Canberra, Australia,
23 November 2017
21.45 PMDean menatap kertas yang sedang ia genggam. Kertas yang berisikan sebuah alamat.
Setelah tadi pagi menjenguk makam sang Ibu, Ia menjadi sedikit lebih tenang karena dapat bertemu dengan almarhum ibunya walaupun Dean tidak bisa melihatnya langsung.
Dean membuang nafasnya perlahan. Hari ini adalah hari yang berat baginya, setelah pergi ke makam Ia langsung bertemu Alex dan setelah itu Dean bersusah payah meminta agar diizinkan oleh mamanya untuk pergi menyusul Ken.
Dean beruntung, karena Ia tidak pergi sendiri kesini, melainkan ditemani oleh teman mamanya yang juga akan ke Australia. Ia tidak bisa membayangkan kalau dirinya pergi sendirian kesini, pasti sudah nyasar.
Flashback
Alex baru saja memasuki Kafe, Dean yang meminta Alex untuk bertemu.
"Lo mau ngomong apa?" Tanya Alex
"Hmm"
"Feeling gue nggak enak. Bilang buruan"
"Lo bilang lo itu fajar dan gue senja, tapi gue ga setuju. Menurut gue, gue itu tanah. Dan seseorang itu hujan. Gue tanah yang selalu nunggu datangnya hujan"
"Lo lagi ngomongin Ken?"
"Gue bukan anak kandung,"
"Hah? Maksud lo?"
"Almarhum mama gue itu sahabatnya mama gue yang sekarang. Mama gue yang tinggal sama gue dirumah, dan itu mama Ken"
"Jadi maksud lo, lo anak angkat gitu?"
"Ya"
"Gila"
"Alex, makasih ya buat semuanya selama ini. Gue udah nyoba buka hati buat lo lagi, tapi susah. Gue gabisa liat lo dengan cara yang sama kayak lo liat gue," ucap Dean
"Kita putus aja yaa." Lanjut Dean
Alex terdiam selama beberapa saat, Ia lalu menatap Dean dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Maaf" ucap Dean setelah menyadari raut wajah Alex berubah
"Maaf, Lex. Gue jahat kali ini, tolong hargain keputusan gue"
"Gapapa, kayaknya gue dapet karma" Alex tertawa renyah
"Gue pergi dulu" lanjut Alex lalu melambaikan tangannya dan pergi dari hadapan Dean
"Maafin gue Lex" ucap Dean lirih.
***
Dean menekan bel dari rumah bernuansa biru yang berada di depannya. Dean sudah tidak sabar untuk menceritakan semuanya pada sang pemilik rumah itu. Dean tersenyum senang. Tak lama kemudian, seseorang membukakan pintu.
"Dean?!" Cheesy terkejut dengan kehadiran Deandra yang berada tepat di hadapannya, begitu pun dengan Dean.
"Cheesy? Ini rumah lo? Gue salah alamat?"
"Ada siapa Sy?" Suara yang ditunggu oleh Dean pun akhirnya mendekat, menghampiri mereka diambang pintu.
"Dean?" Ken terkejut bukan main. Bagaimana bisa adiknya itu ada didepan rumahnya? Tepatnya, bagaimana bisa adiknya itu berada di Australia?
"Masuk dulu" ucap Cheesy. Mereka pun masuk ke dalam rumah, lalu mendudukan diri mereka di sofa bewarna putih.
"Kok lo bisa disini?" Tanya Ken, tatapan matanya dari tadi tidak terlepas dari Dean
"Ini rumah siapa?" Dean bertanya bodoh, seakan bingung dengan kehadiran Cheesy disana.
"Rumah Ken, gue lagi nginep" jawab Cheesy
"Nginep?" Dean hanpir mengeluarkan kedua bola matanya. Ia tak percaya jika Cheesy menginap semalaman dirumah Ken.
"Bukan gitu" Elak Ken
"Lo kenapa bisa ada disini Dean?" Tanya Cheesy
"Kenapa? Gue ganggu kalian ya? By the way, lo nggak jenguk papa lo Ken?"
"Hahaha, engga Dean. Gue kan cuma nanya, abis lo tiba-tiba muncul, gimana nggak heran?" Jawab Cheesy
"Gue udah jenguk tadi" jawab Ken
Dean hanya membuang tatapannya dari Cheesy, entah mengapa Ia jadi agak kesal dengan gadis itu. Memikirkan bahwa Cheesy menginap satu malam saja sudah membuat Dean gila, itu artinya hanya ada mereka berdua dirumah ini.
Rumah itu memang rumah milik Ken, dan bukan milik ayah Ken. Untungnya Mamanya sudah memberitahunya.
"Gue cuma main. Kata lo kapan-kapan gue harus ke Aussie kan? Gue jadi penasaran seindah apa negara ini?" Dean berusaha tersenyum, lalu menatap Ken dan Cheesy secara bergantian.
"Of course, gue akan ajak lo ketempat yang bagus. Sekarang, ke kamar gue dulu yuk" Cheesy tersenyum lalu membawakan koper Dean menuju 'kamar'nya.
Dean semakin kesal dengan Cheesy. Kenapa juga kamar itu jadi hak miliknya?
"Aaaaa Dean gue seneng lo ada disini. Sumpah gue masih nggak percaya lo beneran kesini" ucap Cheesy lalu naik ke ranjangnya.
Dean tidak membalas perkataan Cheesy, Ia hanya tersenyum tipis. Sangat tipis, sampai tidak terlihat kalau Ia tersenyum.
"Lo pasti capek. Gue ambilin minum dulu ya" Cheesy lalu keluar dari kamarnya.
"Iya gue capek. Sembilan jam di pesawat" gumam Dean pelan.
Dean membuang nafasnya kasar, lalu mengacak rambutnya asal. Ia menyesal sudah datang kesini dengan nekat.
Gue kok tolol banget, ya?
Gue dengan pedenya nyusulin Ken kesini, gue dengan pedenya mau cerita kalau sebenernya gue bukan anak kandung. Haha, terus apa? Itu ga ngejamin Ken bakal suka sama gue kan?Ken bener, gue terlalu mudah ngerasa. Sampai-sampai bikin harapan sendiri kayak gini.
Dean menangis pelan, Ia segera menghapus air matanya, takut kalau Cheesy akan masuk.
"Lo kenapa?" Bukan Cheesy, melainkan Ken yang masuk ke dalam kamar. Ia menghampiri Dean, lalu duduk disampingnya.
"Gapapa"
"Maksud gue, lo kenapa kesini?"
"Kayaknya nggak ada yang suka ya gue dateng kesini"
"Bukan gitu. Sekolah lagi sibuk pemantapan, nggak mungkin lo kesini dengan alasan mau jalan-jalan. Pasti ada masalah kan?" Ucap Ken
"Iya, gue juga mikir gitu Dean," Cheesy kembali ke dalam kamar dengan menaruh nampan berisi cangkir.
Dean membuang nafasnya kasar, Ia lalu menatap Ken, "Gue mau ngasih tau sesuatu"
---
Part terakhir akan di private, follow kalau mau baca.
Hujan di langit November akan segera tamat. Terimakasih sudah membaca sejauh ini.
Love,
Sheilabiila
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Di Langit November
Teen Fiction"Ketika hujan turun di langit November" Tetesan air hujan mampu memberikan euforia yang luar biasa, namun bukan berarti tak meninggalkan sesak dan air mata. Ada kalanya langit sedang ingin menangis, melampiaskan kesedihannya pada bumi. Sama h...