13

10.3K 758 232
                                    


Warning.....jangan baper.

Author.

Bibir sena mulai melumat lembut bibir Dara dengan begitu beraninya, meski Dara ciuman pertamanya, meski Sena hanya gadis desa, tapi tak membuatnya tak bisa melakukan apa-apa saat bermesra.

Dara yang dibuat tak berdayapun nampak pasrah menyambut, menerima lumatan-demi lumatan dari bibir manis Sena, yang mengoda bibirnya untuk berbalas.

Sena seolah begitu berhati-hati mengecapi manisnya bibir Dara, begitu dengan lembutnya terus mengecupi atas bawahnya dari semua bagian bibir Dara yang begitu merekah.

Meski Dara sedikit berpengalaman dalam hal seperti itu dengan beberapa mantan lelakinya, tapi bagi Dara bersama yang sejenisnya juga merupakan pengalaman pertama, yang membuatnya merasa bak pertama dicumbu dan mengenal rasa, yang begitu mendebarkan jantungnya berkali-kali dari sebelumnya.

Kecupan demi lumatan keduanya kini semakin menawan hati untuk lebih, sampai antara sadar dan tidak tangan nakal Sena mulai menjamah didada Dara, membuat Dara menahan Desah.

Tapi ntahlah, saat itu juga Sena malah menyudahi lumatannya dibibir Dara, membuat mata terpejam Dara seketika terbuka kala menyadari Sena menarik bibirnya.

Tatapan redup keduanya bertemu, deru nafas yang tadi memburu masih tersisa pada keduanya, sama terlihat bingung sama terlihat gelisah.

Tatap mata Sena kini berubah Sendu, sedang tatap Dara kini seolah bertanya-tanya.

Perlahan Sena menarik tubuhnya dari tubuh Dara lalu terduduk, begitupun Dara yang juga duduk dengan gugup, mata Sena menatap Dara dengan tatapan yang tak bisa diartikan, mata Dara menatap seolah meminta penjelasan, meski mungkin itu tak harus.

Lalu perlahan tangan Sena terangkat, lalu dengan jarinya mengusap lembut bibir Dara yang mulai basah karna lumatannya, bibir yang membuatnya hampir gila karna hal yang tak sewajarnya.

Dara hanya diam dengan yang Sena lakukan, dalam hatinya ada sedikit rasa dipermainkan, meski itu mungkin bukan sengaja Sena.

"Maaf, maaf aku terlalu lancang"
Ucap Sena sendu.

Menatap Dara merasa tak enak, jelas terlihat merasa bersalah, meski semua tau tak ada yang bersalah.

"Umm..sudahlah jangan dibahas" jawab Dara.

Yang ntah kenapa begitu dirasa kecewa dihatinya, karna disudahinya apa yang sudah membangkitkan sisi ingin Dara.

Sena bukan tak tau ada sorot kecewa didalam mata Dara, tapi hati kecil Sena berkata lain, hati kecil Sena seolah masih banyak keganjalan yang belum dimengerti mengingat siapa Dara.

"Sudah tengah malam, kamu tidur ya istirahat, masuklah kekamarmu, biar aku tidur disini" lagi ucap Sena.

Dengan hatinya yang sesungguhnya dilanda gelisah juga bingung yang mengunung.

Dara mengangguk, menatap Sena dengan batin dilanda tanya, lalu berjalan masuk kekamarnya tanpa menoleh pada Sena, yang masih memandangginya dengan hati tak tentu dari belakang.

Bahkan saat Dara telah masuk kekamarnya dan menutup pintunya, Sena masih betah memandang kearah yang sama.

Dibuangnya nafas berat dengan kasar yang sedari tadi terasa menggangu kerja hatinya, lalu tangannya terangkap mengusap wajahnya dengan sedikit kasar mengingat kejadian yang baru saja.

Hampir saja semua yang ditahan-tahannya terlepas begitu saja, saat Dara terlihat begitu menurut akan ulah gilanya yang mungkin tak pantas.

Tapi untunglah Sena masih bisa tersadar, masih bisa menuruti kerja fikirannya yang melarangnya meneruskan apa yang sudah mendesirkan aliran darahnya.

Kembali Sena teringat pada gadis kecil yang memanggil Dara mama, terkadang ingin rasanya Sena bertanya tapi ntah kenapa merasa tak enak hati, karna itu memanglah bukan urusannya, Sena terkadang menunggu Dara untuk bercerita tentang dirinya, tapi hingga kini Dara juga seolah tak mau atau belum mau membuka tentang hidupnya.

Meski Sena semakin yakin Dara merasa yang sama dengan hatinya, meski Sena tau Dara tak menolaknya, tapi tetap saja Sena seolah ragu untuk melanjut berlebih.

Sibuk dengan kerja fikirannya tentang Dara membuat Sena sama sekali tak merasa mengantuk, bahkan Sena masih betah duduk disofa dimenjelang pagi.

Begitupun dengan Dara, yang meski dikamar terdiam, tapi matanya sedari tadi juga tak mau terpejam, fikirnya tak kalah semrawut dengan fikiran Sena.

Dara sedikit merasa aneh dengan dirinya, yang selalu nampak pasrah dan kelu saat disentuh Sena, Dara yang barusan tadi sudah merasa begitu terbawa cumbuan Sena, sampai tiba-tiba Sena menghentikannya, membuat Dara sesungguhnya tak rela, tapi juga tak bisa meminta.

Dara yang tak tau kenapa Sena menghentikan ciumannya, Dara yang begitu dibuat penasaran tapi malu bertanya.

Masih jelas kecup lembut lalu lumatan Sena terasa dibibir
Dara, membangkitkan sesuatu yang selama ini bisa Dara rasakan karna laki-laki, tapi malam ini Sena dengan gampangnya, Sena yang sama perempuan dengannya membuatnya tak kuasa menolak gejolak itu.

Ingin rasanya Dara keluar dari kamarnya dan menghampiri Sena, untuk melanjutkan berbagi kehangatan yang didambanya, tapi rasa malunya selalu bisa menahannya, membuat hatinya semakin dirundung gelisah.

Waktu shubuh menjelang, Sena yang sempat membaringkan tubuhnya disofa kini mulai beranjak, hanya berbaring tanpa bisa memejamkan matanya barang sebentarpun.

Sena melangkah menuju dapur dirumah Dara berniat untuk membuat segelas kopi, sedikit tak peduli meski itu dirumah Dara, karna saat ini dia merasa butuh kopi, tapi langkahnya terhenti sejenak saat melewati kamar Dara, ntah kenapa jantungnya seketika mendebar tak tentu mengingat kejadian semalam.

Lalu Sena kembali melangkah menuju dapur, dan saat Sena sedang mengaduk kopinya, tiba-tiba suara yang kembali mendebarkan jantungnya terdengar.

"Kamu kok udah bangun?" Tanya Dara.

Yang tak tau semalaman tadi Sena tak tidur sama sekali.

"Umm, haus, jadi bikin ini, mau?" Jawab Sena.

Sedikit gugup, sedikit bingung dengan tampangnya yang terlihat lucu, dengan tampangnya yang jelas tak berkedip menatapi Dara yang menurut Sena terlihat semakin cantik kala sepeti itu.

"Aku mau bikin teh aja" jawab Dara.

Lalu berjalan mendekati Sena untuk membuat teh, Sena yang kini nampak menahan nafasnya kala Dara berjalan semakin dekat dengan tatapan yang dirasa Sena begitu lembut.

Sena sedikit menggeser tubuhnya memberi tempat pada Dara, kini keduanya berdiri berdampingan didapur, dua orang yang semalaman tadi sama tak tertidur sekejappun, bukan karna permainan indah yang melelahkan, tapi karna resah juga gejolak yang belum tersampaikan.

Saat Sena ingin melangkah kembali keruang tamu, tangan Dara dengan cepat menahan tangan Sena, mau tak mau Sena tetap diam ditempat, meski harus menghadapi tatapan anggun Dara, yang mampu membuatnya semakin jatuh terpesona.

"Semalem tidurnya gimana, enak?" Tanya Dara.

"Umm..lumayan" jawab Sena berbohong.

"Bagus deh" jawab Dara tersenyum.

Senyum yang punya arti begitu lain.

"Kamu sendiri?" Tanya Sena.

"Aku gak bisa tidur, sebentarpun tidak, dan itu karna kamu, jadi...Kamu harus..." ucap Dara terhenti.

Ucap Dara dengan suara yang lirih terdengar sexi, yang begitu membuat pendengaran Sena bak digelitik geli.

Membuat degub jantungnya dirasa mulai berkedut cepat, kala mata Dara menatapnya begitu dalam, kala sadar peganggan ditangannya kini berubah menjadi genggaman yang teremas lembut, mengundang rasa yang semalam belum tertuntaskan dikecapinya..........

TBC

Senandung Dara (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang