Part 15 - Dizzy

2.3K 72 1
                                    

Dizzy. One word to draw what I feel right now. You so important to me as like my job.
------------------------------------------------------

"Sini aku bantu,"

"Eh, gak usah. Aku bisa sendiri." Tolak Allegra ketika Drake ingin membantunya berdiri.

"Sudah sini aku bantu." paksa Drake.

Sebelum Allegra menolak lagi, Drake langsung menggendongnya dengan cepat.

"Aku tau kamu mau ke toilet, kan?" bisik Drake.

Astaga. Drake sungguh membuatnya malu. Bagaimana pria itu bisa tau? Dan tak sadar pipi Allegra bersemu merah.

"Thanks. Aku bisa sendiri sekarang." Ucap Allegra sesampai didepan pintu toilet.

Drake tersenyum miring. Lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Allegra. "Sekarang kamu sudah menggunakan kata 'aku', and I like it!"

Entah kenapa, Drake sangat suka berbisik ditelinga Allegra. Dan setiap pria itu melakukannya Allegra akan merasakan desiran yang menghanyutkan ditubuhnya. Allegra tersenyum tipis dan segera masuk ke toilet. Ia tidak bisa lebih lama lagi di dekat Drake. Oksigen terasa tersedot habis dari paru-parunya.

Allegra mengintip dari balik pintu, ia sungguh malu untuk bertemu Drake saat ini. Di edarkan pandangannya ke seluruh kamar dan sosok itu tidak ada disana.

Hufftt, aman pikirnya.

Allegra melangkah perlahan keluar toilet. Sekarang ia sudah seperti pencuri yang ingin kabur.

"Kenapa berjalan seperti itu?"

Allegra sontak terperanjat kaget mendengar suara itu. Ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Ia mengira tubuhnya akan mendarat di lantai.

Tapi tunggu dulu. Ia tak merasakan sakit akibat bokongnya yang mencium lantai atau tangannya patah lagi. Ia membuka matanya perlahan, dan sadar bahwa seseorang berhasil menolongnya. Dan dia adalah Drake.

"Be careful. Aku tidak mau kamu merasa kesakitan lagi. Jadi, jangan ceroboh." ucap Drake.

Allegra menjadi gugup. Ia sekarang semakin mengakui bahwa dirinya jatuh cinta pada Pria Italia ini. Mungkin dia takkan peduli jika Drake tidak membalas perasaannya itu. Sebab, ia sungguh nyaman dan bahagia bisa melihat dan merasakan Drake disekitarnya.

"Sorry." cicit Allegra.

Wajah Allegra sangat lucu saat mengucapkan itu. Sehingga membuat Drake tak tahan untuk segera tertawa.

"Kamu ketawa?" Tanya Allegra.

Sebenarnya itu adalah pertanyaan paling bodoh yang pernah ia lontarkan.

Tawa Drake seketika memudar. Wajahnya kembali datar."Kamu pikir aku gak bisa ketawa?"

"Eng--enggak gitu." ucap Allegra.

Drake mencubit hidung Allegra gemas. "Selalu panggil aku-kamu ya? Aku lebih suka kayak gini. Jangan diganti."

Drake menunjukkan senyuman yang begitu manis. Siapapun yang melihat senyuman itu, pasti akan meleleh. Allegra merasakan sesuatu mengembang di hatinya.
Dan itu adalah hal yang bagus menurutnya.

******

"Ayo Allegra, makan. Ini sudah dua puluh menit kamu memandangi makananmu terus."

"Aku gak lapar, Drake."
Ucap Allegra lemas.

Ia sungguh malas saat ini. Setelah pulang untuk check-up dari rumah sakit, Allegra merasakan kelelahan yang amat sangat.

"Ayo, cobalah sedikit aja." bujuk Drake.

"Aku tidak napsu makan."

"Ayolah, nanti kamu semakin sakit. Apa kamu ingin makanan yang lain? Pesan saja, Alle."

Tringg
Sebuah panggilan masuk kedalam ponsel Drake.

"Tunggu sebentar, ya."

"Hallo?"

"......"

"Baiklah, aku akan ke kantor satu jam lagi."

"......"

"Okay,"

"Ada apa?" tanya Allegra.

"Hm, tidak ada. Hanya masalah kecil dalam proyek."

Allegra merasa ekspresi Drake tidak sinkron dengan perkataannya. Ia tau ada masalah besar, tapi ia berusaha mengabaikannya.

"Aku akan mengantarmu pulang ke mansion. Jangan ke apart dulu." Jelas Drake.

Allegra hanya mengangguk sambil memasukkan makanan dengan malas.

******

"Ada apa lagi Val? Kenapa bisa ini terjadi?" Ucap Drake sambil menahan emosi.

"Duduklah, Drake. Aku dan Zarra akan menjelaskan." Ucap Val.

"Hm, jadi begini Drake. Beberapa klien memutuskan kontrak dengan kita, setelah mereka tau ada sebuah perusahaan Italia membuka cabang disini. Mereka sungguh bersaing. Kualitas mereka juga tidak bisa di remehkan." Jelas Zarra.

"Siapa mereka? Apa kalian sudah mencari tahu?" tanya Drake.

"Ya, kemarin aku sempat mendengar dari beberapa temanku sesama designer bahwa mereka bernama De Costa's Clustique, milik sepasang suami istri."

"Buatkan aku pertemuan dengan mereka. Aku harus melihat seperti apa mereka." Perintah Drake.

"Baiklah."

Sungguh, masalah ini membuat Drake sangat pusing. Sepanjang kariernya, jika ada seseorang yang membuka perusahan fashion design, tidak akan pernah bisa mengalahkan dirinya.

******

1 jam kemudian.....

Tok...tok...

"Masuk."

"Drake, aku sudah mengatur pertemuan kalian sore ini, di hotel milikku." ucap Val.

"Bagaimana bisa secepat ini mereka menyetujuinya?" tanya Drake bingung, "Mereka seharusnya pertimbangkan dulu."

"Awalnya, mereka menolak. Tapi ketika aku menyebutkan nama perusahaan dan namamu, mereka seakan tertarik. Dan langsung mengiyakan." jelas Drake.

"Oh begitu, ya?" Rahang Drake seketika mengeras. "Baiklah, kau dan Zarra akan menemaniku sore ini."

"Aku permisi."

Drake hanya membalas dengan anggukan. Ia membalikkan tubuhnya dan meraih ponsel dari saku celananya.

"Allegra, aku akan pulang besok sore. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Jaga dirimu."

Ia sungguh mengkhawatirkan Allegra. Namun, pekerjaannya juga tidak bisa diabaikan.

Siapapun pemilik perusahaan baru itu, ia sudah merusak hubungan kerja Drake dengan kliennya. Dan itu tidak bisa di biarkan begitu saja.

------------------------------------------------------
Hai guys udah seabad lamanya aku gak update. Dan wattpad ini sudah serasa berjamur.

Sorry part ini part Allegra and Drake cuma dikit. Aku usahain part selanjutnya, deh.

Thanks ya, bagi reader setia.
Jangan lupa vomment ya!!
😊😊😊😊😊

My Italian BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang