3

12.6K 859 220
                                    


Author

Sore yang cerah karna hujan tak mendatangi sang bumi, suasana disebuah rumah yang dihuni beberapa orang dari kota nampak ramai, karna pada saat mereka hendak bergantian mandi ternyata kran air dikamar mandi mereka mendadak mati.

Pak Arya sang kepala keluarga yang memang tak tau cara memperbaikinya dibuat bingung jadinya, lalu kemudian bertanya sekaligus menyuruh pada seorang yang dipekerjakan untuk merawat rumahnya, untuk mencarikan orang yang bisa memperbaiki kran dikamar mandinya.

Karna orang yang biasa bekerja memperbaiki kran tempat tinggalnya didesa sebelah, jadilah dia menyarankan untuk minta bantuan seseorang yang yang memang bisa memperbaikinya meski itu bukan pekerjaannya.

Pak Arya setuju saja atas usul pekerja dirumahnya itu, yang terpenting bisa memperbaiki kran dikamar mandinya, dan memintanya untuk segera membawa orang tersebut kerumahnya.

*************

Kini orang yang diharapkan bisa memperbaiki kran sudah sampai dirumah pak Arya, pengurus rumahpun langsung menyuruh mengikutinya masuk kedalam rumah.

Saat melangkah didepan pintu masuk, langkah orang itupun terhenti dengan sendirinya, saat mendapati seorang wanita sedang bermain dengan seorang gadis kecil.

"Mba Dara, ini Sena yang bisa memperbaiki kran yang rusak itu, dia penduduk sini, rumahnya lumayan deket dari sini" ucap pengurus rumah itu, pada wanita yang ternyata Dara.

Mata Dara seketika menatap kearah Sena, menatap dengan tatapan yang ntahlah, karna batinnya sungguh tak menyangka bertemu lagi dengan gadis didepannya, menatap seolah tak percaya gadis manis didepannya bisa memperbaiki kran dirumahnya.

Sena yang sama tak menyangkanyapun, seolah dibuat tak percaya akan wanita didepannya, wanita cantik nan anggun yang kemaren baru dijumpainya beserta keluarganya, wanita yang matanya membuat Sena kembali menatapnya sebelum memasuki mobilnya, dan kini mata keduanya kembali saling sapa meski sekilas tak jelas.

Dara hanya mengangguk menjawab ucapan pengurus rumahnya, lalu setelahnya pengurus rumah itu pamit sopan untuk menunjukan kamar mandi pada Sena.

Mata Dara kembali melirik Sena saat langkah Sena berjalan melewatinya, Sena yang seolah merasa hatinya tak nyaman ntah karna apa, terus berjalan dengan berusaha sesantai mungkin meski ada yang dirasa berdebar.

Setelah beberapa saat, dengan peralatan sederhana yang memang bisa diandalkan kegunaanya, kran dikamar mandipun berhasil Sena perbaiki dan airnya bisa mengalir lagi.

Setelah Sena selesai menggemasi peralatannya, Sena yang hendak langsung pamit pulang, dicegah pak Arya, yang ternyata juga tak menyangka akan bertemu Sena kembali, yang juga kembali membantunya memperbaiki kran dirumahnya, membuat pak Arya semakin menggagumi sosok Sena, yang meski seorang gadis tapi punya ketrampilan lebih.

Pak Arya menyuruh Sena duduk dulu diruang tamu untuk sekedar minum, niat baik pak Arya yang ingin memberi upah pada Sena ditolak dengan sopan oleh Sena, karna Sena hanya membantu bukan bekerja itulah alasanya.

Tak enak terus menolak, Sena akhirnya duduk diruang tamu, yang disitu masih ada Dara dan gadis kecil nan imut, pak Arya bertanya beberapa hal pada Sena mengenai keluarganya, karna jika Sena adalah tetangganya harusnya pak Arya tau siapa orang tua Sena, tapi Sena lalu menjelaskan, bahwa dia dan ibunya sebenarya adalah penduduk desa sebelah yang pindah kedesa sekarang.

Pak Arya mendengarkan dengan baik cerita Sena, mengangguk dan memahami penjelasan Sena tentang keluarganya.

Dara yang meski seolah tak peduli, tapi sebenarnya juga mendengarkan perbincangan ayahnya dengan Sena, dan tanpa Dara sadari Sena juga sesekali melirik tepat kewajah anggun Dara, yang terlihat semakin cantik menurut Sena meski hanya dengan baju santainya.

Lalu tiba-tiba gadis kecil yang tadinya sibuk bermain dengan Dara, kini menarik-narik tangan kakeknya, berbicara dengan lucunya mengajak sang kakek berjalan keluar rumah, sang kakekpun menuruti cucu tersayangnya itu dan meninggalkan Dara juga Sena berdua diruang tamu.

Keadaan kini berubah hening, jelas terlihat keduanya yang seolah dibuat tak mampu berucap ntah karna apa, pandangan mereka sesekali bertemu namun setelahnya saling menatap kesekitar ntah mencari apa.

Dara seolah dibuat tak berkutik batinnya merasakan hal aneh, karna baru kali ini dibuat tak mampu bertingkah, apalagi didepan seorang gadis begini, dan pula cuma gadis desa fikiran Dara terus menggerutu tak jelas.

Sena yang meski terlihat tenangpun, sebenarnya sama aneh dengan batinnya, tak kalah gugup dibuatnya, meski dia sering bertemu dengan banyak orang, tapi menurutnya tak ada yang semenggugupkan kali ini, meski ntah karna alasan yang belum pasti.

Sena juga merasa sedikit penasaran dengan gadis kecil yang baru dilihatnya, karna kemaren Sena tak melihat adanya gadis kecil.

Bahkan Sena dibuat terus merasa aneh dengan fikirannya, karna getaran asing yang sesekali terasa merambat dihatinya, kala merasa ingin terus menatap wajah didepannya meski fikirannya berusaha menolaknya.

"Diminum dulu" ucap Dara memecah keheningan.

"Iya, terima kasih" jawab Sena lirih.

Lalu meneguk minumannya meski dengan perasaan sungkan.

Sena sedikit dibuat gugup, saat mendapati tatapan Dara padanya disaat Sena sedang meneguk minumannya, tapi Sena termasuk orang yang pandai menyembunyikan rasa gugupnya, dan itu cukup menguntungkan bagi dirinya tentunya.

"Mmm, saya mau pamit pulang" ucap Sena setelahnya.

Karna merasa tak sanggup berlama-lama berdua dengan wanita didepannya, kian dirasa jantungnya seperti mengalami gangguan yang belum pernah dialami sebelumnya.

Dara hanya mengangguk menjawab ucapan Sena, lalu Sena berdiri dari duduknya, mengulurkan tangannya pada Dara yang masih duduk didepannya, sekilas Dara menatap tangan Sena yang terulur didepannya, membuat Dara juga berdiri dari duduknya, lalu menyambut uluran tangan Sena.

Tatapan mata lembut kini seolah disengaja keduanya, getar aneh nan samar yang ntah dari mana wujudnya mulai terus merambat, meski pelan tapi perlahan memasuki celah demi celah untuk temukan wadah abadi berbentuk hati tanpa mereka sadari.

Hangat telapak tangan masing-masing seolah mampu menyengat bagai kilat, jabat tangan yang kini terulang, dua tangan hangat yang tak menyangka kini kembali dipertemukan.

Mata teduh keduanya bagai saling mencoba selami dalamnya, seolah ada yang berhenti menjadikan sunyi, meski senandung hati keduanya yang sukar dipahami, terus bergemerisik berisik semakin mengusik hati sipemilik.........

TBC

Senandung Dara (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang