15

10.1K 723 234
                                    

Dengan tatapan terlukanya Sena menatap Sendu Dara, lalu setelahnya Sena berpura-pura tenang meski hatinya gelisah, dan pamit untuk pulang.

Tapi baru hendak melangkah, Dara menarik tangan Sena erat membuat Sena tetap ditempatnya, membuat laki-laki didepan Dara menggernyit heran akan ulah Dara.

Lalu Dara menatap Sena lembut memohon, berharap Sena tau Dara ingin tetap bersamanya.

Lalu Dara menatap laki-laki gagah didepannya, menatap datar biasa saja, berharap laki-laki itu tau Dara tak harapkan kehadirannya.

"Aku bisa pulang sendiri, jadi sekarang silahkan kamu pulang, dan jangan lagi coba mendatangiku, kita hanya akan bertemu dipengadilan minggu depan untuk menyelesaikan semuanya" ucap Dara pada laki-laki itu.

Sengaja menahan Sena tadi, agar Sena tau laki-laki itu bukan hal penting baginya, karna sedikitpun Dara tak mau Sena salah faham, meski Dara sendiri bingung karna dirinya dan Sena juga tak ada hubungan apapun.

"Sayang, aku mohon batalin semuanya, demi anak kita sayang fikirin lagi tindakan kamu" jawab laki-laki itu merayu.

Jelas masih begitu mengharap Dara dengan ucapannya, jelas tak mau pisah dengan Dara.

"Tidak akan ada yang dibatalin, yang kulakukan sudah sangat tepat, berapa kalipun kamu meminta jawabku tetap sama, jadi sekarang pergilah, kalau kamu tetap kekeh disini biar aku yang pergi" lagi ucap Dara pada laki-laki itu.

Membuat wajah laki-laki itu nampak kesal meski tetap tenang, membuat laki-laki itu jelas merasa tak bisa membujuk Dara saat ini.

"Ok Dara..ok, aku pergi..Tapi kamu harus tau, apapun akan kulakukan untuk mempertahankan rumah tangga kita" ucap laki-laki itu.

Dengan yakin, dengan tegasnya seolah tak mau menyerah, meski hatinya kesal karna gagal menjemput Dara, meski sekarang merasa tak mudah membujuk Dara.

Sementara Sena hanya jadi pendengar, yang didalam hatinya jelas merasa tak tenang.

"Tidak perlu repot, dan tidak perlu buang-buang waktu untuk itu, karna tidak akan merubah apapun" jawab Dara tegas.

Terdengar menusuk terdengar angkuh bagi laki-laki itu, membuat raut wajah laki-laki itu terlihat semakin kesal dan geram, menatap pada Dara juga Sena bergantian.

Setelahnya laki-laki gagah itu melangkah memasuki mobilnya tanpa berucap lagi, dengan hatinya yang begitu geram karna ucapan Dara, lalu menyuruh supirnya untuk segera melajukan mobilnya.

Dara kini menatap Sena yang masih seolah menatap kosong kedepan, Dara yang ternyata sedari tadi tak melepas genggamannya pada tangan Sena.

Dara sedikit meremas tangan Sena yang kini terlihat melamun, dan membuat Sena yang tadi terus menatapi jalanan kini perlahan menatap Dara.

"Masuk yuk, udah petang gini" ajak Dara.

"Aku pulang dulu aja, sekalian bilang sama ibu mau nemenin kamu lagi" jawab Sena.

Antara lembut dan lirih, menatap sendu tepat kesorot lembut mata Dara.

Meski hatinya sedang dilanda gundah, tapi Sena mencoba baik-baik saja didepan Dara.

Setelahnya Sena melepas genggaman tangan Dara, membuat Dara seolah tak rela genggamannya terlepas, lalu berjalan menuju rumahnya, meninggalkan Dara yang masih terdiam menatapi Sena.

Dara yang jelas tau, kalau Sena pasti bingung atau heran dengan kejadian barusan.

*********

Sena kini sudah kembali kerumah Dara, setelah tadi pulang lebih dulu kerumahnya, Sena yang hatinya tak bisa tenang sejak kejadian didepan rumah Dara.

Sena yang merasa bukan siapa-siapa, Sena yang jelas merasa tak berhak akan Dara, mengingat laki-laki gagah dan berwibawa tadi yang bermaksud menjemput Dara, yang jelas masih suaminya.

Meski Dara tadi menyebut pengadilan, yang artinya mereka akan bercerai, tapi mendengar ucapan laki-laki itu yang akan melakukan apapun, yang tentu saja membuat hati Sena merasa sesak.

Karna jauh didasar hatinya Sena berharap Dara tak dimiliki siapapun.

"Kamu udah makan?" Tanya Dara lembut.

"Iya sama ibu" jawab Sena tenang.

Lalu keduanya saling diam, mungkin sibuk dengan fikirannya sendiri, Sena yang berharap Dara mau memberinya kejelasan meski mungkin itu bukan urusan Sena, Dara yang merasa bingung harus berbicara dari mana, karna fikirnya dia bukan apa-apa Sena yang mungkin tak harus bercerita apapun.

Hanya sesekali tatapan mereka yang saling bicara, lalu setelahnya kembali berpaling menghindar dari mata didepannya.

"Sena?" Panggil Dara setelahnya.

Karna tak tahan saling diam, membuat Sena mengangkat kepalanya yang tadinya tertunduk, menatap Dara dengan dalam penuh pengharapan.

Lalu digenggamnya lembut tangan Sena oleh Dara, dibawanya kepangkuannya diremasnya penuh kasih.

"Yang tadi itu, dia...Shaki, suami aku tapi..seperti yang tadi aku bilang, aku sedang proses buat pisah sama dia, aku tau mungkin ini gak penting buat kamu tau, tapi aku berharap kamu gak berfikir macem-macem tentang aku" ucap Dara akhirnya.

Menjelaskan apa yang memang diharapkan Sena, menatap lembut tapi dalam kemata Sena, ucap Dara dengan sedikit takut akan membuat Sena menjauh.

Tangan Dara masih lembut menggengam tangan Sena, yang sedari tadi tak bersuara, hanya mendengarkan dengan tatapannya yang ntah apa artinya.

Dalam hati Sena ada rasa lega dengan penjelasan Dara, tapi tak bisa dipungkiri ada juga rasa gundah yang mendera, matanya tak lepas menatap wanita anggun didepannya.

Setelahnya Sena membawa tubuh Dara kedalam dekapannya, mungkin sebagai jawaban atas penjelasan Dara, yang artinya Sena mengerti, atau artinya Sena begitu takut kehilangan.

Sena mendekap erat tubuh Dara seolah sedang memberitau Dara, jikalau apapun itu Sena tak ingin jauh dari Dara.

Dara membalas pelukan erat Sena, berharap Sena tau kalau dirinya mengharap lebih.

Beberapa saat mereka terus berpelukan, tanpa ada yang bersuara, dalam hati Sena berharap bahwa pelukan bisa mewakili kata yang sulit diucap.

Dara yang mencoba mengartikan dekapan erat Sena, meski Sena tak bicara tapi kini Dara yakin, Sena sama dengannya tak ingin saling jauh.

Kini perlahan Sena mengendurkan pelukannya, lalu melepaskannya untuk menatap mata Dara, mengusap lembut wajah wanita yang jelas beberapa tahun diatasnya, dengan sepenuh perasaan didalam hatinya.

Yang selalu membuat Dara tampak malu-malu diperlakukan begitu oleh Sena, yang membuat Dara seperti merasa bak pertama mengenal jatuh cinta.

"Apa boleh.....aku...?" Tanya Sena tiba-tiba.

Semakin dalam dan ntahlah menatapi mata Dara, yang dirasa Sena kian meluluhkan tiap detakan.

Membuat Dara sedikit bingung dengan maksudnya, bingung yang jelas bercampur degup gugup.......

TBC

Senandung Dara (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang