Di Madu

98.2K 2.3K 193
                                    

"Wah, Nyonya cantik sekali!" Gadis berseragam itu tersenyum tulus padaku.

Aku menatap bayanganku di cermin, terlihat seorang wanita dengan pakaian kebaya putih yang menjuntai hingga lantai, serta rok bercorak batik kecoklatan yang menutupi hingga mata kaki sedang berdiri dengan anggun. Iya, itu aku!

Rambutku disanggul asal-asalan, menyisakan anak rambut yang menjuntai nakal di sekitar wajahku.

Tapi bukan itu yang terpenting sekarang, kulihat kembali wajahku dengan teliti.

Wajah pucat dengan kantung mata yang menghitam, mata sembab karena kelelahan menangis semalaman.

"Bagus." Suara bariton itu mengejutkan penelitianku terhadap wajahku yang cukup memprihatinkan ini.

Aku pun membalik tubuhku menghadap pria yang sudah memakai jas hitam dan celana bahan di ambang pintu ruangan dimana aku mencoba kebaya tadi.

"Kenapa lama sekali?" pria itu berjalan mendekat, matanya menatap lekat kearahku.

"Maaf..." cicitku pelan, aku sudah tidak sanggup lagi bahkan untuk mengeluarkan suara keras, aku terlalu lelah.

"Yasudah. Ayo!" Diapun berbalik dan berjalan acuh meninggalkanku sendirian, entah sejak kapan gadis yang membantuku mengenakan kebaya ini pergi keluar ruangan.

Aku memandang kosong punggung pria itu dengan perasaan yang berkecamuk.

Agam Aditama, pria yang menikahiku setahun yang lalu, pria yang datang ke dalam hidupku dengan sejuta rahasia di balik matanya.

Dan seminggu yang lalu, dengan lantangnya ia mengaku padaku bahwa ia sudah menghamili mantan kekasihnya dan mereka akan menikah dua minggu setelahnya.
Itu artinya seminggu dari sekarang!

Aku hancur!
Tapi apa yang bisa ku perbuat? aku hanya wanita penjamin hutang baginya.

Aku wanita yang diambilnya karena ibuku tidak dapat membayar hutang yang disebabkan oleh bangkrutnya perusahaan ayah.

Saat itu dia memberi penawaran tergila dalam hidupku.

Menikahiku, lalu hutang piutang lunas.

Dulu aku mengira bahwa mungkin Mas Agam memiliki sedikit ketertarikan denganku sehingga dia memberi penawaran itu.

Tetapi ternyata cerita seperti itu hanya ada di novel, kenyataaannya dia menikahiku hanya untuk pelariannya karena ditinggal mantan kekasihnya ke luar negeri.

Dan sebulan yang lalu wanita itu telah kembali bahkan sekarang sedang mengandung darah dagingnya.

Apa yang bisa kulakukan selain menangis dan menangis?

Sedangkan aku yang notabennya sebagai istri sahnya bahkan belum mengandung setelah sekian lama kami menikah.

Aku kalah, benar-benar kalah!
Akupun mengusap air mataku yang tiba-tiba menetes, aku harus kuat.

Aku pun bergegas mengganti kebaya ini dengan dress selutut yang kukenakan tadi saat aku datang ke tempat ini.

Ya, kebaya ini yang akan kukenakan disaat pernikahan mereka nanti.

Kebaya yang indah dengan kenyataan terburuk di hidupku.

***

Aku melipat mukena yang baru saja kugunakan saat sholat tahajud, kulirik jam yang menempel di dinding kamarku.

Sudah pukul 00:31 dan Mas Agam belum juga pulang, mungkin dia sedang menemani calon istrinya itu.

Bukankah wanita hamil sering meminta hal yang aneh-aneh atau sering disebut mengidam?

Romantic Short Story [SUDAH DIBUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang