26

7.4K 565 211
                                    


Seseorang didepan pintu kini langsung saja masuk kedalam rumah, tanpa bicara apapun pada Sena, hanya tatap tajam tidak sukanya yang diberikan pada Sena.

Langkahnya cepat menuju kamar Dara, lalu tanpa menggetuknya langsung masuk begitu saja.

Sena mengikuti dengan perasaan dilanda cemas, tak ada yang bisa dilakukan untuk mencegah orang itu yang tak lain tak bukan adalah ibu Dara.

Membuat Sena tak bisa melarangnya, meski Sena tau ibu Dara pasti menggetahui sesuatu tentang hubungannya bersama Dara.

Dan yang Sena cemaskan kini terjadi juga, saat ibu Dara memasuki kamar Dara, dan baju Dara masih berserakan sisa semalam, karna Dara ternyata melanjutkan tidurnya dibalik selimut yang menutupi tubuh telanjangnya.

Membuat tatapan ibu Dara makin berkilat marah, saat melihat baju anak perempuannya yang berserakan, fikirannya langsung kemana-mana karnanya.

"Dara bangun!" Ucap ibu Dara tegas.

Terdengar penuh amarah yang sepertinya akan segera meledak, menarik selimut Dara yang seketika tersingkap memperlihatkan bagian atas tubuh Dara.

Membuat Dara seketika juga begitu kaget karnanya, membuka matanya tak percaya kala melihat ibunya ada dikamarnya.

Lalu dengan cepat Dara menarik kembali selimutnya, untuk lagi menutupi tubuh atasnya yang sempat terlihat ibunya.

"Benar-benar keterlaluan juga sangat memalukan, ibu sudah curiga dari awal pada kalian berdua, dan sekarang ibu melihat sendiri sisa dosa yang kalian lakukan!" Ucap ibu Dara.

Sangat tegas juga berapi-api dengan amarahnya, menatap tajam pada Dara yang tak tau harus berbuat apa.

Sena masih berdiri membeku didepan pintu kamar Dara, ingin berbicara tapi rasa kelu tak bisa, karna merasa tak enak pada ibu Dara.

"Dan kamu...kamu apakan anak Saya?!" Tanya ibu Dara.

Jelas dengan amarah yang begitu berapi.

Yang seketika membuat Sena semakin dilanda kelu, yang juga membuat Dara tak menentu.

"Bu, ini bukan salah Sena, jadi jangan tanya apapun pada Sena, apalagi sampai membentaknya ibu tak punya hak" ucap Dara pada ibunya.

Karna Dara juga sangat faham Sena pasti dilanda bingung, karna ibunya yang tiba-tiba datang dengan marah.

"Kamu jangan membelanya, ibu tidak mau tau, sekarang juga kamu ikut ibu pulang!" Lagi ucap ibu Dara.

Masih dengan tegasnya, bak memerintah yang tak mau dibantah.

"Dara tidak akan kemana-mana bu, dan Dara minta ibu keluar dulu dari kamar Dara, karna Dara mau ganti baju" jawab Dara pada ibunya.

"Sena, kamu disini aja ya" lagi ucap Dara.

Yang jelas makin membuat amarah ibunya ingin meledak.

Sena hanya menatap tak percaya pada ucapan Dara, yang seolah tak takut pada ibunya, yang seolah sengaja mengharap Sena tetap ada bersamanya.

"Secepatnya ibu tunggu!" jawab ibu Dara.

Lalu melangkah keluar dari kamar Dara, melewati Sena yang berdiri didepan pintu, menatap Sena dengan pandangan sinis tak sukanya.

Sena hanya menatapnya biasa, meski dalam hati cemas dan tau ibu Dara jelas tak menyukainya.

Dara berjalan mendekati Sena, lalu menarik tangan Sena masuk kamarnya, dan menutup pintunya, Dara jelas tau hati Sena pasti sedang tak tenang.

"Jangan difikirin ya apa yang tadi ibu katakan, aku tidak akan ikut pulang, aku ingin menetap ditempat ini juga dihatimu" ucap Dara.

Yang seketika mampu menggurangi kecemasan Sena, yang seketika mampu mengukir senyum manis Sena.

"Maaf jika hanya hati dan peluk ini yang kupunya, tapi dengan keduanya aku siap lalui segalanya denganmu Dara" ucap Sena setelahnya.

Tulus dari hatinya, meski terkadang merasa tak pantas mengharap Dara apalagi memperjuangkannya yang mungkin tak Sena mampu.

Tapi hatinya begitu kukuh untuk terus maju merengkuh, kekasih hati yang tak bisa lagi diperjauh.

"Aku percaya kamu, hati dan pelukmu lebih dari cukup untukku yakin lalui ini berdua denganmu" ucap Dara.

Memang begitulah yang dirasa hatinya, karna sedari awal tak peduli siapa Sena dan dari mana Sena, karna baginya cinta sehatinya sudah cukup untuk lalui segalanya.

Sena mengangguk tersenyum manis untuk ucapan Dara, tatapnya seolah lebih membinar dibanding tadi.

Lalu Dara segera memakai bajunya, dengan Sena yang tak lepas menatapnya, dengan sesekali saling tatap saling melempar senyum.

Setelah selesai dengan bajunya, Dara juga Sena lalu keluar dari kamar menemui ibunya yang sudah menunggu dengan raut tak santainya.

"Ibu kenapa repot-repot datang sepagi ini?" Tanya Dara.

Nampak santai juga tenang, seolah tak cemas sama sekali tentang tadi yang dibicarakan ibunya, seolah tak masalah meski ibunya tadi secara tak langsung memergokinya, yang baru aja melakukan hal tak biasa dengan Sena.

Dara nampak terus bersikap tenang, sedang Sena yang meski berusaha tetap tenang, tapi dalam hatinya masih tak bisa tenang, masih dengan kecemasan juga tak tentunya.

"Sejak kapan kamu jadi tidak sopan begini sama ibu?!" Tanya ibu Dara.

Begitu terlihat sinis dan tak sukanya dengan sikap Dara yang menurutnya tak sopan.

"Maaf bu" jawab Dara menunduk.

"Kamu ikut ibu pulang sekarang, atau ibu perlu datengin orang tua anak ini? Biar ibu kasih tau bagaimana cara mendidik anaknya" lagi ucap Dara.

Yang seketika membuat Sena menatap tak percaya, bukan karna takut, tapi karna merasa tak terima jika ibunya secara tak langsung disalahkan dalam mendidiknya, karna apa yang Sena rasakan pada Dara tak ada hubungannya dengan masalah didikan.

Dara juga dibuat tak percaya akan ucapan pedas ibunya, Dara menatap ibunya jelas kini dengan raut marahnya, meski tak semarah ibunya yang terlihat begitu jelas.

Lalu Dara menghampiri Sena, mengusap lembut punggung Sena, berharap Sena tetap tenang karna ucapan ibunya.

"Ibu jangan seenaknya dengan pemikiran ibu, semua ini tidak ada hubungannya dengan didikan, kalau ibu bilang orang tua Sena salah mendidik anaknya, lalu ibu sendiri bagaimana? Karna disini tak hanya Sena tapi juga Dara yang merasakan bu" ucap Dara.

Jelas sekali membela Sena, karna memang pemikiran ibunya dirasa jelas tak sepenuhnya benar.

"Kamu sudah tidak takut sama yang namanya dosa haa?!" Tanya ibu Dara.

Tegas penuh amarah pada Dara, yang kini terlihat semakin tak trima atas ucapan ibunya.

"Masalah dosa biar jadi urusan Dara nantinya bu, tidak perlu ibu memikirkan itu" jawab Dara.

Terus membantah ucapan ibunya, yang memang dirasa begitu kasar meski mungkin itu wajar ditujukan pada dirinya.

"Apa perlu ibu gunakan cara kasar? untuk membawamu pulang!" ucap ibu Dara.

Seolah tak menyerah untuk membawa Dara pulang bersamanya.

Membuat Dara semakin merasa marah dan tidak suka dengan ucapan ibunya, lalu tatapan Dara bertemu dengan tatapan Sena, tatapan yang sama tapi nampak beda, tatapan dua orang yang terlarang yang serasa akan kembali dipisahkan..............

TBC

Senandung Dara (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang