11

10.1K 742 329
                                    

Dara.

Sena, lagi-lagi kamu dengan tingkahmu yang makin mengusik fikirku, tidak taukah kamu? Sekecil apapun sentuhmu mampu menggaduhkan jantungku.

Sena, sudah berkali aku meredam segala tentangmu, mencoba tak merasakan hal terlarang karnamu, tapi apa kau tau? Sampai detik ini justru rasanya aku semakin mengiginkanmu.

Bolehkah kusimpulkan? Rasamu kurasa sama persis dengan rasaku, bolehkah kutebak? Hatimu sama dengan hatiku.

Sena, tapi meski begitu aku masih takut mengartikan semua ini, aku masih ragu dengan yang kualami, semua jelas salah jelas terlarang meski aku terus saja inginkan.

Sena, kamu apakan aku? Sampai dengan begitu santainya kau menawan seluruh isi fikiranku, Sena bahkan aku tak pernah berfikir sebelumnya akan mengalami hal seterlarang ini karnamu.

Kamu yang mampu mencipta detakan-detakan tanpa irama tapi indah kurasa, kamu yang mampu mendatangkan rindu sejak awal dipertemu.

Kamu Sena, kamu yang membuatku merasakan itu, merasakan keindahan yang terlarang.

Kamu Sena, kamulah yang kuharap jadi kamuku.

**********

Pagi ini mereka sudah meninggalkan desa ini, dan tinggalah aku dirumah ini ditemani seorang pengurus rumah.

Rasanya aku masih ingin melanjutkan tidurku, setelah semalam aku begadang tak jelas karna segelas coklat itu, yang membuatku susah memejamkan mata karna terus terbayang ulahnya.

Huhhhh gila, kurasa aku mulai gila sejak kembali mendatangi desa ini, gila karna seorang gadis, apa itu tidak keterlaluan namanya?

Ahh, tapi biar begitu rasanya aku tak keberatan sama sekali bila harus disebut sipenggila.

Bagaimana bisa aku melanjutkan tidurku, bila hati dan fikiranku saja terus bicara sendiri begini.

Ya sudahlah, mungkin sebaiknya aku mandi saja lalu makan, kurasa itu lebih baik.

***********

Dirumah seorang diri begini rasanya sepi sekali, rasanya aneh memang, saat aku lebih memilih tinggal beberapa hari lagi sendirian disini, bahkan keluargakupun tak kalah merasa aneh denganku, tapi masa bodo mereka mau berfikir apa.

Sampai saat ini aku masih belum yakin, apa benar alasanku masih disini karna dia? Tapi jika bukan karna dia lalu karna apa? Akupun tak punya alasan lain selain nama Sena.

Dari pagi kesore rasanya lama sekali tanpa keluargaku, apalagi tanpa Sena, hah..lagi-lagi gadis itu yang kusebut.

Seandainya dia tau aku masih disini karnanya, bagaimana reaksinya? Akan biasa saja atau akan lebih dari biasa, tapi akupun tak akan memberitaunya akan hal itu.

Saat aku sedang perang batin dengan fikiranku, aku mendengar ketukan pintu didepan sana, karna yang mengurus rumah ini sedang keluar, akupun mau tak mau membukakan pintu untuk siapa yang mengetuk pintu, ntah tamu atau apa.

Saat aku membuka pintu aku menemukan seorang anak laki-laki yang kufikir masih belasan tahun, sedang berdiri didepan pintu.

"Mba Dara kan?" Tanya anak itu.

"Iya, ada apa ya?" Tanyaku.

"Ini, saya disuruh memberikannya pada mba Dara" ucap anak itu.

Sambil menyerahkan kertas yang sudah dilipat-lipat menjadi peasawat-pesawatan, aku merasa sangat aneh dengan kertas itu, tapi meski begitu aku tetap menerimanya, dan kulihat anak itu langsung pamit dan pergi.

Apa maksudnya ini? Kenapa aku lupa bertanya siapa yang mengirimnya, kenapa kertas yang sudah dilipat pesawat begini.

Karna aneh dan penasaran akupun membolak balikan lipatan kertas itu, bahkan aku sampai membukanya, dan barulah aku menemukan tulisan dikertas tersebut.

"Aku tunggu ditepi pantai kemaren, ada sesuatu yang mau kutunjukkan, datang sekarang ya"
begitulah tulisan yang ada dikertas itu, aneh batinku merasa.

***********

Author.

Meski tak ada nama pengirimnya, tapi Dara langsung yakin itu dari Sena, karna selain Sena tak ada seorangpun yang dikenalnya, meski Dara merasa aneh tapi ntah kenapa dalam hati begitu jelas kegirangan.

Ya wajar saja memang jika Sena memilih mengirimi Dara pesan lewat secarik kertas, karna sampai detik ini mereka belum bertukar nomor ponsel, ntah karna mereka lupa atau karna mereka sibuk menenangkan debar dihatinya kala bertemu.

Tak mau terus berfikiran sendiri, Dara kini mulai melangkahkan kakinya menuju pantai kemaren, meski hatinya begitu penuh penasaran, meski benaknya tak berhenti bertanya sendiri, tapi Dara terus melangkah dengan tersenyum.

Ya, sehebat itu efek Sena, yang mampu membuat wanita anggun seperti Dara kadang jadi nampak mengemaskan.

Suasana sore yang cukup cerah, langitpun nampak terlukis warna-warna indah, tak seperti kemaren yang tertutup mendung.

Dara terus menyusuri jalanan dengan hati yang tak menentu, hati yang mulai berdebar gugup, manakala matanya sudah menangkap sosok gadis yang sudah mendebarkan hatinya sedang berdiri disana, berdiri mempesona dengan memandangi lautan didepannya.

Perlahan langkah Dara mulai mendekati Sena, hingga sampailah Dara tepat dibelakang Sena, terdiam memandangi Sena dari belakang, Sena yang masih memandang kelautan didepannya.

Ntah kenapa Dara seolah merasa menjadi kelu untuk sekedar menyapa Sena, karna jantungnya dibuat lebih gugup dari biasanya.

Saat Dara masih berperang dengan fikirannya, saat itu juga Sena membalikan tubuhnya dan mendapati Dara sudah dibelakangnya.

Dara yang nampak malu-malu dengan hati tak menentu, matanya menatap Sena lalu tertunduk tak kuasa, Sena tersenyum melihat tingkah Dara yang jelas terlihat malu-malunya.

Lalu kaki Sena melangkah pelan tapi pasti mendekati Dara, berdiri tepat didepan wanita anggun yang sudah membuatnya menjadi perindu gila.

"Aku seneng kamu datang" ucap Sena lembut.

Membuat Dara langsung mendongak dan tepat berpandangan dengan Sena.

"Mmm..aku...mmm...karna ini" jawab Dara.

Menunjukan kertas yang diterimanya, dengan begitu jelas menunjukan rasa gugupnya, begitu jelas dengan degupan liar dihatinya.

"Itu karna aku tidak tau nomor ponselmu" jawab Sena malu-malu.

"Kamu gak pernah minta" jawab Dara.

"Sekarang aku mau minta" jawab Sena menatap mata Dara kalem.

"Ini" jawab Dara.

Memberikan ponselnya pada Sena, untuk bertukar nomor ponselnya, dengan malu-malu bak anak belasan yang baru merasakan benih-benih cinta.

Sena langsung meraih tangan Dara, tapi bukan mengambil ponselnya melainkan menggengam tangan Dara.

Membuat Dara menatap Sena kaget, membuat jantung Dara kembali berdegup-degup.

"Bukan itu, aku minta yang lain" ucap Sena.

Lalu dengan lembut menarik tangan Dara, membuat tubuh Dara semakin mendekat didepan Sena, lalu Menatap wanita didepannya begitu dalam, sedalam Dara yang membalas tatapan Sena.

"Yang lain, aa...apa?" Jawab Dara terbata.

Merasa tak ada guna berusaha meredam gugupnya, karna sekuat apa tetap tak bisa.

"Aku minta......." ucap Sena sengaja dijeda.

Karna debar dihatinya juga tak kalah riuhnya, karna setiap tarik nafasnya dibuat tak selancar biasanya.

Sena terus menatap dalam mata lembut didepannya, mata yang jelas dipenuhi tatapan gugup seiring degup jantung yang sama kian tak terbendung.........

TBC

Senandung Dara (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang