Kebahagiaan yang tidak pernah dipercaya oleh mereka, berubah menjadi sebuah harapan akan kenyataan yang manis. Allegra yang terus menerus larut dalam masa lalunya tertarik keluar dengan ada Drake yang juga hancur didalam kepedihan akan ibunya.
Allegra terus menatap gemerlapnya bintang yang tampak lebih bersinar dari sebelumnya. Ditemani oleh pelukan hangat di belakangnya membuktikan jika ia begitu bahagia sekarang.
"Drake, akankah kamu meninggalkanku?" Pertanyaan spontan yang berhasil membuat perasaan Drake memburuk.
"Kenapa?" Tanya Drake datar.
Ia tidak habis pikir jika wanitanya, orang yang begitu dicintainya akan bertanya hal bodoh semacam itu.
"Tidak ada." Ucap Allegra.
Drake menaruh kepalanya diatas bahu Allegra. "Dengar, apapun keadaannya atau bagaimana pun hal ini berjalan, aku tetap akan selalu bersamamu, mendekapmu seperti sekarang ini." sambil menghirup aroma segar yang memabukkan dari rambut Allegra
Hati Allegra seketika menghangat dengan ucapan Drake.
Walaupun ia begitu senang dengan hidupnya yang baru ini, bukan berarti ia akan melupakan rasa cemasnya pada keberadaan ayahnya yang entah dimana sekarang.
Sudah dua minggu berlalu, tidak sekalipun dirinya mampu mengabaikan sosok ayah dalam hidupnya itu. Namun, Drake selalu berhasil membuatnya tersenyum kembali, mengurangi ketegangan akibat memikirkan ayahnya.
Tok-tok
Allegra menoleh kearah sumber suara itu berasal. Ia menatap Drake lalu berjalan mendekati pintu. Tidak biasanya Joana dan Daniella akan mengganggu mereka di jam selarut ini.
"Ada apa, Ella?" Tanya Allegra lembut pada gadis dihadapannya.
Wajah gadis itu menunjukkan kekhawatiran yang besar. Allegra dapat merasakannya dengan begitu jelas.
"Ayo, masuk." Ajak Allegra.
Drake yang melihat itu, berjalan mendekati adiknya.
"Ada apa, sayang?" Sambil mengelus punggung tangan Daniella.Daniella menundukkan kepalanya menghindari tatapan mata Allegra dan Drake.
Drake langsung mengambil inisiatif mengangkat dagu adiknya itu dan menatapnya teduh seakan memintanya percaya.
Daniella menutup matanya lalu mengambil napas panjang sebelum memulai ceritanya.
Allegra dan Drake memperhatikan gadis itu bercerita dengan serius. Setiap kata yang diucapkan olehnya membuat Allegra merasakan sesak didadanya. Apalagi Drake, rasa bencinya yang sudah berakar dalam, semakin menembus ketitik paling tandas didalam hatinya.
"Aku bingung kak, saat itu aku baru pulang dari sini. Terus, aku mendengar wanita itu sedang berbicara dengan seorang pria dan aku tau itu bukanlah papa." Jelas Daniella.
"Mereka seperti bertengkar dan selalu menyebut tentang ruangam yang terkunci didalam rumah. Aku udah berusaha untuk menemukan ruangan itu, tapi gak bisa. Itu yang buat aku cemas dan menginap disini."
Drake merasa ini sudah terlalu berlebihan. Para keparat itu sudah membakar kesabarannya yang tersisa.
Allegra menangis namun tak bersuara. Itu menandakan rasa sakitnya sudah terlalu mendalam.
Setelah mendengarkan satu lagi bukti yang menyakitkan itu, tidak satupun dari mereka berniat untuk memejamkan mata."Drake?" Panggil Allegra yang terbaring disamping pria itu.
"Ya?"
"Apa hubungan wanita itu dengan Paulo?" Tanya Allegra tanpa basa-basi.
Drake menghembuskan napasnya lalu menoleh menatap mata wanita itu. "Namanya Suzanne La Costa. Adik dari Paulo La Costa."
Dengan kalimat singkat itu saja sudah mampu membuat mata Allegra membelalak tak percaya. Dua orang yang menghancurkan hidup mereka, ternyata adalah saudara. Setitik air mata tertumpah ke pipinya.
"Mama meninggal saat Daniella masih kecil. Aku memang sudah remaja saat itu, tapi aku tau, aku masih sangat butuh mama." Ucap Drake menarik perhatian Allegra.
Tangisnya berhenti dan memilih mendengarkan pria itu berbicara.
"Mama sakit saat itu, tapi aku tau bukan karena sakit itu yang buat mama pergi. Dokter bilang kalau mama akan sembuh dari sakitnya.Tapi dihari berikutnya mama pergi dan meninggalkan kami berdua." Ada amarah besar yang tergambar dimata pria Italia itu sehingga membuat Allegra menggenggam tangan Drake lebih erat."Itu gak masuk akal. Aku gak bisa terima gitu aja. Dan aku mencari jawabanku sendiri dengan caraku sendiri. Kamu mau tau kenapa mama pergi?" Tanya Drake sambil menatap mata Allegra.
"Mama dibunuh. Mama diracuni melalui selang infusnya. Aku sempat berontak hari itu. Aku minta mama untuk di tes. Tapi papa dengan mudah berkata tidak perlu dan mengabaikan amarahku yang masih remaja itu."
Allegra membekap mulutnya sendiri dan membawa Drake kedalam rengkuhannya. Terdengar isakan yang begitu menyakitkan keluar dari mulut Drake.
"Itu yang membuatku pergi dari rumah penuh kesesakan itu dan mulai membangun bentengku dari masa lalu. Namun tetap, aku tidak bisa melakukannya." Ucapnya disela isakannya.
Allegra memundurkan bahu Drake agar bisa menatapnya. "Kamu tau, siapa yang melakukan itu?"
"Aku belum tau. Tapi aku merasa curiga pada Suzanne. Karena sekarang dia telah berhasil merebut posisi mama dirumah dan di kehidupan papa."
Wanita itu merasakan duka yang dialami Drake. Ia memang memiliki kedua orangtua, namun mamanya lebih memilih orang lain dibandingkan dirinya dan saudaranya. Ia sudah merelakan Diana, namun tidak bisa bayangkan jika ia harus kehilangan papanya kali ini.
"Allegra. Kita harus mencari ruangan itu. Aku yakin papamu ada disana. Dan aku harus merelakan mimpi buruk itu bangkit lagi." Ucap Drake tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Italian Boy
RomancePertemuan pertama mereka membuat Drake selalu memikirkan Allegra sepanjang waktu. Sebaliknya Allegra juga memikirkan pria yang dibencinya itu. Lambat laun, Drake mulai tertarik dengannya, namun tak tau apa yang dimaksud oleh hatinya. Akankah Allegr...