10. Hello

1.3K 128 23
                                    

Saya menemani kalian yang begadang menunggu trailer Arrival😁😁

Happy reading😘

..

Mereka masih duduk di tepi danau itu. Masih sibuk dengan pikiran masing-masing. Sebuah cupcake sudah habis dan menyisakan cup nya. Mereka masih menatap hamparan danau.

"Markie," Jinyoung memanggil Mark dengan sebutan 'markie'. Entah ada apa.

"Hm, kenapa?" Tanya Mark menoleh. Mengelus surai hitam Jinyoung. Setelah tahu kalau Jinyoung sangat suka rambutnya di belai, Mark jadi ketagihan membelai surai lembut itu.

"Apa dulu aku pernah datang ke rumahmu?" Tanya Jinyoung.

"Tidak, aku tidak pernah mengizinkanmu,"

"Memangnya kenapa?" Tanya Jinyoung makin penasaran. Mark masih mengelus surai Jinyoung dengan penuh kasih sayang.

"Tidak, aku juga tidak pernah memberitahu alasannya," jelas Mark lagi dengan nada tidak suka. Tapi, tangannya belum berhenti mengelus.

"Hmm.. baiklah,"

Mereka kembali terdiam. Sejauh ini yang mereka dapatkan hanya obrolan kecil dan keheningan. Mark berhenti mengelus surai legam Jinyoung.

"Hoaamm!!"

Jinyoung menguap lalu menyandarkan kepalanya di bahu Mark. Mark pun terkejut. Tapi, ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

"Aku bersyukur kau sudah hadir kembali, Nyoungie," ujar Mark sambil tersenyum. Jinyoung pun tersipu. Entah apa yang merasuki dirinya, tapi kini ia sangat menyukai sisi romantis dari Mark.

"Hmm... " gumam Jinyoung perlahan.

"Kau tahu? Aku hampir ingin bunuh diri melihatmu yang tak kunjung siuman selama 2 bulan. Aku merasa sakit melihatmu memakai alat bantu bernapas itu. Aku takut kalau kau tidak tersenyum lagi. Tapi, aku lebih takut lagi kalau aku tidak hadir saat kau siuman. Makanya, aku terus menguatkan diri," jelas Mark. Air matanya menetes. Hanya setetes. Menandakan kebahagiaannya karena Jinyoung ada di sisinya dan tersenyum untuknya.

"Aku sudah disini, Markie. Jangan seperti itu lagi," ujar Jinyoung menenangkan Mark sambil menggenggam tangan Mark.

Nada dering ponsel Mark menginterupsi adegan romantis mereka. Jinyoung berpindah posisi, sehingga Mark bisa mudah mengambil ponselnya. Mark menggapai ponsel di saku celananya. Lalu, melihat nama sang penelepon yang tertera. Mark terlihat berdecak sebal. Jinyoung menatap Mark heran dan khawatir.

"Hm.. mau apa?" Tanya Mark pada seseorang di balik telepon.

"..."

"Tidak! Aku tidak pernah menyetujuinya! Dan aku tidak akan pernah menemuinya!!"

"..."

"Hah?! Apa?! Tidak! Aku tidak mau!!"

"..."

"Aku bilang aku tidak menyetujuinya, Dad!!! Dia bukan orang baik! Kau hanya mengenal ayahnya yang kau anggap teman baikmu!"

"..."

"Tidak, kau tidak akan pernah bisa! Karena aku akan selalu berada di sisinya."

Mark langsung memutus sambungan telepon itu. Lalu, mengdengus kesal. Jinyoung hanya bisa menatapnya dengan heran dan khawatir. Mark menoleh dan menemukan sepasang mata Jinyoung yang menenangkan.

"Apa ada yang salah, Markie?" Tanya Jimyoung khawatir. Mark tersenyum dengan sangat manis. Raut wajahnya yang kesal seketika langsung berubah.

"Tidak ada apa-apa. Hanya ayahku yang keras kepala," Jinyoung tersenyum kecil mendengar jawaban Mark.

MAYDAY [MARKJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang