Part 1 - The Italian Jerk

7.5K 178 2
                                    

"Don't you're saying you don't like or you don't love her/him, you just admire her/him. And when he doesn't feel your presence, you're disappointed and angry! It's your fault that your own ego inedible."

------------------------------------------------------

Gemericik hujan menemani malam sunyi seorang wanita dibutiknya. Ia begitu sibuk menyiapkan desain busana untuk edisi terbaru butiknya. Allegra tidak sadar hari sudah larut karena ia juga terlarut dalam tumpukan kertas desain yang entah berapa kali di bolak-baliknya.


Allegra Grandeline Stapleton. Wanita yang disapa Alle ini adalah seorang desainer muda di London. Ia merupakan sosok yang dikenal sebagai seorang pekerja keras dan berbakat.

Selama bertahun - tahun Allegra berusaha untuk memperbaiki hidupnya dan keluarganya. Dan dengan adanya butik ini, dirinya akan mampu memenuhi kehidupan yang layak bagi keluarganya.

Saat ini, ia hanya ditemani secangkir kopi hitam favoritnya.
"argghh..." erangnya frustasi.

Pensil desainnya di gigitnya untuk mengurangi rasa stresnya. Rambut pirangnya yang panjang itu digulung keatas agar tak menghalangi pandangannya.

Malam semakin larut. Allegra pun tak juga mendapatkan desain yang pas. Akhirnya ia terserang rasa kantuk dan tertidur di meja kerja butiknya.

******

Allegra terbangun dari tidurnya dipagi yang begitu sibuk. Ia merenggangkan ototnya setelah menghabiskan waktu istirahatnya di meja kerja.

Ia melirik jam tangannya dan menyadari jika waktu untuk membuka butik hampir tiba. Disaat berniatan untuk memulai langkah kilatnya, sebuah telepon masuk dan menghentikan gerakannya itu.

"Hallo?" cicit Allegra setelah mengetahui siapa yang meneleponnya.

"Allegra, kenapa tidak pulang kerumah? Atau setidak mengabari kakak jika tidak pulang?" Cercanya kakaknya dengan pertanyaan.

Charrel Axaro Stapleton. Pria yang berusia 26 tahun dengan profesi sebagai seorang polisi. Tampan dan sangat berwibawa.

"Sorry kak. Alle janji ini akan jadi yang terakhir kalinya." Ucapnya.

Terdengar pria itu menghembuskan napasnya dengan kasar, "Kamu selalu membuat khawatir, Alle. Kamu tau itu?"

Allegra tersenyum mendengar itu. "Allegra minta maaf ya, kak. And thank you for still care of me everyday."

"Of course, I am. Walaupun kamu sudah dewasa, you're still my responsibility."

"Baiklah kak, aku harus bersiap untuk membuka butik. Bye love you." Ucap Allegra lalu memutus percakapan itu.

Joe's Boutique. Nama dari butik Allegra ini. Nama yang dikutip dari nama sang ayah, Geraldy Joeandre Stapleton.

Sebuah bukti bahwa selama beberapa tahun terakhir ini, kerja kerasnya tidak sia-sia.

Allegra melanjutkan niatnya yang tertunda tadi. Ia bergegas mandi. Dan untung saja, pakaian cadangannya selalu siaga di dalam kantornya.

Selepas mandi, ia memutuskan untuk membalikkan tanda buka yang terpasang di pintu kaca butik.

Ia menatapi setiap orang, mobil ataupun sepeda yang berlalu lalang di jalanan depan butiknya.

'Betapa sibuknya manusia didunia ini' pikirnya.

Butiknya hanya memiliki satu orang pekerja yaitu sahabatnya sendiri, Zarra. Sahabat, karyawati, sekretaris, manajer, semuanya di ambil oleh Zarra.

Allegra kemudian duduk di dekat meja kasir sambil meratapi desain yang belum selesai. Karena terlalu fokus, dirinya tak sadar jika seseorang sudah masuk ke dalam butiknya.

"Good morning, Alle!" dengan suara melengkingnya yang terasa memekakkan ditelinga Allegra.

"Good morning too, Zarra! Bisa gak sih gak teriak? telingaki bisa tuli. Udah tadi kak Charrel nelepon karena aku gak pulang. Dan sekarang kamu!" ucapnya tak kalah kuat dan tatapan tajam yang membuat Zarra bergedik ngeri.

Zarra Arca Willemia. Sahabat kecil dari seorang Allegra yang tak pernah berkurang sedikitpun rasa setia mereka.

Zarra sangat cantik dan baik. Tubuh putih dan tinggi serasi,rambut keriting coklat dan senyum yang menawan. Namun, hingga sekarang tidak satupun pria yang ingin menautkan hati mereka padanya.

"what?! Kakakmu tadi nelepon?" matanya nyaris membulat sempurna.

Entah kenapa Zarra sangat membenci Charrel. Seingatnya, wanita itu pernah menaruh rasa pada Charrel sejak lama bahkan sebelum Zarra sempat pindah ke New York bersama ayahnya 7 tahun lalu.

"ihhh, Ngapain juga aku peduli dia nelepon kamu atau enggak, aku gak peduli. Kamu sih ngomongin dia, jadi badmood kan aku."

"Aku gak ada nyuruh ngomongin dia! benci entar suka lagi kamu." ucap Allegra dengan nada mengejek.

"ihh, Apaan sih, Alle?!" kesalnya.

"Yaudah deh, aku mau ngomong sesuatu ke kamu." Dengan raut wajah yang berubah penuh binar.
"Cepatan kalau mau ngomong. Nanti kalau aku sudah mengerjakan sesuatu, kamh akan tau apa yang akan terjadi selanjutnya." Ucapnya memperingati.

Jika Allegra sudah mengerjakan sesuatu, ia akan lupa jika ada orang disekitarnya sedang berbicara.

"Oke, Oke, Jadi aku mau bilang, kalo butik kita bakalan didatangi sama--" ucapannya yang langsung terpotong.

"Gak usah dibilang Zarra. Tiap hari butik ini juga didatangi sama orang. Gak penting topiknya." ucapnya sambil memutar bola matanya.

"ihh, apaan sih Alle. Kalo itu juga aku tau kali. Kamu tau, Drake Fletcher Diorgano? Dia itu pengusaha kaya dan pengamat Fashion design. Aduh, senangnya!" ucapnya dengan semangat sambil mulai berkhayal.

Tiba - tiba terdengar suara riuh dari luar toko mereka. Suara teriakan wanita - wanita yang ricuh dan suara potretan kamera.

Ha.... Drake... Ada Drake disini!!

Drake menikahlah denganku...

Drake aku ingin menciummu...

Drake kau tampan sekali...

Dan pria itu hanya jalan tanpa menoleh kearah dengan angkuh.

Pria itu masuk ke dalam butik dengan wartawan yang mengikutinya. Terlihat beberapa bodyguard berjaga didepan dan belakangnya.

"Astaga, My future hubby, Drake!"
Pekik Zarra yang membuat Allegra menutup telinganya.

"Apaan sih Zarra. Kamu buat malu aja." bisiknya sambil melotot.

"Apa ini butik Joe'S?" ucapnya datar tanpa melihat kearah si pemilik butik. "Entah kenapa adikku memilih butik seperti ini?"

Allegra segera menoleh kearahnya."Tidak ada yang memaksa kesini." Ucap Allegra berusaha tenang.

'Dasar songong....'Batinnya kesal.

My Italian BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang