[33] - Frustasi

1.5K 68 0
                                    

"Lo tuh sebenernya mau apa sih dzar?! Lo pacar gue apa pacar Arshi?!" bentak gue pada Abidzar.

Saat ini juga, Abidzar sama gue baru adu mulut soal kejadian tadi. Memang banyak orang yang melihat, tapi sekarang ini gue udah ga bisa nahan amarah gue. Terserah orang mau beranggapan apa, yang penting gue bisa terima penjelasan tentang kejadian tadi dulu.

"Ra, plis dengerin penjelasan gue dulu. Lo tuh salah paham!"

"Salah paham gimana! Gue udah bisa liat lo rangkulan sama Arshi, lo itu parah banget. Yang terakhir lo peluk Arshi! Emang lo kira gue buta apa?!" ujar gue.

"Plis ra! Dengerin gue!"

"Gue udah ga sanggup lagi dzar! Lo itu jahat! Lo ga jujur sama gue, lo itu pacar gue! Tapi apa, lo malah milih perempuan lain." jawab gue disertai isakan tangis.

"Gue itu sebener...." ucapan Abidzar terputus.

"Kita udahan." ujar gue sambil beranjak dari tempat duduk dan berlari sambil diiringi air mata yang semakin deras.

Gue pulang dengan memanggil ojek online. Gue ga mau pulang sama Abidzar, karna sekarang kita udah ga ada hubungan lagi. Setelah beberapa menit, akhirnya gue sampe di rumah. Saat yang gue tunggu tunggu akhirnya datang juga, gue pengen luapin semua amarah gue di rumah, tepatnya lagi di kamar gue. Pada saat yang tepat juga, keadaan rumah gue kosong tidak ada satupun orang.

Disatu sisi yang lain, Abidzar. Ia sedang meratapi nasibnya frustasi dengan hubungan yang telah dibinanya hampir satu tahun ini. Kurang dua bulan lagi, kedua insan itu merayakan anniversary pertama mereka.

Tapi apa yang telah dibayangkan itu semua hancur berkeping keping karna hanya satu masalah salah paham. Masalah yang tidak terlalu besar tapi karna keegoisan dan keras kepala ini membuat semuanya seolah menjadi besar.

Pikiran mereka berapi api tak karuan. Abidzar bingung, ia masih dan tetap sayang Zahra. Tapi hanya karna sesuatu kecil, hubungan mereka jadi hancur. Walaupun cerita cinta mereka telah terhenti disini, tapi didalam hati masing masing sebenarnya masih memiliki rasa yang terpendam.

Abidzar sayang Zahra, dan begitupun sebaliknya. Tapi karna Zahra sudah menguncapkan kalimat yang pendek, tapi yang berarti dalam. Itu membuat semuanya jadi terhenti, baik komunikasi dan lain lain. Hanya satu yang tidak terhentikan, yaitu cinta kedua insan tersebut.

***

"Kak, makan dulu!" ucap nyokap gue sambil mengetuk pintu kamar.

"Gak bun."

"Bunda masuk ya."

"Hm."

Setelah nyokap gue melihat keadaan lusuh gue saat ini, ia terkejut. Apakah ada hal yang terjadi pada anaknya ini? Yang jelas pasti ada.

"Kamu kenapa?"

"Abidzar."

"Kamu putus?" tanya nyokap gue disertai senyuman kecil.

Dan hanya dibalas anggukan dari gue.

"Udah biasa kayak gitu, ga usah kaget. Kayak ga pernah pacaran aja."

"Ehhhh emang ga pernah wlek." balas gue sambil mengeluarkan lidah.

"Kalau jatuh cinta juga harus patah hati. Kalo ga mau patah hati ya ga usah jatuh cinta. Cinta pasti ada resiko, gitu aja kok ribet." ujar nyokap gue santai.

"Ada kok yang jatuh cinta ga bakal patah hati." jawab gue tak mau kalah.

"Apa coba?"

"Jatuh cinta sama bunda heheheh."

"Ya udah. Sekarang kamu ikhlasin aja Abidzar, cinta ga harus memiliki. Kalau kalian emang cuma bisa pertahanin sampe sini doang ya udah gapapa. Bunda tau, walaupun kamu udah putus. Tapi rasa sayang kamu ke Abidzar ga bakal berkurang kan? Kalian masih bisa sahabatan. Tinggal takdir aja yang nentuin, kalau kalian bener bener jodoh pasti bakal balik lagi. Yakin deh sama ucapan bunda." jelas panjang lebar nyokap gue.

"Iya bun. Tapi ikhlasin dia itu juga butuh proses, semuanya ga bisa langsung." jawab gue.

"Iya bunda tau. Proses itu pasti ada, proses untuk mencintai orang aja ada. Apalagi proses untuk melupakan."

"Tapi pasti susah, Zahra yakin bun. Dulu waktu masa PDKT sampe bisa pacaran aja lama dan susah. Apalagi ini."

"Kamu yakin aja sama diri kamu sendiri. Ga usah pesimis dulu." ujar nyokap gue sambil mengelus puncak kepala gue.

"Makasih bun.."

***

Abidzar calling's

"Hhhh.." decak gue sebal saat melihat notif telepon dari Abidzar.

Akhirnya, mau tidak mau. Gue harus angkat tuh telepon dari Abidzar, karna udah lebih dari 5 kali gue reject.

"Halo."

"Ayo ntar gue mau jelasin." ajak Abidzar.

"Ga perlu. Gue udah tau."

"Plis ra, kali ini aja. Di kafe biasa ya."

"Hm. Gaperlu, kita udah putus!"

"Gue kira lo cuma minta break sejenak. Ternyata putus?" tanya Abidzar.

"Hm."

Setelah telepon diakhiri, rasa frustasi Abidzar semakin bertambah tambah. Ia sebal memikirkan hubungannya yang tambah rumit, hubungan yang dibina hampir satu tahun ini akhirnya juga kandas sia sia ditengah jalan dan itu hanya karna ada kesalahpahaman.

Bersambung.......
Jangan lupa vote + comment!

Promise [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang