11. Playground

1.3K 127 14
                                    

"Yak, Jinyoungie. Ayo, berangkat!!" Ajak Mark pada Jinyoung yang masih berada di dapur. Mark melongok di pintu dapur melihat namja kesayangannya itu.

"Kau tidak mau sarapan, Markie?" Tanya Jinyoung sambil menoleh ke arah Mark. Mark menggeleng.

"Okay, baiklah," ujar Jinyoung menutup bekal yang baru saja selesai disiapkannya itu. Tunggu, ia membawa 2 kotak bekal?

Kedua kotak bekal itu ia masukkan ke dalam tas sekolahnya yang berada di meja makan. Lalu, bergegas menyusul Mark yang sudah tidak ada di pintu dapur. Mereka pun bergegas keluar rumah. Selanjutnya, pergi ke halte untuk menunggu bus.

Halte itu sepi, padahal biasanya ramai dengan pelajar-pelajar yang ingin pergi sekolah. Selama menunggu, mereka hanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Rambut Jinyoung masih basah, karena buru-buru membuat bekal. Mark yang menyadari hal itu pun menoleh.

"Rambutmu basah dan berantakan, Nyoungie," ujar Mark lalu membenarkan rambut Jinyoung yang basah dan berantakan.

"Eoh, maja. Markie, tidak usah merapikannya. Nanti kalau kering juga langsung rapi," ujar Jinyoung. Mark pun mengangguk-angguk sambil masih merapikan rambut Jinyoung tanpa peduli yang Jinyoung katakan.

"Markie~ tidak usah," ujar Jinyoung memelas. Mark hanya tertawa kecil lalu memberhentikan kegiatan merapikannya. Lalu, tak lama kemudian bus yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang. Mark menggenggam tangan Jinyoung agar Jinyoung tidak ketinggalan bus. Lalu, mereka duduk di bangku panjang paling belakang yang tidak di duduki oleh siapapun.

Bus itu mulai melaju. Mark melirik jam tangannya. Pukul 6. 12, masih cukup agar mereka tidak terlambat.

"Markie, apa kau bisa lepaskan? Aku mau minum," ujar Jinyoung tiba-tiba. Mark pun kaget dan langsung melepas tangannya. Pipi Jinyoung mulai menunjukkan semburat merah. Tanpa sadar, Mark pun menunjukkannya. Jinyoung bergegas minum, dan menyudahinya.

Mereka harus melewati 1 halte dan berjalan beberapa meter untuk sampai di sekolah. Dengan kecepatan lebih dari rata-rata, bus itu akhirnya sampai di halte selanjutnya.

Sungguh mengejutkan, bahwa ada seorang pelajar yang masuk ke bus itu. Pelajar itu adalah Bambam yang biasanya diantar supir pribadinya ke sekolah.

Bambam melambaikan tangannya kala matanya menemukan Jinyoung dan Mark di sebelahnya. Bambam pun duduk di sebelah Jinyoung.

"Heol, sepertinya waktu kau baru siuman, kau sangat membenci Mark Hyung. Sekarang kalian sudah pacaran, eoh. Mungkin ini takdir, hyung," ujar Bambam. Jinyoung pun memelototkan matanya.

"Sialan kau, sama saja seperti si Choi itu," ujar Jinyoung kesal pada Bambam. Jinyoung membuang pandangannya ke seluruh penjuru bus.

"Choi? Mr. Choi Seunghyun? Si guru Seni yang tampan itu?" Tanya Bambam dengan heran. Jinyoung menatap Bambam dengan malas.

"Choi Youngjae. Temanku," ujar Jinyoung. Bambam pun mengangguk-angguk. Tiba-tiba Jinyoung menoleh ke arah Bambam lagi.

"Bamie, boleh aku bertanya, tidak?" Tanya Jinyoung. Bambam mengangguk.

"Apa kau tahu dulu aku memanggil Markie dengan sebutan apa?" Bambam kelihatan berpikir atas pertanyaan Jinyoung.

"Tidak tahu. Aku tidak dekat denganmu dulu," jawab Bambam jujur.

"Benarkah? Apa dulu kita memiliki masalah, Bamie?" Tanya Jinyoung. Bambam buru-buru merutuki dirinya yang baru saja keceplosan mengatakan 'hal itu'. Bambam bergegas melihat Mark yang hanya sedang diam menatap ke seluruh penjuru bus. Jinyoung juga jadi ikut-ikutan menoleh ke arah Mark.

"Apa ada hubungannya dengan Markie?" Tanya Jinyoung. Belum sempat Bambam memikirkan jawaban, tiba-tiba bus berhenti, menandakan mereka sudah sampai di halte yang dituju.

MAYDAY [MARKJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang