12

10.1K 757 296
                                    


Author.

"Aku minta...minta maaf karna sudah berani memintamu datang kesini" ucap Sena lagi.

Tersenyum sembari meremas samar tangan Dara yang masih digenggamnya.

Dan ntah mengapa Dara merasa kecewa akan ucapan Sena, ntah kenapa juga Dara berharap Sena minta yang lebih, meski Dara sendiri heran dengan dirinya karna seolah menjadi wanita gampangan dideket Sena.

Gampang terpesona, gampang gugup, gampang luluh meski yang dilakukan Sena hanya hal-hal sederhana, tapi menjadi nampak sangat istimewa dimata dan hati Dara.

"Hanya itu?" tanya Dara.

Jelas menunjukan pengharapan yang lebih, meski mungkin Dara tak menyadari pertanyaannya mengandung arti.

"Kalau aku minta yang lain apa boleh?" tanya Sena.

Sengaja memancing Dara, karna Sena menyadari dari sorot mata Dara seolah terlihat ingin yang sama dengan yang tersembunyi dihati Sena.

Meski kata ragu itu masih tetap ada, tapi sedikit rasa percaya Sena ada hati yang dibagi Dara untuknya.

"Tergantung" jawab Dara tersenyum.

Senyum manis yang pasti akan berlipat lagi menambah kekaguman Sena padanya, senyum yang pesonanya melebihi gugurnya setaman bunga.

Lalu dengan bermodal keberanian yang mendebarkan degub dijantungnya, Sena mulai mendekatkan wajahnya kewajah Dara ntah untuk apa, tapi kukira semua tau maksudnya.

Ulah Sena yang sudah pasti membuat Dara membeku ditempat, ulah Sena yang membuat Dara merasa jantungnya melompat-lompat saat dirasa wajah Sena semakin memburu wajahnya.

Kini nafas keduanya tak bisa dihindarkan, hangatnya bak menciumi kulit wajah masing-masing menggelitik, kini jantung keduanya sama tak bisa diredamnya kala mata mereka sedekat hampir tak berjarak.

Sampai tiba-tiba cupp...dibarengi detak hebat dijantung keduanya, dibarengi beku yang seolah melumuri tubuh keduanya, kala kedua bibir dari dua perempuan itu bertubrukan.

Dari yang awalnya Sena sengaja ingin menggecup bibir Dara meski diperlambat ragu, sampai akhirnya dipercepat oleh ombak laut yang menghantam kaki Sena, membasahkan kaki keduanya, juga membuat tubuh Sena langsung terhuyung kedepan menabrak tubuh Dara begitupun dengan bibirnya, menjadikan kecupan itu nampak tak disengaja tapi sangat didamba.

Satu detik sampai beberapa detik, sampai keduanya sama mundur kala menyadari bibir mereka tak sendiri.

Saling tatap dengan gugup, saling mengusap bibir dengan perasaan yang ragu dijelaskan, saling merasa kemanisan dari bibir yang baru bersentuhan.

"Ma..maaf Dara ombaknya nakal, aku jadi nabrak kamu gini" ucap Sena tersenyum malu-malu.

Menutupi kegugupan yang belum bisa diredamnya, kegugupan yang serasa kian berontak lebih didasar hatinya.

Dara ikut tersenyum mendengar ucapan Sena yang dirasa Dara lucu, karna sejak awal Dara tau Sena yang memulai mendekatkan wajahnya, meski Dara tak sepenuhnya yakin awalnya Sena akan berani menciumnya, tapi kini Sena berlindung pada ombak, atas kecupan yang baru saja terjadi.

"Umm ombaknya nakal, tapi menurutku kamu lebih nakal" jawab Dara menggoda Sena.

Membuat Sena tampak lebih malu-malu manis, sebisa mungkin mencoba tenang karna ucapan Dara jelas membuktikan Dara tau kesengajaan Sena awalnya.

"Aku antar pulang yuk?" ucap Sena setelahnya.

Menghindari tatapan Dara yang seolah menggodanya.

"Kamu bilang ada yang mau ditunjukin, mana?" tanya Dara.

"Sudah terlewat, tapi kurasa barusan ada yang lebih manis dan indah dari yang ingin kutunjukan" jawab Sena.

Mengingat kala bibirnya bertemu dengan bibir Dara meski hanya menempel.

Dara yang dibuat bingung dengan jawaban Sena, Dara juga yang dibuat penasaran akan jawaban Sena tapi tak diberi kesempatan bertanya lagi, kala tangan Sena menggengam tangannya untuk berjalan pulang.

Berjalan beriringan dalam suasanya yang sudah mengelap, sama tak melepas genggaman sampai tepat didepan rumah Dara, bahkan saat Sena ingin melepas tangannya, Dara justru mengeratkan genggamanya.

"Jangan pulang" ucap Dara lirih.

Seolah tak ingin Sena meninggalkannya, jelas berharap Sena terus berada bersamanya.

"Kenapa?" tanya Sena.

"Kamu...mm..kamu nginep ya?" ucap Dara meminta, meski jelas dengan malu-malu mau.

Meski sedikit heran dengan ucapan Dara, tapi dalam lubuk hati Sena begitu berbahagia akan permintaan Dara.

Dara masih erat menggengam tangan Sena, sementara Sena masih menatapi Dara dan sesekali menatap kearah tangan mereka dengan tersenyum.

"Asal buat kamu" jawab Sena tenang.

Meski dalam hati kegirangan, meski dalam hati berkedut hebat membayangkan yang tak wajar.

Setelahnya Dara menarik tangan Sena untuk masuk kedalam rumah.

Mereka bergantian untuk mandi, lalu setelahnya menikmati makan malam bersama, karna ada Sena yang menemani Dara, pengurus rumahpun Dara suruh untuk pulang dan istirahat dirumahnya.

Setelah selesai dengan makan, kini keduanya nampak duduk berdekatan diruang keluarga, dan saling berpura-pura menonton tv, karna yang sesungguhnya ada dihati keduanya adalah berdua dan berdekatan.

Meski mata keduanya terarah ketv tapi tidak dengan fikiran dan hati mereka, yang mulai timbul keinginan tak semestinya, yang mulai mengharap hal yang terlalu tak wajar.

Dari duduk yang tadinya hanya berdekatan kini keduanya sudah duduk menempel, ntah siapa yang memulai mendekat, tapi yang pasti keduanya seolah sama tak sadari.

Dari yang tadinya mata keduanya seolah fokus ketv, kini mata keduanya malah fokus menatap satu sama lain, mata yang sama memendam rasa, mata yang sama ingin diakui.

"Aa..aku mau kekamar mandi" ucap Dara terbata.

Lalu berdiri hendak melangkah, tapi tarikan tangan Sena membuatnya terkaget dan kembali terduduk, tak lagi disamping Sena tapi tepat dipangkuan Sena.

Tepat juga dengan mata Sena yang langsung menghujani sorot lembutnya kemanik gugup Dara, meski coba menghindari tatapan Sena yang dirasa semakin membuatnya kehilangan daya, tapi Dara seolah tak bisa karna tangan Sena kini sudah mengusap wajahnya, membuat Dara merasa tubuhnya membeku seketika dipangkuan Sena.

"Kenapa?" Tanya Sena lirih.

Tak lepaskan tatapnya dari makluk anggun didepannya, tak dipedulikan lagi degup jantungnya yang terus meletup-letup menggila.

"Aa..aapanya?" Tanya Dara semakin gugup.

Ntah tak mengerti arti maksud pertanyaan Sena, atau lupa akan artinya karna kegugupannya.

"Kenapa mau menghindar? Bukankah begini lebih baik" ucap Sena.

Yang seolah tau niat Dara hanya ingin menghidar untuk meredam detaknya.

Tangan lancang Sena kembali mengusap lembut wajah Dara, lalu dengan gerakan perlahan Sena memposisikan tubuh Dara turun Dari pangkuannya, dan membaringkannya disofa, dengan tubuh Sena tepat diatasnya meski belum sepenuhnya menempel.

Dara yang kini begitu terlihat menurut, bak terbius tatap teduh milik gadis yang mampu membuatnya kehilangan kata dan gerak.

Tak mampu menjawab ucapan Sena, Dara benar-benar dibuat kelu oleh sikap Sena, Dara dengan debar jantungnya yang semakin menderu gila, kala wajah gadis diatasnya kian mencoba menyatu dengan wajahnya.

Kala bibir gadis diatasnya kini menyatu dengan bibirnya, kala bibir hangat Sena tak hanya menempel tapi mulai bergerak melumat lembut bibirnya, kala hujan deras diluar sana bak semakin mendukung suasana yang diidamkan, kala rasa kian membuncah mengharap tuk dimuarakan pada sang pujaan........

TBC

Senandung Dara (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang