[16] - Salah Paham

1.6K 77 0
                                    

Hari ini hari terakhir gue masuk sekolah. Besok gue udah mulai ngejalanin hukuman gue di skors. Pagi ini sekolah masih sepi, gue ngabisin waktu gue di taman sambil bawa buku. Tiba tiba gue keinget sama Cika. Bodo banget gue! Pasti dia marah sama gue gara gara kejadian kemarin itu. Kenapa gue nggak ngabarin dia kemarin. Haish!

Gue beranjak meninggalkan taman sekolah dan melangkahkan kaki ke arah ruang ujian Cika. "Cika!"

Ternyata Cika udah dateng di sekolah. Gue pun mendekat ke arah Cika. "Cika?"

Dia diem.

"Lo marah sama gue?"

"Gue bisa jelasin semuanya, Cik."

"Gak butuh penjelasan dari lo. Gue udah tau semuanya dari temen temen." Ucapnya menatap gue sinis.

"Cik, itu semua kan kata orang. Bukan kata gue, lo jangan percaya."

"Udahlah, lo pergi aja. Gue nggak butuh sahabat kayak lo! NUSUK DARI BELAKANG!" Ujar Cika penuh penekanan.

***

Sekarang udah pukul 5 sore. Tapi gue belom balik ke rumah. Gue masih di taman deket sekolah sambil berlinangan air mata. Gara gara Abidzar, semua jalan hidup gue berubah. Persahabatan yang udah gue bina selama 10 tahun udah hancur gara gara dia.

"Zahra? Belom pulang?"

Gue menghapus air mata dan segera melihat siapa yang baru aja dateng. Gue diam tak menjawab pertanyaan dari orang tadi, karna dia udah bikin hidup gue rusak.

"Kok diem?" Lanjut Abidzar.

"Gue nggak suka lo! Pergi dari sini!" Jawab gue sambil memukul mukul lengan Abidzar tiada henti.

"Pukul aja terus. Lampiasin semua kemarahan lo ke gue."

Gue langsung berhenti memukul Abidzar setelah mendengar perkataannya.

"Kok berhenti?"

"Gue nggak mau pelampiasin ke lo!" Ujar gue ketus.

Gue bangkit dari tempat duduk dan membenahi kunciran gue.

"Lo jangan kunciran di depan gue dong."

"Masalah?!" Jawab gue sambil melirik ke arah Abidzar.

"Iya, masalah. Masalahnya lo tambah cantik."

Gue berbalik badan dan menendang nendang tulang kering Abidzar berkali kali sampai ia meringis kesakitan dan memohon ampun.

"Gue mau pulang!" Ujar gue sambil berjalan meninggalkan Abidzar

"Bareng gue aja, gue anterin sampe masuk rumah lho."

"NGGAK! Gue bisa pulang sendiri!"

"Ya udah, kalo gitu."

***

Jam udah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Gue pun mengetuk pintu rumah gue.

Ceklek!

"Ra, lo ditunggu di ruang kerja." Ujar Ari sembari membukakan pintu.

Gue cuma ngangguk dan langsung berjalan ke ruang kerja bokap sama nyokap. Gue tau, kalo gue pulang ke rumah pasti bakal ada seribu masalah yang ngantri.

Ceklek!

Gue membuka pintu, sontak seorang pria memakai jas warna hitam yang tampak gagah dan seorang wanita langsung menolah ke arah gue.

"Ayah?" Ujar gue sembari mendekat ke tempat duduk bokap.

"Kamu diskors? Ayah baru nggak pulang ke rumah sehari aja kelakuan kamu udah kayak gini? Ayah udah nggak habis pikir lagi." Ujar lelaki itu sambil menatap gue penuh selidik.

"Apalagi ayah udah nggak ada, kamu pasti makin seenaknya sendiri!" Lanjutnya.

"Aya-" Ucap gue terpotong.

"Kamu ini anak cewe, kenapa jam segini juga baru pulang?! Emang nggak punya malu!"

Gue nggak bisa membendung tangis gue lagi. Sontak gue langsung keluarin butiran kecil dari mata gue. Bahu gue bergetar, rambut gue menutupi sebagian muka, kepala gue menunduk, suara gue terisak.

"Udah stop, mas. Tadi tujuan kita manggil Zahra kesini itu buat ngasih tau. Bukan bikin dia nangis kayak gini." Ucap wanita setengah baya itu sambil mengusap usap punggung gue.

"Sshhh!"

***

"Ihh gue sebel!"

Hari ini gue sial banget. Baru kali ini gue dimarahin bokap gue sampe nangis. Cuma gara gara gue di skors, bokap bisa sampe kayak gitu sama gue. Gue pun mengurung di kamar, gue nggak ikut makan malam. Padahal tadi nyokap gue udah ngajakin gue makan, tapi tetep aja gue diemin. Gue pun meraih laptop di atas meja dan membawanya kepangkuan gue.

Sudah pukul 1 malam. Tapi mata gue masih betah melek. Gue liat drama korea sambil nangis nangis, entah kenapa gue jadi alay kek begini. Karna kalo malem itu tingkat kebaperan gue ningkat jadi 100%.

***

Tok..tok..

"Hoammm.."

"Siapa sih? Pagi pagi udah berisik?" Ujar zahra sambil membuka selimut.

"Pagi gimana sih?! Liat sekarang udah jam berapa!" Tutur seseorang yang ada di depan pintu.

"Hah?! Jam 11?!"

"Cepet keluar! Itu ditungguin sama Abidzar!"

"Abidzar?!"

Bersambung....
Gaje banget deh-,-
Jangan lupa vote dan commentnyaaaaa...

Promise [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang