20. Don't Care

1.1K 114 23
                                    

Bambam menangis dalam pelukan Jinyoung setelah menceritakan semua yang ia sembunyikan. Jinyoung berusaha keras menahan air matanya. Ia kecewa pada Bambam karena merahasiakan itu darinya. Tapi, ia mengerti itu jika ia menjadi Bambam.

"Gwaenchana?" Tanya Jinyoung saat tangisan Bambam mulai reda. Bambam mengangguk.

"Hyung.. kenapa kau merahasiakan kontakmu dari semua teman kita dulu?" Tanya Bambam tiba-tiba.

"Aku malu, Bam. Memangnya mereka mau berteman dengan kita? Kita miskin sekarang, aku malu," ujar Jinyoung sambil menundukkan kepalanya.

"Jangan begitu, hyung. Mereka menyayangi kita. Bagaimana kita bisa-"

"Tak apa, Bam. Aku takut mereka malu berteman dengan kita. Mereka-"

"Hyung! Dengarkan aku! Mereka pasti mengerti kita. Nanti kau bicaralah pada mereka. Aku tahu kau sudah bilang pada Youngjae Hyung kalau kau malu berteman dengan mereka. Minta maaflah, hyung, lalu jelaskan semuanya," ujar Bambam menasihati hyungnya. Jinyoung juga berpikir kalau Bambam ada benarnya juga. Menjauhi mereka tidak menyelesaikan masalah.

"Terimakasih, Bamie. Kau yang terbaik," ujar Jinyoung sambil memeluk erat Bambam.

..

Jinyoung mulai mengerjapkan matanya karena sinar mentari mulai menyilaukan indra penglihatannya.

"Enggh.." erang Jinyoung yang mulai bangkit. Ia pun duduk di tepi ranjang dan mengambil ponselnya di nakas. Ia pun tersenyum saat membuka satu pesan.

From: Bambamie

Hyungiieee... aku pergi untuk mendaftarkanmu dan aku ke kampus, ya! Maaf, aku meninggalkanmu. Tapi, aku sudah menggoreng sosis untukmu. Aku juga memanggil Youngjae Hyung kalau dia tidak ada jadwal kuliah.

Tapi, bagaimana dengan kalimat terakhir itu? Jinyoung masih belum siap merealisasikan apa yang Bambam ucapkan semalam.

To: Bambamie

Aku hari ini ingin bertemu Mark Hyung. Nanti rumah ku kunci, ya.

Balasnya memberitahu Bambam. Ia pun beranjak dari ranjangnya dan melihat jam dindingnya. Pukul 08.00. Mungkin Bambam pergi jam 7. Jinyoung mengusak rambutnya sendiri dan mencoba untuk tidak mengantuk. Tapi, ini sudah lumayan siang dan dia harus sarapan. Ia pun menuju dapur.

Ponsel yang sedari tadi di genggamannya pun ia taruh di meja makan. Ia mulai memakan makanan sealakadarnya yaitu sosis yang sudah digoreng oleh Bambam.

Setelah siap, ia pun memakannya sendirian di meja makan.

Ting tong!

Bel rumah yang berbunyi membuat ia memberhentikan kegiatan makannya. Ia pun berdiri dan bergegas menghampiri pintu depan.

Ia pun membukanya.

"Hai, Jinyoung-ssi," ujarnya membuat Jinyoung kaget karena memanggilnya memakai embel-embel 'ssi'. Karena itu adalah..

"Youngjae? Kenapa.. kenapa..kau.. ah, kau membuatku kesal," ujar Jinyoung langsung menghambur ke pelukan Youngjae. Kini, Youngjae yang kebingungan karena Jinyoung tiba-tiba memeluknya.

"Ada apa, Jinyoung-ssi?" Tanya Youngjae sambil mulai membalas pelukan itu.

"Jangan pakai 'ssi'. Itu membuatku sedih," jawab Jinyoung masih memeluk Youngjae.

"Kukira kau tidak suka aku memanggilmu dengan akrab."

"Aku minta maaf. Aku memang salah saat itu membentakmu, Youngjae-ah. Tapi, Bambam bilang hal itu malah akan semakin mempersulitku dan kurasa itu benar. Aku rasa, aku terlalu kekanakan," jelas Jinyoung lalu melepas pelukan itu. Youngjae pun tersenyum manis pada Jinyoung.

MAYDAY [MARKJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang