum simpul lalu meninggalkan UKS.
Apakah Ken masih menyukai Cheesy?
***
Ken membuka pintu ruang UKS, lalu menghampiri Cheesy yang sedang duduk melamun diranjang UKS.
"Makan" Ucap Ken sambil memberikan plastik berisi soto mie.
"A--apa? Gue udah makan tadi. Nggak perlu repot-repot Ken"
"Gue beli makanan kesukaan lo." Ucap Ken lalu duduk disebelah Cheesy sambil membuka bungkusan yang Ia bawa.
"Makanan kesukaan gue?"
"Soto mie" jawab Ken lalu menyodorkan soto mie tersebut pada cheesy. Cheesy tersenyum senang, rasanya sudah lama sekali ia tidak makan soto mie. Dan ken masih mengingatnya. Cheesy memang sering sekali bercerita pada Ken bahwa Ia rindu makanan kesukaannya di Indonesia, yaitu soto mie. Ia tidak menyangka Ken masih mengingatnya.
"Whoaaa! makasih Ken," Cheesy lalu mulai menyantap soto mie dihadapannya.
"Makan yang banyak, gue mau balik ke kelas, dahh" Ken tersenyum tipis lalu keluar dari ruang UKS.
***
Hujan. Deandra tadinya sedang asyik mengamati langit malam beserta benda langit kesukaannya, yaitu bintang. Tapi tiba-tiba hujan turun, membuat gadis itu harus menghentikan aktifitasnya dan menutup jendela kamarnya.
"Hujan" Ucapnya, diiringi dengan senyum miliknya. Deandra senang dengan apapun yang berasal dari langit. Selain penikmat Bintang, Ia juga penyuka Hujan.
Deandra naik keranjangnya, mengambil smartphonenya lalu menyetel lagu kesukaannya. Deandra mulai termenung mengingat kejadian saat Ken begitu khawatir pada Cheesy, sahabatnya.
Seharusnya Deandra tidak perlu ambil pusing tentang hal itu, otaknya sudah memaksanya untuk berpikir bahwa Ken adalah seseorang yang tidak bisa Ia miliki, bahkan sukai sedikitpun. Namun hatinya terus mengelak, memberontak, membuat gadis berpipi chubby itu menangis pelan. Ia merasa kesal, marah, heran, sedih, dan perasaan gundah lainnya. Dari sekian banyak orang, mengapa harus kakaknya lah yang Ia sukai? Mengapa?
Dean mulai menangis sejadi-jadinya, diiringi dengan tetesan air hujan yang semakin deras. Hati Deandra sedikit terluka. Seolah-olah hujan memang paling mengerti Deandra. Turun disaat yang tepat, membantu Deandra agar tagisnya tidak didengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Di Langit November
Teen Fiction"Ketika hujan turun di langit November" Tetesan air hujan mampu memberikan euforia yang luar biasa, namun bukan berarti tak meninggalkan sesak dan air mata. Ada kalanya langit sedang ingin menangis, melampiaskan kesedihannya pada bumi. Sama h...