23

7.8K 605 203
                                    


Sore yang nampak semakin indah, menjelang petang diladang yang semakin diwarnai kisah cinta terlarang.

Meski seindah apapun suasana tapi begitu berbanding terbalik dengan suasana hati seorang gadis.

Arum menatap kaget pemandangan didepannya, bersamaan juga dengan rasa ngilu yang kini terasa tepat diulu hatinya.

Sena masih terdiam terpaku meremas botol minuman yang masih berada ditangannya, dengan sedikit kuat sekuat debar dijantungnya.

Begitu jelas dibelakang tubuhnya. Debar hebat dari sipemeluk yang dirasa sama dengan debar dihatinya.

Seolah tak peduli tempat seolah tak peduli keadaan, karna seseorang itu seolah masih menikmati bersandar dipunggung Sena.

Tatapan Sena bertemu dengan tatapan Arum. Terlihat Arum yang jelas tatapannya diliputi pilu, dan Sena yang dibuat bingung dengan keadaan yang kini dialaminya, hingga tanpa sadar menjatuhkan botol minuman ditangannya yang begitu saja dibiarkannya.

Perlahan tangan Sena terangkat untuk menyentuh kedua tangan yang melingkar diperutnya, diusapnya lembut penuh rindu karna tangan itulah tangan dari pemilik seluruh rindunya.

"Aku rindu, rindu kamu, sungguh terlalu rindu sungguh gilaku merindumu Sena" ucap seseorang itu.

Lirih tapi jelas, masih dengan mata terpejamnya seolah begitu nyaman dipunggung Sena.

Tapi meski ucapnya lirih, Arum tetap juga bisa mendengarnya yang seketika membuat dadanya semakin panas bak kebakaran mendadak.

"Dara?" Sebut Sena.

Dengan mata terpejamnya, karna menahan rindu yang semakin bertumpah ruah ingin disampaikan, karna juga tak mau terus melihat mata Arum yang ntah mengapa terlihat begitu menyedihkan dimata Sena.

Meski Sena tak sepenuhnya tau, tapi Sena juga tak sebodoh itu, yang tak pernah merasa perhatian Arum sedari dulu, tapi apapun itu bagaimanapun itu, yang namanya hati tak bisa dipungkiri pada siapa akan menghampiri.

Dara, sipemeluk Sena yang dengan beraninya menubruk tubuh Sena lalu memeluknya,
yang meski tau Sena sedang tak sendiri tapi Dara seolah tak peduli, karna rindunya menuntunnya untuk lebih berani.

Dara perlahan melepas pelukannya, Sena perlahan membalikan tubuhnya. Hingga mata keduanya kini bertemu setelah lebih dari 100 hari tak diperadu.

Tatapan keduanya yang sama dipenuhi rindu, tatapan keduanya yang meski kini mulai berbinar tapi tetap terlihat sendu menanggung rindu.

Seolah sedang saling menyelami seperti saat yang lalu, saat tatapan keduanya awal-awal dipertemu, atau sengaja lewat tatap keduanya saling mengadukan hebatnya rindu.

Arum dibuat terpaku tak tentu, nyeri serasa menusuk kala matanya disuguhi pemandangan didepannya yang bak drama cinta.

Kini terjawab sudah semua rasa penasarannya, karna satu nama yang selalu membuatnya bertanya-tanya, kini nyata ada didepan matanya kini terlihat sudah semua jawaban dari tiap pertanyaannya.

Nama yang seolah begitu istimewa bagi Sena memang benar adanya, kala matanya melihat sendiri meski berteman nyeri, saat Sena begitu dalam penuh penuh perasaan menatap lembut wanita didepannya.

Tak kuat terus beradu tatap dengan Sena, kini Dara kembali menubruk tubuh Sena dan memeluknya erat, seolah sama sekali tak ada puasnya memeluki tubuh kekasih hatinya.

Benar-benar seolah Dara tak peduli atau tak sadari, bila ada seseorang yang sedari tadi terus menahan nyeri menikmati pemandangan manis namun menghiris.

Sena juga menyambut erat pelukan Dara, wanita yang siang malam merantai rindunya.

Arum dibuat semakin miris dengan kedua orang didepannya, meski fikirannya serasa semakin tak tentu mengartikan semua yang dilihatnya.

"Arum?" Suara laki-laki membuat ketiganya menoleh.

Arum yang sedang merasa sesak dihatinya, seketika memberi senyum yang dipaksakannya pada laki-laki itu.

Sementara Dara juga Sena dibuat melepaskan pelukannya karna suara laki-laki itu.

Laki-laki itu semakin berjalan mendekat pada Arum, lalu merangkul bahu Arum dengan senyuman ramahnya pada Sena juga Dara.

"Kenalkan saya Restu...calon suaminya Arum" ucap laki-laki itu.

Dengan ramahnya memperkenalkan dirinya didepan Sena juga Dara.

Yang dibalas senyum juga oleh Sena, karna ntah mengapa hatinya seolah begitu lega mengetahui Arum yang sudah punya calon pendamping hidup.

Mereka saling berjabat tangan dengan ramah, diselinggi senyuman juga candaan dari Restu yang pembawaannya memang terlihat humoris juga manis.

Bahkan Restu memang sengaja menjemput Arum diladang Sena, yang katanya untuk kejutan atau lebih tepatnya karna restu merindukan Arum, begitulah ucapan-ucapan Restu yang jelas sekali mampu mencairkan suasana yang dirasa akan membingungkan jika Restu tak datang.

Meski kedatangan restu tak pernah diharapkan, tapi setidaknya Arum juga Sena sangat mensyukuri datangnya Restu diwaktu yang seperti sekarang.

Lalu setelahnya Restu pamit untuk mengantar Arum pulang, Arum berjalan begitu saja melewati Sena juga Dara.

Hanya tatapannya yang meski sendu tapi seolah menusuk tepat kedalam mata Sena, dan sekilas juga mata Arum sempat bertatapan dengan mata Dara, yang dirasa Arum makin memilukan batinnya.

Sena bukan tak tau jika Arum marah, Sena sadar betul akan hal itu, tapi untuk sekarang sengaja dibiarkannya dulu, Sena juga yakin Arum kini pasti sudah tau tentang hubungannya dengan Dara.

Sena tak khawatirkan itu, apalagi dengan adanya laki-laki yang menurut Sena cocok dengan Arum, yang Sena khawatir jika Arum salah faham dan berakhir membencinya.

Setelah Restu dan Arum tak terlihat, kini Sena juga Dara kembali saling menatap, meski terlihat canggung tapi keduanya sama bertukar senyuman manis.

"Kamu datang juga?" Tanya Sena.

Lembut selembut tatapannya pada Dara, disore yang kian menjemput sang petang.

"Apa aku terlalu lama?" Tanya Dara.

Tak kalah lembut, terus menatapi wajah kekasih hatinya dengan senyum anggun yang selalu dirindukan Sena.

"Bagi waktu kurasa tidak, tapi bagiku jelas iya...begitu lama, rasanya hampir gila" jawab Sena.

Berharap Dara tau, jikalau dirinya begitu sangat menunggu.

"Maaf, karna aku berani datang setelah semua urusan benar-benar terselesaikan" ucap Dara.

Lalu kembali memeluk Sena dengan lembut, tak dipedulikan sore yang kian merambati kepetang, tak dipedulikannya meski seandainya ada orang yang mungkin akan sekilas memandang, karna bagi dara rindunya tak lagi bisa dikekang.

Setelah merasa cukup Dara melepaskan pelukannya, lalu menarik lembut tangan Sena untuk mengikuti langkahnya, seperti petang yang mengikuti sang malam yang kini menjelang.

Sena hanya pasrah terus mengikuti langkah Dara, kemanapun pastinya tak akan ditolaknya, karna saat ini tujuan Dara juga adalah tujuannya.

Keduanya terus melangkah menyusuri jalan yang sudah dihiasi suasana malam, dengan tangan yang tak melepas dari genggaman.

Sesekali keduanya saling menoleh tersenyum, meski tak ada pembicaraan disepanjang jalan, tapi didalam hati keduanya sama menyerukan bahagia karna dipertemu jua.

Langkah keduanya terhenti tepat didepan sebuah rumah, mata keduanya saling tatap dengan debaran yang sama gugupnya.

Debaran yang terasa membahagiakan, tapi juga debaran yang seolah dihinggapi ketakutan.....debaran dari orang-orang yang berniat terus menggapai cintanya meski sangat tau itu jelas tak mudah dan sangat amat terlarang.............

TBC

Senandung Dara (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang