Sendiri. Aku sendirian di tempat yang penuh kabut ini. Aku tidak tahu aku dimana. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa sampai di sini.
Cahaya adalah hal kedua yang kulihat setelah semua kabut ini. Aku berlari menuju cahaya itu. Tapi, seakan-akan cahaya itu malah menghindariku.
"Jinyoung..." panggil seorang yeoja membuatku terkejut dan menoleh. Tak ada seorangpun disana. Aku kembali melihat cahaya itu.
"Jinyoungie.." sumber suara berasal dari cahaya itu.
"Ne?" Sahutku sambil berjalan perlahan ke arah cahaya itu. Cahaya itu semakin menyilaukan. Saat itu semakin membuatku pusing, tiba-tiba saja cahaya itu redup. Tapi, aku sekarang melihat seorang yeoja memakai dress panjang. Aku mengenalnya. Sungguh mengenalnya.
"Eo.. eomma? Eomma?" Aku semakin menghampirinya. Ia tersenyum. Aku merindukannya. Aku berlari dan mendekapnya.
"Eomma, bogosippeo," ucapku dalam pelukannya. Ia balas memelukku dan aku menangis. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku merasakan rinduku selama ini terlepas. Saat ini, aku kembali bertemu eomma-ku dan mendekapnya dengan erat. Ia melepas pelukannya dan tersenyum sambil menatapku.
"Kau tidak boleh disini, Jinyoung," jelas seorang namja di belakangku. Aku menoleh. Aku mengenalnya juga.
"A.. a.. appa?" Aku tidak percaya. Ia pun memelukku. Seolah tahu kalau aku sangat merindukannya. Aku melepas pelukan itu.
"Uri Jinyoungie cengeng, eoh?" Ujar eomma membuatku menoleh. Lalu, aku menghapus air mataku dan tersenyum.
"Aku merindukan kalian. Kemana saja kalian selama ini?" Tanyaku.
"Kami selalu di hatimu, Jinyoungie.. sekarang pergilah.. banyak orang menunggumu, sayang," jelas eomma.
"Shireo! Aku ingin bersama kalian,"
"Kami tidak bisa selalu ada di sampingmu. Tapi, kami akan selalu di hatimu," jelas appa sambil merangkul eomma.
"Ta-tapi.. appa.. eomma.." lirihku. Aku mulai tidak bisa melihat mereka. Kabut-kabut yang tadi ada di sekitarku mulai hilang digantikan cahaya penerangan yang menyilaukan pandanganku.
Aku menutup mataku. Kucium bau obat-obatan dan bau anyir. Perlahan mataku terbuka lagi. Tapi, aku sudah tidak berdiri lagi, aku terbaring di ranjang. Semua tubuhku mati rasa. Aku merasa perut bagian kananku terasa pedih.
Aku masih mencoba beradaptasi karena kepalaku sangat pusing saat aku mencoba membuka mataku.
"Engh," lirihku. Aku sudah bisa membuka mataku walau hanya sedikit dan masih agak buram. Aku menoleh ke kanan dan kiri. Cuma ada satu orang yang duduk di sana.
"Bam.." aku memanggilnya sekuat tenaga. Tapi, yang tercipta hanyalah suaraku yang sangat kecil. Bambam menoleh.
"Hyung!" Panggilnya. Ia bergegas menghampiriku dan mengusap suraiku.
"Hyung, akhirnya kau siuman. Sebentar, ya. Aku panggilkan dokter," jelas Bambam. Aku menahannya dengan tanganku yang refleks bergerak. Aku bahkan kaget tiba-tiba bisa menggerakkan tanganku.
"Jangan.. tinggalkan aku sendirian di rumah sa.. kit.. a..ku takut terjadi lagi," lirihku. Bambam mengangguk mengerti apa yang kumaksud. Yugyeom. Itulah yang ku takutkan.
"Hyung.. tapi, dokter harus memeriksamu dulu," jelas Bambam. Aku menggeleng.
"Shireo.. tetaplah disini," rajukku. Pintu masuk ke ruangan ini pun terbuka, menampilkan namja yang belakangan ini dekat denganku. Matanya membulat saat ia menemukan diriku yang tersenyum padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAYDAY [MARKJIN]
FanfictionCast: Mark, Jinyoung, Bambam, Jackson, Yugyeom, Jaebum, Youngjae, and other. Rated: random . . "Jinyoungie, aku tidak mengerti perasaan apa yang tumbuh di dalam diriku untukmu. Ini aneh, aku jadi semakin bingung." "Markeu hyung, apa seharusnya aku t...