5

2K 60 4
                                    

Raisa dan eza terus berjalan menelusuri koridor, hanya raisa dan eza yang ada disekolah ini. Hanya raisa dan eza. 

Langkah raisa terus mengikuti langkah lelaki itu, pandangan nya tak lepas dari wajah lelaki itu.

"Ezaaaaa"
"Apaaaa"
"Gue ga nyangka deh, kita bakalan sedekat ini"
"Kan tiap hari kita dekat, tiap hari lo ngejar ngejar gue, ngelendoti gue kaya ga punya tulang"
"Tapi kan baru kali ini lo ga ngindari gue"
"Maaf yah"
Maaf  kata yang bahkan tak pernah dimimpikan untuk keluar dari mulut seorang eza, entah kenapa hari ini gadis itu merasa eza beda.

"Gue tuh ngindari lo bukan karna gue ga suka sama lo"
"Jadi lo suka sama gue?" lengkingan suara yang bagaikan petir di sore hari keluar dari mulut raisa yang pasti memekakkan telinga orang yang ada disebelah nya.

"Enggak"
"Terus?"
"Maksud gue tuh, gue ngindarin lo bukan karna gue benci atau apa sama lo. Tapi gue ga nyaman dengan sikap lo yang kaya gini. Coba deh lo biasa aja, gue pasti ga sejahat ini sama lo"

"Oke, gue biasa aja mulai sekarang, gue bakalan ngelakuin apa aja buat lo. Gue sayaaaaaaaaang banget sama lo za" senyum manis tercetak di bibir gadis itu, mata nya berbinar seakan menunjukkan ketulusan nya buat eza.
Tangan eza terulur dikepala gadis itu, dia merusak tatanan rambut gadis itu.
WHAT THE FUCK, jantung gadis itu berdebar, ia kebelet pipis. Akhirnya ia memilih lari dan meninggalkan eza ke toilet.

*****

"Loh, eza manaa" raisa terus memutar pandangan nya dan mencoba mencari eza. Tapi eza tak berada dimanapun. Mungkin dia udah pulang. Sial!

"Iiiiiiih bodo banget sih gue, kenapa tadi gue tinggalin dia sih!!!!!  Nih kemih empedu ga bisa diajak kompromi, pake kebelet pipis lagi"

Akhirnya gadis itu melangkahkan kaki keluar sekolah, kaki nya terus melangkah keluar, ia melihat pak satpam yang sedang asyik meminum kopi sambil menonton di pos. ntah itu menonton film religi indosiar, atau menonton jav alias blue alias bokep, ia tak tau.

"Pak satpam, duluan yooo"
"Eh iyaaa neng, ati ati yaah. Awas digigit nyamuk" jawab pak satpam dengan ramah, uuuhh sweet.

Gadis itu melangkahkan kaki ke halte, tak banyak angkot yang lewat karna sekarang sudah sore.

1 jam

2 jam

Waktu menunjukkan pukul 06.30 sore eh maghrib, angkot tak kunjung datang, mau pesen ojek, itu tak mungkin karna uang tinggal 3 ribu.

Seseorang menarik lengan raisa dari belakang, siapa gerangan?

"Yuk balik bareng gue!"
"Nico?" 
"Bukan, gue ahjussi" 
"Ga lucu! Ngapain lo disini?"

"Kok lo galak?"
"Eh lo itu udah menodai pipi gue yang tirus ini, dan bahkan setelah itu lo ga merasa bersalah!"
"Sory yah, gue ga bermaksud cium lo. Sumpahh! Waktu itu gue mau berdiri karna gue mau pulang, tapi kaki gue kesandung tas yang ada dibawah kaki gue, maafin gue yah saa"
"Halah, alasan!"
"Sumpah gue ga bohong, maafin gue"
"Ada syaratnya"
"Apa?"
"Gue laper banget, lo harus bayarin gue makan. Gue lagi pingin sate"
"Yaudah,ga masalah. Yok"
"Yok"

Gadis itu menaiki kendaraan yang dipakai oleh nico, tanpa ia sadari, hari sudah gelap sedari tadi. Gadis itu memandangi pemandangan yang seakan tertinggal jauh dibelakang nya.
"Kita makan sate dipinggir jalan, gapapakan?"
"Hah? Oppai?"
"Buset, sate! Ngapa jadi oppai?"
"Ga kedengaraaaan"

Akhirnya nico memberhentikan motornya, dia memarkirkan motor nya dipinggir trotoar. Gadis itu mengikuti langkah kaki nico dari belakang.

"Lo jalan lama banget sih, kaya keong" nico mengomel tak jelas, mungkin dia lelah.
"hmm, keong mas"
"Keong racun"
"Terserah."

"Bang, satenya dua yaaah. Makan disini" nico memesan sate sambil duduk dikursi yang sudah tersedia.

Gadis itu mengikuti nico yang duduk dikursi, ya kali gadis itu duduk di aspal.

"Sa, lo bauk"
"Lo juga"
"Kita sama sama bau, jangan jangan kita jodoh"
"Jodoh gue eza"
"Jodoh eza Intan"
"Dah pernah kena tabok?"
"Belum"
"Sini gue tabok"
"Abis itu gue cium yah"
"Iiiiiiiiiiiiiihhh" raisa mencubit perut nico, dia terus merintih, entah itu kesakitan atau kenikmatan, gue ga faham.

"Neng, mas ini satenya" sebut saja wak polo, penjual sate tengah menyajikan sate yang euummmm enak.

"Makasih waaaak"

"Sama sama neng"

Raisa menyantap sate yang ada didepan nya,  ia laper, banget.

"Lo ngapain liat liat ke atas? Makan kali!" raisa menyikut perut nico. Ia heran dengan cowo ini, tingkah nya aneh banget, dan sekarang dia liat liat ke atas langit, mungkin dia fikir akan ada uang jatuh dari atas langit.

"Gue lagi ngiliatin Bintang"
"Ngapain lo liatin Bintang?"
"Gue cuma mikir, kalo dibumi ini ada cewe yang kaya Bintang, gue bakalan pacarin tuh cewe"
"Cewe kaya Bintang? Gue ga ngerti. Contohnya? "
"Contoh nya kaya lo, cewe yang bersinar terang dan ga perduli seberapa gelapnya malam"

Raisa menaikkan satu alis nya, ia tak mengerti apa maksud cowo yang ada disamping nya. Gadis itu mencoba membalikkan wajah nya kehadapan lelaki yang ada disebelah nya, tetapi cupp... 
Satu ciuman mendarat dipipi gadis itu.

"Woi lo udah dua kali ci-"
Tangan nico mengusap bibir gadis itu, ntah kenapa ia selalu merasa deg degan tiap nico memperlakukan nya seperti ini, mungkin ia menyukai lelaki itu, atau mungkin karna ia tak pernah dapat perlakuan seperti ini dari cowo. Maklum, ia tak pernah pacaran.

"Lo kaya anak kecil, makan belepotan. Bahkan adik gue lebih rapi makannya daripada lo"

"Ish"

"Kenapa?"
"Gue ga suka yah lo main cium cium gue gitu aja! Lo fikir gue apaan!"
"Ouh"
"Oh doang?"
"Sory yaaah, gue janji deh bakalan izin dulu sebelum cium lo?"
"Dan gue ga bakalan izini lo buat cium gue lagi! Lagian yang ada di otak lo itu isinya cuma ciuman doang yah?"
"Dari pada lo, gue tadi bahas sate eh lo malah oppai, emang yang ada di otak lo itu isinya cuma oppai doang yah?"

"Uhuk..uhuk" gadis itu tersedak, ia baru sadar kalo nico sewaktu dimotor bahas sate tapi ia malah menjawab oppai. Muka nya memerah, ia malu, banget.

"Eh, minum minum" nico menyodorkan minum kepada gadis itu
"Udah enakkan?" lanjutnya bertanya.

"Udah, thanks yaah. Eh pulang yok, udah malam. Gue yakin mak gue lagi nunggu didepan pintu sambil bawa tali pinggang untuk ngehajar gue"

"Buset, serem banget mak lo, kenapa lo ga bilang, kan sate nya bisa dibungkus biar kita pulangnya ga kemaleman"

"Gapapa kok, lagian gue lagi males aja dirumah"

"Tapi lo bener gapapa kalo di hajar mak lo?"
"Gapapa, gue bercanda kok"
"Oh, gue takut lo kenapa napa"
"Uuh sweet"
"Makasihhh"
"Teh manis nya yang sweet, bukan lo" kata raisa sambil meminum teh yang ada didepan nya seraya berdiri bergegas pulang.

"Wak, berapa?" nico membayar sate yang sudah raisa dan dia makan.

"Dua puluh ribu mas"
"Murah banget wak, gabisa tiga puluh ribu?"
"Bisa mas"
"Nih wak"
"Makasih ya mas, semoga langgeng sama pacarnya"
"Makasih wak"

Nico memakaikan helm ke kepala gadis itu.
"Gue ga mau pake helm, ntar rambut gue rusak"
"Tapi lo harus pake helm! Gue ga mau cewe yang gue sayang kenapa napa"
"Tapi gu-"
"Naik"

Akhirnya gadis itu mengalah, ia naik ke atas motor nico. Nico terus melajukan motornya. Malam ini sangat dingin, gadis itu melingkarkan tangan nya keperut nico. Hanya keheningan yang menghiasi perjalanan mereka, gadis itu terus senyum selama perjalanan, yang lebih parah ia tak tau apa alasan nya tersenyum. Mungkin karna tadi siang ia bersihin sekolah berduaan bareng eza.

Masa RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang