2. (permintaan)

29.5K 1.4K 64
                                    


❇❇❇❇❇❇❇❇

    Dentingan suara sendok dan piring beradu di ruang makan yang ditempati kelima orang yang sedang menyantap makan malam.

"Gimana kabar kamu selama di Paris?" Setelah hampir tiga puluh menit akhirnya Aston—Papa Keanya membuka pembicaraan.

"Alhamdulillah Keanya baik Pa." Sebisa mungkin Keanya mengucapkannya dengan sopan santun yang selalu diajarkan kedua orang tuanya.

"Mama udah siapin baju baju kamu buat besok Nya, nanti kamu bareng Abangmu aja."

"Pah Mah, Keanya mau minta sesuatu boleh?" Tania—Mama Keanya dan Aston mengerutkan dahi bingung.

"Minta apa Sayang?" Tania bertanya sambil mengelus rambut panjang Keanya dengan sayang.

"Aku mau identitas aku disembunyikan selama di Indonesia, tapi ini untuk sementara aja, gak akan lama. Aku cuma butuh waktu aja," Keanya berucap sambil menatap Aston yang menatapnya bingung.

Aston tersenyum teduh untuk anak gadis satu-satunya. "Tanpa Papa ataupun yang lainnya memberi tahu semua juga akan tau siapa kamu itu sayang. Karna keluarga Grocious memang sudah dikenal dari dulu, bahkan seluruh dunia."

"Aku tau, tapi aku berencana menjadi Nerd," Ucap Keanya dengan hati-hati.

"Kaka gak setuju sama kamu Nya, kamu gak tau gimana anak anak Hanlin" Sean—Kaka tertua Keanya mengungkapkan ketidak setujuannya atas rencana yang ingin Keanya lakukan.

"Aku akan berusaha sebisa mungkin menjadi wanita kuat disana. Apa salah nya dengan rencana aku? Aku gak minta apapun dan ini gak merugikan siapapun, aku ingin seperti ini karna memang aku mau mencari mana yang tulus dan bukan, mana yang menerima aku apa adanya atau hanya ingin mendekati karna harta, aku cuma mau punya seseorang yang tulus tanpa memandang aku ini dari keluarga Grocious."

"Masih ada kami yang tulus menyangi dan mencintaimu dengan tulus, Nya
" Setelah sekian lama Devin hanya menyimak akhirnya membuka suaranya, karna di rasanya alasan Keanya memang bagus tapi tetap saja itu memilki tingkat resiko yang tinggi, apalagi di jaman sekarang.

'yang memilki harta dan kekuasan akan dihormati, dan yang tidak memilikinya hanya akan dipandang sebelah mata'

"Oke, aku gak akan ngelakuin itu kalau kalian gak ngijinin aku." Keanya memakan makannya dengan perasaan sedikit kesal saat keinginan nya tidak dituruti. Hey! Maklum saja Keanya selalu mendapatkan apa yang ia inginkan bahkan hanya dengan memberikan sekali perintah saja Keanya bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.

"Oke papa ijinkan tapi—"

"PAPA!" Ucapan Aston terhenti sebelum selesai mengucapkannya karna teriakan protes dari ketiga orang yang menjadi belah jiwanya.

"Gak Sean gak setuju Pa. Papa gak tau kalau Hanlin itu sekolah untuk pewaris dan Miliarder, kalau ada seseorang yang dengan embel embel anak biayasiswa, Sean yakin kejadian dua tahun yang lalu bakalan terulang lagi Pa. Sean gak mau Keanya sampai kenapa napa karna ide konyol nya ini." Sean tetap berpegang teguh pada pendiriannya untuk tidak menuruti keinginan Keanya, padahal selama ini Sean adalah kaka yang selalu mementingkan Keanya dari segalanya, dan keinginan Keanya adalah kewajiban baginya. Tapi kali ini Sean tidak akan menuruti keinginan Keanya, karna itu sama saja menjerumuskan adik wanita satu—satunya kedalam bahaya diluaran sana, dengan menjadikannya Nerd.

"Papa belum selesai ngomong kalian udah motong pembicaraan Papa, itu gak sopan!" Ketiga orang memotong pembicaraan Aston hanya menghela nafas lelah. Buat apa berdebat jika sang kepala keluarga sudah memutuskan nya? Apalagi prinsip Aston yang tidak ingin dibantah oleh siapapun dan hanya ingin menang, bahkan tak jarang Tania harus mengalah dari ke keras kepalaan yang dimiliki oleh Aston. Mencintai memang harus melengkapi satu sama lain kan? Jika yang satu keras maka yang satu harus berusaha semaksimal mungkin melembut agar tidak ada pertengkaran yang terjadi.

"Keanya Papa setuju, asal kamu gak jauh jauh dari jangkauan Papa ataupun abang abang kamu, Papa akan menyewa beberapa bodyguard untuk menjaga kamu," Ucap Aston seakan final dan tidak ingin dibantah oleh siapapun.

"Tapi pah kalau kaya gitu sama aja—" Protestan Keanya terpotong ketika Aston lebih dahulu berbicara dengan nada tagas miliknya.

"Itu terserah kamu. Kalau kamu setuju sama persyaratannya Papa akan ijinkan. Akan tetapi kalau tidak, Papa juga tidak akan mengijinkannya, bagaimana?" Keanya menghela nafas panjang dan mengguk menerima persyaratan yang Aston berikan walaupun dengan setengah hati.

"Aku pamit ke kamar, malam Pah, Mah, Bang Sean, Bang Devin." Setelah memberikan kecupan singkat di pipi masing masing Keanya berjalan kearah kamarnya dengan setengah hati yang senang dan setengahnya lagi ia merasa kesal, karna tetap saja Aston akan memberikan penjagaan untuknya. Padahal saat di Paris saja Aston tidak memberikanya penjagaan atau memang Aston memberikannya tapi Keanya tak menyadarinya? Berartu selama ini semua yang ia lakukan tak luput dari pandangan para bodyguard pilihan Papanya tersebut? Entahlah, tapi Keanya tak memikirkannya berlarut larut dan sesegera mungkin mencapai kamarnya untuk tidur karna saat sang surya terbit untuk menyinari dunia saat itu jua ia akan memulai kehidupannya yang baru dengan identitasnya yang baru juga.

'Semoga akan ada hari baik besok' Setelah mengucapkan doa-nya itu Keanya langsung membuka pintu dan masuk kedalam kamarnya.

❇❇❇❇❇❇❇❇❇❇

Kamis, 18 Juni 2020

Maaf atas ketidak nyamanan dalam revisi yang saya lakukan. Karna saya sadar bahwa banyak kesalahan yang saya buat selama menulis cerita ini.

FAKE NERD✓ [BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang