8. Moonlight

1.9K 148 15
                                    

Special update untuk kalian-kalian yang ga ke fanmeet got7. Sama seperti saya. Saya publish hari ini 'agar supaya' tidak baper karena ga dateng ke fanmeet. Mari berbagi kegalauan dan kebaperan melalui chapter ini.

Happy reading😂💖

Namja manis itu sudah sampai di depan rumah minimalis dengan 2 tingkat. Tingkat pertama sebagai ruang tamu, dapur, ruang makan, kamar mandi, dan kamar tamu. Tingkat yang kedua sebagai ruang tidur utama, ruang tidur kedua, kamar mandi di tiap kamar, dan ruang keluarga. Sayangnya, Jinyoung tinggal sendirian dan hanya menempati kamar kedua. Jadi, beberapa ruangan tidak terpakai. Tapi, Jinyoung tetap selalu membersihkannya. Ia masih mengingat hal itu dengan sangat jelas. Bagaimana ia membersihkan ruangan tanpa orang tersebut. Tapi, satu hal yang belum ia pahami. Bagaimana bisa ia membersihkan ruangan kosong kalau sebenarnya ia juga memiliki memori ibunya sedang di ruangan itu juga? Memorinya tercampur aduk. Membuatnya bingung.

Jinyoung mengambil ponsel di dalam sakunya. Lalu, ia mencari nama Mark di kontaknya. Saat ia menemukannya, ia pun tersenyum. Masih terbayang ucapan Mark kemarin sore.

Lobby rumah sakit itu ramai seperti biasanya. Jinyoung membawa tasnya yang berisi bajunya. Mark membawakan beberapa tote bag yang lumayan berat berisi buah-buahan.

Mereka sampai di pintu keluar. Lalu, mereka keluar dari rumah sakit itu. Perasaan Jinyoung campur aduk. Antara lega dan khawatir. Lega karena sudah keluar dari rumah sakit. Khawatir karena belum tahu apa lagi yang akan terjadi setelah ini.

Mark membantu Jinyoung memanggilkan taxi. Taxi itu terparkir di depan rumah sakit. Jinyoung meminta tolong supir taxi itu untuk memasukka barang-barangnya ke bagasi saja. Mark lalu menyerahkan tote bag itu juga.

"Aku pinjam ponselmu," ujar Mark tiba-tiba. Jinyoung mengangkat kedua alisnya. Lalu, ia mengambil ponsel di saku celananya itu dan memberikannya pada Mark.

"Untuk apa?" Tanya Jinyoung. Telat. Seharusnya dia bertanya sebelum memberikan ponselnya, bukan?

"Tidak, hanya ingin memastikan nomorku ada di ponselmu. Jadi, besok aku akan menghubungimu sebelum aku datang," ujar Mark. Mark membuka kunci ponsel itu. Tapi, reaksi selanjutnya adalah terkejut.

Wallpaper ponsel Jinyoung adalah foto Jinyoung dan Mark. Mark hanya menahan senyumnya.

"Wae? Wae? Wae? Mukamu aneh, Mark," ujar Jinyoung heran. Apa dia belum sadar kalau ia belum menggantik wallpaper ponselnya?

"Tidak," ujar Mark lalu membuka Kontak. Mencari nama 'Mark'. Dan ia menemukannya. Tapi, ia kembali terkejut dengan kontaknya.

"Mark hyung-ku"

Nama Mark di kontak Jinyoung membuat Mark kembali tersenyum aneh. Mark lalu mengunci ponsel Jinyoung dan mengembalikannya.

"Sudah?" Tanya Jinyoung sambil menerima ponselnya.

"Sudah. Nyoungie, kalau kau butuh apa-apa, aku akan selalu ada," ujar Mark.

"Hah? Maksudmu?" Tanya Jinyoung tidak mengerti.

"Maksudku, kau kan memiliki nomorku. Jadi, kalau kau butuh apa-apa, nomorku akan selalu ada di ponselmu, jadi panggil saja. Lagi pula, mulai besok juga kau tinggal berteriak memanggil namaku kalau kau butuh apa-apa," ujar Mark sambil agak tertawa kecil. Jinyoung hanya diam. Mencoba mencerna kata-kata Mark. Sungguh, menurut Jinyoung, Mark adalah orang yang paling rumit dan aneh. Tidak lebih aneh dari Jackson tentu saja.

MAYDAY [MARKJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang