2. If

2.3K 195 39
                                    

Jinyoung pov

Ah, aku sangat mengantuk hari ini. Bahkan dipelajaran kesukaanku juga aku masih tetap mengantuk. Kata sang ketua kelas, Youngjae, guru fisika sedang sakit, jadi kami hanya diberi tugas. Tapi, tugas itu sudah selesai beberapa saat yang lalu. Dan sekarang aku sudah sangat mengantuk. Disebelahku, Mark hyung. Ia sedang menguap tak karuan, sama seperti aku.

"Bagaimana hyung? Kau sudah menyatakannya pada Bambam?" Tanya ku penuh selidik, berharap jawabannya tidak (akan).

"Bambam, err- aku akan menjelaskannya nanti, Nyoungie."

"Oh," jawabku singkat.

"Kau tak apa? Kau seperti sangat mengantuk? Atau sakit?"

"Hyung, kenapa kau selalu menganggapku sakit hm? Aku baik-baik sajaaaaa," ujar ku agak kesal. Sebenarnya aku hanya menutupi ke-salting-anku karena dikhawatirkan oleh Mark.

"Ah, Hyung, aku mau tanya," ujar ku yang langsung menatap Mark.

"Silahkan,"

"Kenapa kau menyuruhku memanggilmu Hyung? Kan kita hanya berbeda beberapa bulan? Jack Hyung juga menyuruhku memanggilnya begitu," ujar ku. Mark mengangguk-angguk mengerti.

"Kenapa ya? Aku suka dipanggil Hyung. Jack juga aku yang menyuruhmu memanggilnya hyung, bukan?" Tanya balik Mark. Aku mengangguk seperti anak kecil yang habis dinasehati ibunya.

"Mark! Bambam mencarimu!" Teriak Youngjae di pintu masuk kelas. Aku mulai menyibukkan diri dengan sesuatu, agar telingaku tak panas mendengar dua sejoli yang akan berada di sebelahku ini.

"Suruh dia masuk saja, Jae!!!" Teriak Mark tak kalah keras. Lalu, kepala si namja manis itu menyembul di balik pintu. Senyuman Mark merekah saat Bambam mulai menghampirinya. Aku yang melihat Mark seperti itu, hanya merasa iri. Aku hanya tak bisa mengungkapkan sesuatu yang sangat tersembunyi.

"Hyungie! Apa kabarmu? Maaf semalam aku tidak menjawab teleponmu," ujar Bambam saat tiba di hadapan Mark yang sedang duduk disebelahku. Bambam lalu duduk di kursi depan Mark yang kosong. Entah, bagaimana tapi ini kan jam pelajaran? Apa dia bolos?

"Iya tak apa, Bam. Bagaimana kau bisa datang ke sini, Bam?" Tanya Mark.

"Eoh, aku tidak ikut olahraga karena kaus olahragaku hilang entah kemana? Mungkin Mae belum mencucinya." Ujar si Namja Thailand. Walau sudah tinggal di Korea, tetapi ia masih memanggil ibunya dengan sebutan Mae. Heol, Mae? Bahkan itu bukan ibu kandungnya.

"Oh, begitu rupanya," ujar Mark. Lalu ia menoleh ke arahku yang sedang membaca buku pelajaran. Aku tidak ingin mendengar sepatah katapun dari percakapan Mark dan Bambam, jadi aku memutuskan untuk membaca buku saja.

"Eoh, Jinyoungie, aku akan menjelaskannya sekarang, boleh?" Tanya Mark. Aku hanya mengangkat sebelah alisku, bingung. Memberitahu apa?

"Tentu saja, mengenai apa, Hyung?" Tanyaku penuh selidik. Apa ini mengenai dirinya dan Bambam?

"Aku dan Bamie," ujar Mark. Ah, benar, sial, kenapa aku harus menebak itu, hm? Ah, heol!!

"Oh, ada apa?" Tanyaku dengan nada datar. Tidak tertarik dalam pembicaraan ini. Bambam menatapku dan Mark penuh selidik. Mungkin ia juga tidak mengerti apa yang Mark bicarakan.

"Aku dan Bamie sudah berpacaran,"

Prang!

Hatiku baru saja terpecah jadi puluhan bagian. Belum lagi serpihan kecil yang sama menyakitkannya.

"A-ah, benarkah? Selamat, Hyung, Bam," ujarku dengan nada bergetar, ingin menangis. Aku menatap Bambam dengan tatapan datarnya. Tetapi, Jinyoung sangat jeli, ia bisa melihat senyuman kemenangan terkecil yang Bambam tunjukkan padanya.

MAYDAY [MARKJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang