31

6.4K 530 140
                                    


Pemandangan yang semakin menambah emosi ibu Dara, tapi pemandangan yang semakin meyakinkan bagi ibu Sena juga ayah Dara, bahwa anak mereka memang sudah tidak bisa dipisahkan.

Meski didalam hati ayah Dara juga ibu Sena tersimpan kecewa, meski mereka juga tidak pernah membenarkan hubungan terlarang keduanya, tapi mencoba memisahkan keduanyapun tak pernah terniat.

Apalagi saat melihat betapa Sena begitu berani melindungi Dara, dan melihat Dara yang tampak tak bisa jauh dari Sena, rasa-rasanya memang tak ada pilihan selain mengiklaskan keduanya bersama.

Setidaknya begitulah yang ada difikiran ibu Sena juga ayah Dara, berbeda dengan ibu Dara yang masih saja tak terima, yang masih saja terus berusaha memisahkan keduanya.

Kedua laki-laki yang diperintah ibu Dara, kini mulai menarik-narik tangan Dara agar terlepas Dari dekapan Sena.

Tapi dengan beraninya Sena menepis tangan kedua laki-laki itu, agar terlepas dari tangan Dara yang juga berontak.

Kedua laki-laki terus coba menarik Dara agar terlepas dari pelukan Sena, tapi sekuat tenaga juga Sena mempertahankan Dara, sampai kemudian.

"Kalian berdua berhenti memaksa anak saya!" ucap ayah Dara.

Cukup keras dan tegas, membentak kedua laki-laki suruhan istrinya.

Yang seketika membuat kedua laki-laki itu berhenti menarik Dara, dan membuat ibu Dara terlihat semakin marah, dengan apa yang didengar juga dilihatnya.

"Kenapa berhenti? bawa anak saya kemobil cepat, saya yang membayar kalian jadi cuma perintah saya yang harus kalian turuti" ucap ibu Dara.

Penuh emosi yang tak bisa ditahannya pada dua lelaki yang dibayarnya.

"Berani kalian memaksa anak saya, kalian tidak takut? kalau saya memanggil orang-orang disini untuk mengusir kalian, jadi sebelum itu saya lakukan secepatnya kalian pergi dari sini, jangan ikut campur karna ini urusan keluarga, pergi sekarang!" Lagi ucap ayah Dara dengan lantangnya.

Yang mampu membuat kedua laki-laki itu kini nampak takut, karna meski mereka dibayar untuk membawa Dara pulang, tapi mereka juga takut jika sampai dikeroyok warga karna melakukan pemaksaan.

Kedua laki-laki itu dengan takut kini menunduk, tak berani menatap ibu Dara yang matanya terlihat sangat berkilat penuh amarah.

"Kalian berani menolak perintah saya?" tanya ibu Dara.

Didepan kedua laki-laki yang dibayarnya.

"Maaf bu" jawab salah satu dari mereka.

Hanya itu yang terucap, Karna bagaimanapun mereka tak berani melawan ibu Dara, meski tak berani juga menurutinya lagi.

"Kurang ajar kalian, tidak berguna..kalian....." ucap ibu Dara memaki keduanya.

Tapi belum selesai ibu Dara meneruskan makiannya, kedua laki-laki itu melangkah pergi keluar dari rumah itu.

Membuat ibu Dara mengerang frustasi karnanya, karna merasa apa yang diinginkannya tak tercapai untuk membawa Dara pulang.

"Ayah membela mereka? Ayah sadar tidak yang mereka lakukan itu dosa besar, salah besar, tapi ayah malah mendukungnya, ayah macam apa kau ini!?" Ucap ibu Dara pada suaminya.

Begitu marah dan berapi-api, yang sedari tadi sudah seperti orang yang hendak mengamuk.

"Ayah tidak membela mereka, ayah hanya tidak mau ada kekerasan atau paksaan bu, Dara sudah dewasa bahkan sudah punya Syairra, apa pantas dipaksa-paksa begitu? ayah sangat tau itu tidak dibenarkan tapi ayah juga tidak bisa menyalahkan hati mereka begitu saja bu, ini masalah hati bu bukan masalah fisik yang bisa dipaksa, sudahlah bu...sebaiknya ibu pulang jangan terus-terusan membuat kekacauan disini" jawab ayah Dara panjang.

Berharap istrinya tau, tidak semua hal bisa dipaksa begitu saja.

"Ayah keterlaluan, dosa kok dibela, mau jadi apa anak kita, dan kamu sampai kiamatpun saya tidak akan pernah menerimanya" ucap ibu Dara emosi.

Pada suaminya, dan lalu menunjuk Sena seolah ingin menelannya hidup-hidup.

"Dan anda, betul-betul tidak bisa mendidik anak anda, kalian berdua ibu dan anak sama saja" lagi ucap ibu Dara pada ibu Sena.

"Cukup bu, yang sopan kalau bicara dengan orang lain, ibu menggatai orang lain tidak terdidik, lalu ucapan ibu barusan itu ucapan orang yang terdidik?" Ucap ayah Dara.

Sedikit membentak istrinya, yang dirasa sudah kurang sopan pada Sena dan ibunya.

Yang semakin membuat ibu Dara semakin menahan amarah didalam hatinya, menatap tajam sang suami yang dirasa tak ada dipihaknya.

"Bu, tolong maafkan sikap istri saya, dan Sena, jaga Dara juga Syairra dengan baik ya, saya percaya sama kamu nak" ucap ayah Dara.

Pada ibu Sena dan juga Sena, lalu menarik tangan istrinya membawanya menuju mobil, meski istrinya berontak dan mengucapkan kata makian tak jelas, tapi ayah Dara tak pedulikan, terus membawa istrinya masuk kemobil lalu pergi.

Sementara didalam rumah kini nampak sunyi tak segaduh tadi, ntah tak ada yang berniat bicara ntah mereka masih tak percaya kejadian barusan.

"Dara, Syairra dimana ya? dari tadi ibu tidak melihatnya" tanya ibu Sena.

Ntah mencoba melupakan kejadian tadi, atau agar suasana menjadi menghangat.

"Syairra main diluar bu, sama bibi tadi" jawab Dara.

Terlihat sedikit canggung menatap ibu Sena yang terlihat biasa.

"Kalau begitu ibu susulin Syairra ya, ibu kangen sama cucu ibu" ucap ibu Sena.

Tersenyum pada Sena juga Dara, yang menatap dengan rasa tak percaya karna sikap ibu yang dirasa begitu menghangatkan hati juga suasana.

"Bu...?" panggil Dara.

"Sudah kalian istirahat saja, ibu keluar ya" dipotong ucapan ibu Sena.

Lalu setelahnya ibu Sena keluar dari rumah itu, meski jujur hatinya sakit karna ucapan ibu Dara, tapi sebisa mungkin tetap tersenyum, karna ibu Sena juga sangat mengerti bagaimana kecewa dan marahnya ibu Dara.

Satelah ibu Sena keluar, Dara juga Sena kini nampak saling tatap dengan hati yang meski belum sepenuhnya, tapi setidaknya cukup lega karna keduanya kini masih bersama.

Senyum Dara menggembang seketika lalu dengan cepat menubruk tubuh Sena, dan memeluknya erat, yang juga disambut tak kalah erat oleh dekapan Sena, keduanya tampak begitu bersyukur karna tak terpisah.

**************

Beberapa hari berlalu sejak kejadian gaduh nan rusuh itu, Dara juga Sena terus menjalani hari-harinya, mencoba melupakan kejadian itu, Sena kini jelas sudah tinggal bersama Dara juga Syairra, meski terkadang Sena membawa keduanya menginap dirumahnya, agar keduanya lebih dekat dengan ibu Sena.

Seperti siang ini, saat Sena Dara juga Syairra hendak makan siang, pintu rumah mereka diketuk seseorang.

Dara yang beranjak untuk membuka pintu, yang langsung membuatnya beradu tatap dengan seorang gadis didepan pintu, gadis yang menggetuk pintu rumahnya.

Nampak tak ada senyum dari bibir Dara, ntah karna tak suka pada tamunya atau karna tak mengenal tamunya.

Berbeda dengan gadis didepannya yang sedikit tersenyum meski jelas dipaksakan, tatapan mata keduanya seolah memancarkan aneh yang hanya ditaui keduanya................

TBC

Senandung Dara (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang