Allegra menangis setelah menyadari atas apa yang dia lakukan. Setelah ini, ia tidak akan bisa melepaskan diri dari Drake dengan begitu mudah.
Sekarang Allegra sibuk dengan koper dan barang-barangnya. Ia mengumpulkan semua desainnya kedalam sebuah kardus.
Ia menatapi ruangan yang menemaninya setiap hari itu. pasti dia akan sangat merindukan kamar ini.
Ia menuruni tangga dengan menyeret koper biru kesayangannya. Allegra mendatangi ayahnya, Geraldy untuk mengucapkan selamat tinggal.
Tak lama, terdengar suara klason mobil didepan rumahnya. Dengan malas Allegra membuka pintu.
Begitu terkejutnya ia mendapati sosok yang ada dihadapannya sekarang.
"Tidak perlu terkejut." ucap Drake.
Ya, sekarang Drake ada dihadapannya.
"Sedang apa anda didepan rumah saya?" Tanya Allegra.
Drake hanya menyunggingkan senyumnya.
"Perlu diingatkan? Nn. Allegra Grandeline Stapleton." ucap Drake sambil mengangkat alisnya.
"Sini, kopernya biar aku yang angkat." tawar Drake.
"Gak usah. Saya bisa sendiri kok." Ucap Allegra menghentikan niat Drake.
Baru setengah jalan mengangkat kopernya, tiba-tiba kopernya terjatuh.
"Aduhh..." pekik Allegra.Dengan sigap Drake menyingkirkan kopernya dan meraih kaki Allegra dan mengelusnya.
"Dimana yang sakit?" ucapnya.Mendapat perlakuan seperti itu, Allegra merasakan perasaan aneh menyelimuti hatinya.
"Eh? Ud--udah gak apa-apa kok." ucapnya berusaha menetralisir detak jantungnya yang sedang berkhianat.
"Baiklah ayo, cepat. besok ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan." aucap Allegra yang sudah melangkah lebih dulu ke arah mobil.
Ada sesuatu yang mengembang di hati Drake melihat tingkah Allegra. Tingkahnya ini membuat Drake selalu hampir mati penasaran.
********
30 menit di habiskan dalam perjalanan, tak ada yang berbicara atau hanya tukar pandang. Mereka berdua hanya sibuk dengan pikiran sendiri.
Sekarang mereka telah sampai didepan apartment mewah milik Drake. Sungguh, Allegra sangat tidak menyukai orang yang tinggal di apartment.
"Heh, bagaimana seseorang bisa tinggal di apartment? " gumam Allegra yang ternyata terdengar oleh Drake
Drake menoleh kan kepalanya melihat wajah Allegra.
"Ayo masuk," ajak Drake.
Tak seperti dugaan Allegra, apartment Drake apartment berwarna abu-abu putih dengan tambahan warna biru yang menambah kesan simple-elegant.
"Sudah puas mengaguminya?" ucap Drake," Ayo, akan ku tunjukan kamar mu."
Kamar Allegra begitu besar. Segala hal seperti ada didalamnya. King size bed, big bathroom, room design, library, and no way. Ada sebuah piano dan cermin besar untuk latihan menari disana.
Allegra merasa mimpinya seperti kenyataan untuk memiliki kamar seperti ini. Drake seakan mengetahui segala hal yang dibutuhkan olehnya.
"Ini adalah kamarmu. Semua ini adalah untukmu." Jelas Drake.
Ada rasa istimewa dihati Allegra saat Drake mengatakan bahwa ini semua untuk dirinya.
*******
"Aku gak boleh tidur." gumam Allegra sambil duduk di tepian ranjangnya.
Ia lalu mondar-mandir seperti orang gila didalam ruangan itu. Padahal, jam sudah menunjukkan pukul 12 malam.
Ia melangkahkan kakinya menuju dapur. Ia mengendap-endap bak pencuri.
Di ambilnya sebuah cangkir keramik dan toples kopi dari kaca.
"Sedang apa kamu?" Ucap Drake yang membuat Allegra terperanjak kaget.
"eh? Ini, saya lagi ini..." ucapnya gelagapan.
Drake mendekatkan tubuhnya kepada Allegra yang membuat detak jantungnya bekerja lebih gila. Allegra mengira bahwa pria itu akan menciumnya, tapi ternyata pria itu hanya ingin mengambil cangkir kopinya.
"Biarkan aku yang buatkan kopinya. Kamu duduk aja disana, di ruang tamu." ucap Drake.
"Tidak perlu. Saya bisa sendiri. Gak perlu repot." jawabnya.
"Gak apa-apa. Aku juga akan membuat kopi untuk bekerja." jelasnya, "dan kenapa kamu belum tidur selarut ini?"
Allegra hanya menatap Drake tanpa menjawab. Drake mengangguk memaklumi kebungkaman wanita itu.
Allegra duduk menyesap kopi buat Drake yang menurutnya sangat lezat. Ia menghirup aroma kopi yang menyengat itu dalam-dalam.
Tanpa sepengetahuannya, diam-diam Drake mencuri pandang untuk menatapnya dan tersenyum tipis.
Dan sebaliknya, sesekali Allegra menatap Drake yang fokus mengerjakan berkas-berkas kantor hingga larut begini.
Allegra saat ini sedang duduk di ruang tamu sambil menemani Drake yang masih bekerja. Dan menurutnya pria ini sangat gila dalam bekerja.
Mata Allegra sudah terasa sangat berat dan tak bisa diajak berkompromi. Tanpa sadar, ia tertidur di sofa dengan posisi tangannya menopang kepalanya.
Drake merasa kasihan dan Mengendongnya ke kamar dan menyelimutinya. Dan entah kenapa melihat wajah damai dihadapannya, membuat dirinya ingin menjaga kedamaian itu.
*******
"ma, please! jangan mama. Alle sangat sayang sama mama."
"ma... Sakit banget pipi Alle. Jangan pukul Alle sama Joan lagi. Hiks...hiks..."
Terdengar isakan dan teriakan orang di telinga Drake. Ia menegakkan tubuhnya dan memasang telinga-nya tajam. Ternyata sumber suara itu dari kamar Allegra.
Ia langsung berlari menuju ke tempat peristirahatan gadis itu. Ia menggoyangkan bahu Allegra tapi tak ada respon. Ada perasaan khawatir di hatinya. Ia langsung memeluk Allegra dan mendekapnya erat.
Isakan Allegra berhenti. Itu membuat Drake lega. Ia tidak tau apa yang terjadi pada gadis itu.
Ia mengelus rambut dan pipi Allegra. Wajahnya pucat dan berkeringat. Apa mimpinya sehingga membuatnya seperti ini? Itulah yang akan dicari tau oleh Drake.
Disentuhnya kening gadis itu, dan dia demam tinggi. Di ambilnya mangkuk dan diisinya dengan air hangat untuk meredakan demamnya. Dia selimutinya Allegra dengan selimut tebal miliknya.
"sleeping tight, my lady." ucapnya sambil mencium lembut kening Allegra.
------------------------------------------------------
Left a comment and voteThanks!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Italian Boy
RomancePertemuan pertama mereka membuat Drake selalu memikirkan Allegra sepanjang waktu. Sebaliknya Allegra juga memikirkan pria yang dibencinya itu. Lambat laun, Drake mulai tertarik dengannya, namun tak tau apa yang dimaksud oleh hatinya. Akankah Allegr...