*******
Kringg....
Bell berbunyi.."yeeeeeeeeayyyyyyy masukk!" lagi lagi koyon berteriak kegirangan.
"PULANG BEGOK!" saut ichel dengan emosi.
"Sa, gue duluan yah, byeee" sapa ichel seraya pergi keluar kelas dan bergegas untuk pulang."Byeee" jawab raisa seraya membereskan buku bukunya.
"Sa, gue duluan yaaah, gue pulang sama Budi. Byeee" kata rati seraya pergi meninggalkan raisa.
"Byeeee"
Raisa melangkahkan kakinya keluar kelas, keluar pagar, dan bergegas menuju halte.
Hal yang paling raisa benci adalah, menunggu angkot. Karna angkot yah raisa tunggu itu lama banget lewatnya.
Raisa mendudukkan badannya kekursi halte. Siang ini begitu terik, ia mengikat rambutnya yang mulai melembab karna terik matahari.
Angkot tak kunjung datang, halte mulai sepi. Hanya raisa sendiri yang berada dihalte saat ini.
"Hmmm, heheheh. Hahahaha. Haaaaaaaaaaaa orang gila haaaa orang gila" seseorang datang dan menujuk nunjuk kearah raisa.
Firasat raisa mulai tak enak, itu pasti orang gila. Raisa mencengkram erat kursinya. Wajah nya mulai pucat.
"Ya allah lindungi raisa yaallah, pleaseee" raisa mulai berdoa dalam hatinya.
Perlahan raisa bangkit lalu..
"Lariiiiiiiiiiiiiii" raisa lari dari tempat duduknya.
"Iiiihhhh orang gila iiiiiihhhh" saut orang gila tersebut seraya berlari mengejar raisa.
"AAAAAAAAAAAAAAA" raisa terus berlari, kakinya mulai gemetaran, kepalanya pusing karna belum makan. Raisa sangat phobia dengan orang gila.
Seseorang menghentikan motornya dihadapan raisa seraya menaikkan kaca helm nya. Nico?
"Naik" orang tersebut adalah nico.
Tanpa basa basi raisa naik ke motor nico dan memeluk erat tubuh nico, aaaaahhhh mauuuuuu.
Nico melajukan motornya dengan cepat hingga akhirnya ia memberhentikan motornya, tepat didepan warung bakso.
"Ke..kenapa kita berhenti disini?" tanya raisa bingung, sejak kapan raisa pindah rumah?
"Lo belum makan kan?"
"Belum" jawab raisa
"Yaudah kita makan dulu" Ajak nico seraya masuk ke dalam warung itu lalu duduk disalah satu kursi, langkahnya diikuti oleh raisa.
"Mas, bakso nya dua yah" nico mulai memesan untuk dirinya dan raisa.
"Nic, tapi gue ga punya duit" jawab raisa dengan polosnya.
"Gue bayarin" jawab nico dengan entengnya, elah bakso doang.
"Makasih yah"
Nico tak menjawab, ia hanya menatap lekat kedua manik mata milik raisa.
Raisa sadar sedang ditatap oleh nico, ia membalas tatapan itu. Ahh rasanya ingin sekali ia memeluk nico, ia benar benar rindu dengan sosok nico.
Mereka hanya saling memandang dan diam terpaku.
BRUKKKKKKKK!
Sesuatu mengejutkan raisa dan nico."Woi mas santai dong, jantung saya nyaris copot nih" protes nico karna tingkah mas penjual bakso, lagian mas nya sih, naruh bakso aja kaya mau ngelabrak, gak santai.
"Nyaris copot karna saya atau karna mbak nya? Dari tadi tatap tatapan, hargai saya sebagai duda dong!" lahhh, mas nya baper. Mas tersebut langsung pergi setelah menyampaikan isi hatinya.
"Nic, makasih yah" ungkap seorang raisa, ia benar benar tidak habis fikir dengan nico, nico tetap baik padanya meski telah disakiti oleh dirinya.
"Iya samasama" jawab nico seraya menyimpulkan senyum kehadapan raisa.
"Tadi kamu kenapa?" tanya nico
"Iyaaa, jadi tadi gue duduk dihalte sendirian nunggu angkot, terus ada orang ngatain gue gila, eh ternyata dia yang gila, terus gue lari dah, eeeh dikejar sama dia, emang gila tuh orang gila, dih kes.." raisa berhenti bicara, tangan nico menutup mulutnya.
Raisa membelalakkan matanya, dih si nico main bekap bekap aja, cium nih, pikir raisa.
"Iya, iya, kamu makan dulu, baru nanti disambungi lagi, muka kamu udah pucet banget abis lari larian tadi"
"Emm iyaa" jawab raisa, wajahnya mulai memerah, dasar gatell.
"Sa, itu eza bukan?"
Mendengar pertanyaan nico, raisa langsung memutarkan badannya menghadap keluar. Benar saja, eza sedang memarkirkan motornya, matilah ia pikirnya.
Tapi, atha? Jadi eza kesini bareng atha? Tanya raisa dalam hati.
Eza melangkahkan kakinya masuk kedalam warung, tangannya menggenggam erat tangan atha, wow.
"Za, itu raisa kan?" tanya atha kepada eza.
Eza memalingkan wajahnya, benar saja, ia melihat raisa diwarung ini, bersama? tentu saja bersama nico.
"Raisa?" eza menghampiri raisa yang sedang duduk bersama nico.
"Lo ngapain disini bareng nico?" bentak eza.
"Raisa kesini bareng gue karna unsur ketidak sengajaan, dan lo? Lo kesini bareng cewe lain? Bahkan pegang pegangan tangan? Brengsek lo!" jawab nico tak terima
BRAAKKKKKKKK
Satu pukulan mendarat kepipi eza, nico yang tak terima melihat gadisnya dibentak oleh lelaki lain tak kuasa menahan emosinya.
"Apa lo nyet?" bales eza seraya menjambak rambut nico.
"WOI WOI ADEK ADEK, KALAU MAU BERANTAM SILAHKAN KELUAR" perintah mas tukang bakso.
Nico menyeret eza keluar, sedangkan eza masih setia berupaya menggapai rambut nico agar leluasa untuk dijambak olehnya.
"Taruhan gocap, pasti eza yang menang" kata atha terhadap raisa.
"Bacot lo, gih pikirin kreditan tupperware lo" kata raisa seraya berlali menuju eza dan nico.
"LO JANJI GAK BAKALAN NYAKITI RAISA, DAN SEKARANG LO BARENG CEWE LAIN" sekali lagi, satu pukulan melayang keperut eza.
"BERISIK NYET" eza terus berupaya menggapai rambut nico.
"STOP! STOP! STOP!" teriak raisa.
Mendengar jeritan raisa, nico dan eza menghentikan perkelahian mereka.
Raisa langsung berlari masuk kedalam angkot dan pergi meninggalkan nico dan eza.
"Lah, gua fikir nyetopin kita ternyata nyetopin angkot" kata eza yang merasa kesal.
Nico pergi meninggalkan eza, dia benar benar kacau, dan itu semua karna raisa.
Begitu juga dengan eza, ia tak jadi makan, selera makannya hilang karna kejadian tadi, ia bergegas keparkiran dan pergi menuju pulang.
"Loh, loh eza mana? Loh kok gue ditinggal?" tanya atha, yaah ngomong sendiri hahaha.
"Maaf dek, adek temen dari mbak dan mas yang tadikan? Mereka belum bayar baksonya, silahkan bayar dulu sebelum pergi dek" tagih mas tukang bakso tersebut.
"Emm, jadi gini mas, saya ngutang dulu yah, soalnya saya mau bayar kreditan tupperware sama temen saya""LAH ITU URUSAN MU!" bentak tukang bakso.
"I.. Iya deh, nih saya bayar deh" kata atha seraya memberikan uang kepada tukang bakso, apes banget dahh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa Remaja
RomanceSeorang gadis SMA yang menyukai teman sekolahnya, namun lelaki itu tak pernah meresponnya. Ketika ia membuka hati untuk lelaki lain, lelaki itu datang memberi harapan. Siapa yang harus dia pilih, Cinta pertama kah atau lelaki yang baru saja memasuki...