9. Tic Tic Tok

1.7K 146 45
                                    

P.s : 2JAE Shipper diharapkan membaca chapter ini😂😂 greget soalnya😂😂

Happy reading!!!!💕

Mark pov

Sinar mentari yang menyilaukan mulai menyeruak masuk ke indra penglihatanku. Aku mencoba membuka mataku. Rasanya baru sebentar aku tidur. Tapi, ini sudah pagi.

Aku mulai membuka mata dan mengernyit karena sinar mentari. Aku beranjak. Tapi, aku tak menemukan sosok Jinyoung di sebelahku.

Aku hanya sendirian di dalam selimut ini. Aku buru-buru berdiri dan mencari Jinyoung.

"Nyoungiee!!!" Teriakku dengan suara sengau sehabis bangun. Ini akhir pekan, jadi santai saja bangun saat matahari sudah naik seperti ini.

Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Kemana sih sebenarnya dia?

"Jinyoung-ah! Eodisseo?!!" Teriakku lagi.

"Eoh, aku di bawah! Di dapur, Mark!!" Terdengar suara Jinyoung yang kecil. Oh, di bawah. Aku turun ke lantai satu. Lalu, saat di tangga, aku mencium wangi lezat. Apa dia selalu memasak sewangi ini, heum?

Aku buru-buru pergi ke dapur untuk melihat wajahnya yang semalam habis menangis.

"Eoh, Mark. Kau sudah bangun?" Tanya Jinyoung dengan mata sembab dan sayunya. Aku hanya tersenyum dan mengangguk. Lalu, aku duduk di kursi meja makan. Aku menatap punggungnya yang sedang telaten memasak.

"Nyoungie, aku lapar~" ujarku merajuk. Aku melihat senyuman simpul di bibir manisnya. Lalu, ia tertawa kecil. Hei, tidak ada yang lucu, bukan?

"Sebentar, ya," jawab Jinyoung. Aku tak bergeming. Hanya menunggunya membalikkan badannya dan mulai berjalan padaku. Ia masih belum selesai juga. Akhirnya, setelah beberapa menit kemudian, kompor itu dimatikan. Wangi lezat belum berhenti menyeruak ke indra penciumanku. Malah bertambah lezat.

Ia berjalan ke arahku dengan membawa 2 buah piring. Aku memperhatikannya, takut ia terjatuh.

Ia menaruh satu piring di depanku, dan satu lagi di depannya. Aku masih menatapnya tanpa berkedip. Lalu, ia mendongak dan mata kami bertemu. Aku menatapnya lekat, aku masih menemukan kesedihan di sana. Tapi, tiba-tiba dia tersenyum padaku.

"Aku tak apa, Mark," ujarnya membuatku kaget. Seolah tau apa yang ku pikirkan. Dia masih tersenyum. Aku hanya bisa menatapnya yang mulai menyuap makanannya. Aku berdehem pelan.

"Ekhem,"

Aku mulai menyuap makananku. Selang beberapa menit, suasana semakin canggung. Tidak ada yang membuka suara antara aku dan Jinyoung.

Tanpa memakan banyak waktu, makananku akhirnya habis juga. Begitupula Jinyoung. Jinyoung bergegas berdiri lalu mengangkat piringku. Tapi, aku buru-buru mencegahnya.

"Tidak usah," ujarku sambil mengambil piringnya juga. Lalu aku menyuruhnya untuk duduk saja. Aku berjalan ke tempat mencuci piring. Lalu mencuci kedua piring itu. Aku bisa melihat Jinyoung yang hanya diam menatapku.

"Kenapa? Nanti kau naksir karena melihat wajah tampanku terus, Nyoungie," ujarku. Dia kemudian tertawa kecil.

"Narsis," gumamnya pelan. Aku mematikan air dari wastafel itu. Lalu, mengelap tanganku di sapu tangan yang ada di situ.

Aku menghampiri Jinyoung dan duduk di sebelahnya. Meja makan berkursi empat itu hanya terisi oleh kami berdua. Aku duduk sambil menatapnya. Kami berdua kemudian saling tatap.

"Nyoungie," panggilku. Dia berdehem. Aku tersenyum.

"Ayo, kita jalan-jalan hari ini. Aku sangat bosan," ajakku.

MAYDAY [MARKJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang