23. Q

1K 138 56
                                    

Attention : gak direvisi. Fresh dari otak. Happy Reading!
.
.

"Jinyoung-ah, kapan kau masuk kuliah?" Tanya Mark yang sedang menyantap roti bakar dengan olesan selai strawberry. Jinyoung kelihatan berpikir sejenak.

"Molla. Bamie belum memberitahuku, hyung," jawab Jinyoung. Jinyoung meneguk susu vanillanya yang tinggal setengah gelas. Mark pun mengangguk-anggukan kepalanya.

"Hyung," panggil Jinyoung. Mark bergumam dan melirik Jinyoung.

"Temani aku belanja, ya. Aku tidak punya persediaan makanan apapun," minta Jinyoung pada Mark. Mark pun memakan potongan terakhir dari rotinya. Mark menjawabnya, "Arraseo, tapi habis itu ikut aku, ya. Aku ingin bertemu seseorang yang penting."

"Nugu?"

"Ya, orang yang penting pokoknya. Kau tak perlu tahu," Jinyoung mengangguk-angguk lalu menghabiskan susunya. Ia pun menaruhnya di tempat cuci piring dan menyiramnya dengan air. Ia juga menyabuninya.

Grep

"Hyung.. kalau gelasnya pecah, salahmu," ucap Jinyoung sambil membilas gelas itu. Jelas saja Jinyoung berkata begitu, tangan Mark sudah sepenuhnya melingkar di pinggang Jinyoung. Kepalanya juga ia topang di bahu Jinyoung.

"Nyoungie.."

"Hm?" Jinyoung hanya menanggapi panggilan Mark yang merajuk tersebut dengan gumaman. Mark juga menggesekkan hidung mancungnya itu pada tengkuk Jinyoung membuat Jinyoung kegelian. Jinyoung mengelap gelas tersebut dan selesailah tugasnya.

"Ada apa, hyung?" Tanya Jinyoung sambil membalikkan badannya. Kini, mereka berhadapan dan Jinyoung mengalungkan tangannya di leher Mark.

"Mianhae," ucap Mark tiba-tiba. Jinyoung mengerutkan dahinya tanda tak mengerti.

"Tak apa, aku hanya ingin meminta maaf. Untuk segalanya," jelas Mark sambil menunduk seolah tahu isi pikiran Jinyoung.

"Eum. Jadi begitu, ya," jawab Jinyoung. Mark mengangguk-anggukkan kepalanya dan melepas pelukannya di pinggang Jinyoung. Jinyoung jadi menatap Mark khawatir,"A-ada apa, hyung? Aku salah bicara, ya?" Tanya Jinyoung takut Mark marah kepadanya. Mark menggeleng.

"Tidak. Ayo, kita siap-siap," ujar Mark langsung meninggalkan Jinyoung. Jinyoung jadi merasa aneh. Apa dia marah kepadaku? Ujar Jinyoung dalam hatinya.

...

Mereka berdua sampai di pasar swalayan yang tidak terlalu jauh dari rumah Jinyoung dengan menggunakan mobil Mark. Sepanjang perjalanan, Mark diam saja. Jinyoung terus menatap ke luar jendela karena ia juga bingung harus membicarakan apa dengan Mark. Biasanya kekasihnya itu hyperactive, tapi tadi Mark sama sekali tidak berbicara.

"Sudah sampai," ucap Mark langsung mematikan mesin dan keluar dari mobil. Sedangkan, Jinyoung masih lengkap memakai seatbelt dan menatap Mark dalam diam. Ia pun menghela napas berat dan keluar dari mobil.

Mereka berdua berada di dalam pasar swalayan dan Jinyoung mulai memilih-milih apa saja yang harus dibeli. Mark hanya mengikuti Jinyoung sambil memainkan ponselnya.

"Hyung, lebih baik aku beli kangkung atau sawi?" Tanya Jinyoung begitu berada di tempat sayuran, troli yang ia dorong dari tadi ia tempatkan di depannya. Mark masih menatap ponselnya.

"Hyung..." lirih Jinyoung pelan. Akhirnya, Jinyoung asal memilih kangkung, karena ia malas untuk memilih. Mereka pun berjalan lagi hingga selesai belanja, mereka pun sampai di meja kasir.

"Totalnya 345.600 ribu, ya," ujar sang pelayan sembari memasukan belanjaan tersebut ke plastik. Jinyoung meraba saku celananya lalu ia terkejut. Dompetnya. Shit, dompetku.. jangan sekarang. Ia pun menghela napasnya berat. Sepertinya, ia sudah terkena nasib sial.

MAYDAY [MARKJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang