5

11K 798 155
                                    

Sesampainya dirumah Dara, dengan pelan Sena membantu Dara berjalan kedalam rumah, lalu mendudukan Dara disofa.

Seseorang pekerja dirumah datang membawa kotak obat yang diminta adik Dara, setelahnya adik Dara meminta Sena untuk mengobati luka dikaki Dara, membuat Dara menatap tajam adiknya yang seperti sengaja jail, lalu dengan santainya adik Dara jalan kedalam, sambil menjulurkan lidahnya kearah kakaknya yang terlihat geram.

Sena nampak bingung dengan dua kakak beradik itu, Sena juga seolah sungkan untuk memulai mengobati luka dikaki Dara, karna dari tadi Dara selalu diam, ntah karna menahan sakit atau karna apa pikir Sena.

Tapi Sena tetap mulai membesihkan luka dikaki Dara, membuat Dara sedikit merasa perih, setelah luka dikaki Dara dirasa sudah bersih, lalu Sena mulai meneteskan obatnya dengan hati-hati sambil sesekali meniupnya, berharap sedikit menggurangi perihnya, yang tetap saja seketika membuat Dara meringis terpejam menahan perih, dengan satu tangannya yang reflek meremas bahu Sena dengan kuat.

Tak ada kata yang terucap dari keduanya, hingga Sena selesai membalut luka dikaki Dara, ntah sadar atau tidak tangan Dara masih berada dibahu Sena.

Setelah selesai mengobati, Sena yang sedari
tadi tertunduk kini menegakkan badannya, matanya langsung bertemu tatap dengan mata didepannya, tangan Sena terangkat menyentuh lembut tangan halus yang masih tetap saja berada dibahunya, tatapan mereka kini beradu tak hanya sekilas tak jelas, namun kini seolah lebih lama dan sengaja.

Dengan pelan Sena menurunkan tangan dibahunya, membawanya kepangkuangnya ntah untuk apa,dengan masih menggenggam bahkan meremasnya samar, membuat Dara salah tingkah akan perlakuan Sena.

Dara yang sibuk meredam sesuatu yang bergejolak didalam dirinya, hanya diam dengan perlakuan Sena, mata keduanya seolah sedang saling menyelami, atau bahkan saling tersesat hingga lupa jalan sadar.

Tanpa saling tau keduanya sama memuji didasar hati, sama merasakan yang mereka masih belum pahami, sama menahan debar yang kian menghentak.

"Mamah" panggilan gadis kecil.

seketika membuat tangan Sena terlepas dari tangan Dara, seketika memutus tatapan keduanya yang sempat terkunci.

Dara tersenyum menyambut gadis kecilnya, yang kini sudah bergelayut manja dilengannya, gadis kecilnya yang sedari tadi pergi bersama kakek neneknya.

Sena merasa hatinya dilanda penasaran akan gadis kecil itu, gadis kecil yang memanggil Dara dengan sebutan mama, selintas ada rasa sesak yang seolah menusuk hatinya, yang belum betul-betul Sena fahami.

Ayah dan ibu Dara yang baru pulang dibuat kaget dengan luka dikaki Dara, meski Dara menggatakan sudah baikan, dan itu membuat ayah Dara kembali mengucapkan rasa terima kasihnya pada Sena, karna berkali-kali menolong keluarganya.

Kali ini ayah Dara memaksa Sena untuk ikut makan malam bersama, sebagai rasa terima kasihnya pada Sena, meski sejujurnya Sena sungkan tapi karna tak enak menolak, Sena mengiyakan untuk makan malam bersama dengan keluarga Dara.

Suasana makan malam dirumah keluarga Dara, kini nampak lebih rame, karna dimeja makan nampak lengkap satu keluarga, dan juga ditambah kehadiran Sena.

Mereka makan dengan sesekali diselingi obrolan, meski Sena hanya berbicara saat ditanya saja, sedang Dara hanya diam sedari tadi, meski matanya terkadang mencuri lirik pada gadis berumur 23 tahun yang duduk didepannya, gadis yang baru saja menolongnya juga mengobati luka dikakinya.

Seperti saat ini saat kembali Dara melirik Sena, dan bertepatan dengan Sena yang juga sedang menatap Dara, yang tadinya Dara hanya berniat melirik, tapi melihat Sena menatapnya Dara malah seolah enggan memalingkan matanya, seolah dengan sengaja Dara menantang tatapan Sena.

Sampai hingga Sena meraih gelas dimeja lalu meneguk isinya, untuk meredam debaran kuat dihatinya karna wanita didepannya, Dara masih saja terlihat betah dengan pemandangan didepannya,  seperti orang yang begitu terpesona, seolah tak ingat disekitarnya ada keluarganya, yang meski mereka sibuk dengan makanan masing-masing.

Setelah selesai dengan acara makan malam bersama kelurga Dara, lalu Sena berpamitan untuk segera pulang, Sena merasa sungkan dengan kedua orang tua Dara bila berlama-lama dirumahnya.

Setelahnya Sena melangkah keluar dari rumah Dara, diikuti Dara dibelakang Sena, yang ntah untuk apa seolah sengaja mengantar Sena kedepan.

"Kenapa gak didalem aja? kaki kamu kan sakit" ucap Sena lembut.

Juga menatap Dara dengan lembut, terlihat seolah begitu mengkhawatirkan wanita cantik nan anggun didepannya.

"Udah baikan kok" jawab Dara.

Dibuat setenang mungkin, dengan matanya yang tak lagi berani menatap mata lembut Sena, yang membuat dadanya begitu terasa bergemuruh riuh.

Tak seperti tadi saat dimeja makan, dimana dengan sengaja Dara terus menatapi Sena, tapi kali ini saat berdua ntah kenapa matanya tak berani menatapi manik lembut Sena, Dara seolah dibuat tak menentu oleh gadis yang lebih darinya itu, karna Dara seolah merasa tak mampu menahan sesuatu didalam hatinya jika terus menatapi mata lembut Sena.

"Lain kali, kalau naik sepeda lebih hati-hati ya" ucap Sena lagi.

Dara hanya menganggukan kepalanya menjawab ucapan gadis manis didepannya, matanya masih memandang kesembarang tak jelas menghindari mata Sena yang terus menatapnya.

"Terima kasih untuk makan malamnya, aku pulang ya" pamit Sena setelahnya.

"Se..Sena terimakasih juga udah nolongin aku, sampai ngobatin juga" ucap Dara.

Dengan sedikit gugup, lalu tersenyum anggun.

Membuat gadis manis didepannya nampak terpaku menggagumi senyumnya, membuat gadis manis didepannya nampak terpana laksana pengagum.

Meski setelahnya Sena sedikit menunduk untuk menyadarkan dirinya, dari pesona wanita cantik didepannya, untuk meredam jantungnya yang semakin terpompa.

Lalu Sena kembali menatap Dara, dan mengangguk menjawab ucapan Dara, anggukan disertai senyuman samar, setelahnya Sena mulai melangkahkan kakinya untuk pulang, tapi baru beberapa langkah berjalan kaki Sena tiba-tiba terhenti, lalu Sena memutar badannya untuk kembali menatap wanita yang ntah untuk apa masih berdiri disana.

Wanita yang sedang menatapi Sena dari belakang, kini meski tak terlalu dekat tapi mereka saling berhadapan lagi, saling tatap lagi, dengan hati yang masing-masing semakin tak dimengerti.

"Semoga bertemu lagi Dara" ucap lirih Sena.

Dengan tatapan matanya yang terlihat sendu dimata Dara, yang ntah apa maksudnya fikir Dara, tapi meski tatapnnya lembut nan sendu, namun Dara merasa tatapan Sena seolah menusuk masuk kedalam hatinya, ucapan Sena seketika membuat hati Dara dihinggapi rasa penasaran yang sukar dijelaskan.

Meski lirih tapi Dara cukup jelas mendengar ucapan Sena, yang dirasa Dara cukup menghentak jantungnya deg..........

TBC

Senandung Dara (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang