7

10.1K 805 351
                                    

Author.

Dara yang masih merasa begitu dibuat gugup karna jemari Sena dipipinya, kini nampak memejamkan matanya, ntah untuk meredam kegugupannya atau karna menikmati sentuhan jari Sena.

"Rambut kamu nakal, nutupin wajah cantik kamu gini" ucap Sena.

Yang mampu membuat Dara seketika membuka matanya, menyadari bahwa yang Sena lakukan hanya merapikan sedikit rambutnya yang berterbangan hingga kepipinya.

Dara menyesali karna sudah memejamkan matanya disaat seperti tadi, apalagi dengan jelas Sena pasti sudah melihatnya, Dara tak mau sampai Sena berfikir yang tidak tidak tentangnya.

Sena terus tersenyum menatapi wajah Dara yang menurutnya sangat anggun mengemaskan, membuat Dara terlihat salah tingkah karnanya, meski dalam hati Sena tak kalah gugup tapi dia begitu pandai menyembunyikannya didepan Dara.

Tak tahan terus ditatapi Sena yang membuat jantungnya bergemuruh, Dara lalu berjalan melewati Sena dengan senyum malu-malunya, disusul Sena dibelakangnya dengan senyum yang masih betah dibibirnya.

Dara terus berjalan pelan dengan perasaan tak karuan, perasaan yang dirasa begitu aneh tapi nampak jelas terasa, saat hatinya begitu berdebar kala begitu dekat dengan Sena yang sama perempuan dengannya.

Dara melirik gadis yang sedang berjalan disebelahnya, seketika itu juga Sena menoleh padanya.

"Kita petik yang disini saja" ucap Sena menghentikan langkahnya.

Dara juga ikut menghentikan langkahnya, menganguk sambil memandang sayuran yang memang sudah siap petik yang ditunjuk Sena.

Dara mengikuti Sena memetik satu persatu sayuran, meski awalnya Dara nampak ragu-ragu tapi sekarang terlihat Dara seolah menikmati memetik sayuran-sayuran itu.

Cuaca yang sedari tadi nampak mendung, kini terlihat semakin bertambah mendung, seolah pertanda hujan akan segera kembali menyapa bumi, dua orang pekerja yang membantu Sena diladangnyapun telah pamit untuk pulang lebih dulu, dengan membawa sayuran kerumah Sena.

Ibu Sena yang memang sedang ada urusan lainpun tak datang keladang, dan kini tinggalah Sena dan Dara yang masih terlihat begitu menikmati apa yang dilakukannya.

Ntah karna mereka merasa betah diladang, atau karna mereka merasa betah dengan sosok yang bersamanya, hingga mereka berdua seolah tak peduli mendung yang terus bertambah dilangit sana.

Sampai akhirnya menurunkan gerimis yang membuat keduanya nampak kaget, dan gerimis terus semakin menjadi hujan yang cukup deras dengan cepatnya, membuat Sena menarik tangan Dara dan berlari kecil membawanya untuk berteduh disebuah gubuk yang ada diladang Sena.

Hujan kini turun dengan cukup derasnya, membuat dua orang dibawah gubuk saling pandang dengan kikuk, saat menyadari tangan keduanya masih dalam gengaman, perlahan Sena melepas gengamannya ditangan Dara, tapi kemudian tangan Sena berpindah mengusap kening Dara, mengusap sedikit air hujan yang berada dikening Dara.

Membuat Dara merasa tubuhnya menegang karna sentuhan tangan Sena yang dirasa begitu hangat disuasana hujan deras begini, detak jantungpun dirasa semakin tak beraturan, mata keduanya kembali beradu tatap dengan sama beraninya.

Sampai kerasnya suara petir yang begitu mengelegar, membuat Dara menubruk tubuh Sena seketika dan memeluknya begitu erat, jelas sekali terlihat Dara yang begitu ketakutan karna kerasnya petir, Sena yang tau ketakutan Dara membalas pelukan Dara tak kalah erat, meski Sena juga sempat kaget karna suara petir yang begitu mengema tapi tak membuatnya takut, karna bagi Sena suara petir sudah biasa didengarnya saat kehujanan diladang seperti saat sekarang.

Lebih dari satu menit mereka saling berpelukan erat, bahkan Dara seolah terlihat begitu nyaman dalam pelukan Sena, bahkan Sena seolah enggan melepas Dara dari peluknnya, meski keduanya kini kembali merasa detakan dihatinya terpacu cepat.

Bahkan hujan yang terus berjatuhan dengan derasnya, seolah tak mampu meredam hebatnya detak jantung mereka yang sama bergemuruh riuh bersahutan.

hingga akhirnya Dara mulai merengangkan pelukannya dan memundurkan tubuhnya dari tubuh Sena.

Seolah sadar apa yang baru saja dilakukannya, Dara menatap Sena dengan gugup, sementara Sena yang ditatap seolah menahan senyum, membuat Dara semakin dibuat tak tentu.

"Ta..tadi sorry" ucap Dara gugup.

Lalu memalingkan pandangannya dari Sena, mencoba meredami debar dijantungnya yang kian jelas.

"Gak papa kok, asal itu buat kamu" jawab Sena, disertai senyum samarnya.

Yang seketika membuat Dara menatapnya, karna jawaban Sena dirasa begitu membuat hati Dara berbunga, tapi juga membuat hati Dara dilanda tanya.

"Maksudnya?" tanya Dara ingin tau.

"Ini hujan termanis" jawab Sena tersenyum.

Membuat Dara semakin dilanda penasaran, jawaban-jawaban Sena terdengar aneh menurut Dara, meski jawaban aneh Sena ntah kenapa mampu membuat hatinya merasa senang.

Setelah menit demi menit berlalu yang ntah berapa menit, yang tentu saja bagi keduanya serasa begitu cepat berlalu.

Hujan terlihat mulai mereda meski blm sepenuhnya reda, karna masih menyisakan gerimis kecil, mungkin hujan masih belum rela meninggalkan sang bumi.

Tapi meski masih menyisakan gerimis, namun Sena mengajak Dara untuk segera pulang, karna jika menunggu reda takutnya malah hujan akan kembali menderas, dan mereka akan kemalaman diladang, Dara menurut saja dengan Sena.

Kini mereka nampak berjalan diantara gerimis, dengan masing-masing membawa satu ember kecil yang berisi sayuran yang diminta ayah Dara, mereka berjalan berdampingan melewati jalan yang sepi tentu saja akibat hujan, mendung yang masih sangat pekat gerimis yang tak kunjung pergi, menjadikan suasana sore dipedesan itu terlihat mengelap.

"Kalau cape biar aku yang bawa" ucap Sena dipertengahan jalan.

Lalu menyentuh satu tangan Dara yang memegang ember kecil, lagi-lagi membuat Dara keget karnanya, namun hati kecilnya tak memungkiri jika dia bahagia karna perhatian kecil Sena.

"Gak kok, inikan gak berat" jawab Dara tersenyum.

Senyum yang dirasa Sena begitu memikat, senyum yang selalu membuat Sena merasa ingin selalu melihatnya, senyum yang terkadang membayang diingatan Sena.

Setelah beberapa menit berjalan, mereka kini telah sampai didepan rumah Dara, Dara yang mengajak Sena untuk mampir harus kecewa, karna Sena yang menolaknya dengan alasan tubuh dan bajunya yang kotor karna dari ladang.

"Mmm Sena, makasih buat tadi dan ini" ucap Dara menunjuk pada dua ember kecil.

"Sama-sama, aku pulang ya" jawab Sena.

Lalu Sena berbalik dan melangkah tapi terhenti kala Dara memanggilnya, membuat Sena kembali berbalik melihat pada Dara.

"Mmm tadi itu, yang hujan termanis apa maksudnya? tanya Dara ragu tapi penuh penasaran.

Sena tersenyum mendengar pertanyaan Dara, menatap Dara yang jelas terlihat menunggu jawaban Sena.

"Hujan, kamu, petir, pelukan = (sama dengan) hujan termanis" jawab Sena pelan dan jelas.

Menatap Dara yang juga menatapnya, meski jarak mereka tak begitu dekat, tapi mata mereka mampu menemukan kedalam satu yang lainya.

Mata Dara yang seketika terlihat sorot bahagianya karna jawaban Sena, meski menurut Dara sendiri terasa aneh karna gadis didepannya.

Sedang mata Sena terus menatapi gadis dewasa itu  dengan sorot lembut menenangkannya, walau detak  jantung keduanya kembali bersambut riuh merusuh........

TBC

Senandung Dara (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang