Nico tersenyum, ia menatap dalam mata gadis yang ada didepannya.
Raisa merasa kikuk, ia tak suka dipandangin seperti ini, tapi ia mauuuuuu.
"Ke.. Kenapa lo ngeliatin gue?" kata raisa dengan terbatah batah.
"Gapapa, makasih yah" jawab nico seraya tersenyum.
"Jangan senyum" bentak raisa
"Kenapa?"
"Karna itu buat gue jatuh cinta lagi dan lagi sama lo" jawab raisa seraya menghentakkan kakinya ke lantai dan bergegas masuk kedalam rumahnya.
Belum sempat raisa masuk, nico menghentikan langkahnya, nico menahan tangan raisa, ia tak ingin gadisnya pergi meninggalkanya untuk yang kedua kalinya. Padahal raisa hanya ingin masuk kedalam rumah, katakanlah nico lebay, tapi itu lah yang dirasakan oleh nico, ia tak tau mengapa rasanya sangat takut untuk kehilangan raisa.
"Jangan pergi" bisik nico.
Raisa mengerutkan dahinya, pipinya memerah, sudah seperti kepiting rebus saja.
Bulu kuduk raisa naik, ia merinding, ia bisa merasakan deruh nafas nico dengan jelas di sekitar telinganya.
Tubuh raisa seakan menegang, jantungnya berdetak tidak beraturan.
Darahnya mengalir dua kali lebih cepat.
"Temenin aku disini" lanjut nico
"Ta.. tapi" jawab raisa kikuk.
"Temenin aku memandangi bintang bintang di malam ini, siapa tau ini untuk yang terakhir kalinya"
Raisa semakin mengerutkan dahinya, ah nico benar benar lebay, begitu menurut raisa.
Kenapa pula untuk yang terakhir kalinya? Walaupun mereka tidak berpacaran, dan raisa sudah menjadi pacar orang lain, mereka kan masih bisa berdekatan. Mereka berpijak di tanah yang sama, negara yang sama, di kota yang sama, bahkan jarak rumah mereka juga bisa dibilang tidak terlalu jauh.
Meski begitu, tak dapat di pungkiri bahwa raisa juga ingin berdekatan dengan nico. Ia juga ingin memandang langit berdua dengan pujaan hatinya.
Raisa tak mengeluarkan suaranya, ia hanya mengangguk kikuk. Ahh sejak kapan raisa sok imut begini.
Mereka berdua duduk dilantai halaman rumah raisa, berbagi selimut berdua, menikmati angin malam berdua, dan menahan rasa kikuk berdua, ah manis sekali.
Raisa memandangi langit, sementara nico asik memandangi raisa.
"Lo bilang lo mau ngeliat bintang bintang dilangit, kok malah ngeliatin gue?" kata raisa seraya menonjok manjahhh bahu nico.
"Habisnya, kamu lebih menarik daripada bintang bintang di atas" jawah nico.
Lagi lagi nico membuat raisa merasa malu, ingin sekali rasanya raisa mencium pipi nico. Tapi kan bukan mukhrim.
Nico mendekatkan tangannya ke tangan raisa, ia mencuri curi pandang, syukur syukur dapat memegang tangan raisa, pikirnya.
Sadar akan hal tersebut, raisa mencoba menjauhkan tangannya, padahal jauh dilubuk hati raisa, mau, mau, mauuuuuuuuu.
Nico tahu raisa mencoba menjauhkan tangannya, nico pun sadar bahwa raisa tak ingin dipegang. Lagi pula, masih remaja sudah coba coba nakal, pikir nico.
Nico mengurungkan niatnya untuk menggenggam tangan gadisnya itu. Yang penting, waktu nembak sudah berhasil mencium tangan raisa, walaupun ditolak. Begitu yang ada didalam benak nico.
Raisa mengarahkan pandangannya ke tangan milik nico, yah kok nico tidak jadi memegang tangan nya sih. Raisa merasa menyesal, padahalkan sebenarnya raisa ingin dipegangggg.
Kali ini raisa mencoba memberanikan dirinya, ia mencoba mendekatkan tangannya ke tangan nico.
Nico sadar hal itu, ia menjauhkan tangannya dari tangan raisa.
Raisa merasa kesal, ia menatap dalam mata nico. Tak mau kalah, nico membalas tatapan itu lebih dalam.
"Hahahahahahahahaha" mereka tertawa bersamaan.
Ini konyol, ini benar benar konyol, begitu menurut mereka berdua.
"Dari tadi aku pingin pegang tangan kamu, tapi aku takut karna kamu udah milik orang lain, terlebih kita bukan mukhrim" kata nico.
"Sejak kapan lo mikirin mukhrim atau bukan mukhrim hahahahaha" jawab raisa.
"Gak tau" jawab nico seraya mengedarkan pandangan nya keseluruh halaman luas milik raisa.
"Nyari apa?" tanya raisa ke-heranan.
Tanpa menjawab pertanyaan raisa, nico berdiri dari tempat yang ia dudukin, ia berjalan ke arah bawah pohon milik raisa.
"Lo ngapain?" jerit raisa seraya mengerutkan dahinya.
"Jangan teriak, udah malam" jawab nico seraya kembali ketempat yang ia duduki dengan raisa tadi.
"Oh iya" jawab raisa seraya menutup mulut miliknya, dasar lambehh turrahhh.
"Nih" kata nico seraya memberikan tali plastik yang tadi ia ambil dari bawah pohon milik raisa.
"Apaan?"
"Karna kamu pacar orang dan terlebih kita bukan mukhrim dan ini tengah malam, kita ga bisa pegangangan tangan, jadi kita pegangan tali ini aja. Walaupun kita tidak bersentuhan, tapi kita menyentuh sesuatu yang sama" jawab nico.
Raisa tak dapat menahan senyumnya, pipinya benar benar memerah dan memanas. Aaaaaah nico!!!!!!!!!!!!!!!
Mereka menghabisakan malam dengan memandangi langit, memandangi satu sama lain, menahan senyum, dan menahan rasa kikuk, begitu sampai pagi datang.
*****
"Sa, sa" kata nico seraya menepuk nepuk lembut pipi raisa."Ahh iya" kata raisa seraya mengucek ngucek matanya.
"Udah pagi" jawab nico.
"Aku pulang dulu yah, aku bisa telat ke sekolah ntar" lanjut nico.
"Oh iya, hati hati yaaah" jawab raisa masih dengan setengah sadar dan melanjutkan tidurnya.
Nico, beranjak dari tempatnya, ia membenarkan selimut yang dipakai oleh raisa.
Benar, sedari tadi malam, raisa lah yang menguasai selimut, apalah daya nico yang terlalu mencintai raisa, ia hanya bisa mengalah.
Nico menaiki kendaraannya dan segera bergegas pulang kerumahnya.
********
"Woi, woi anak setan"
Raisa terbangun, seperti ada yang menendang nendang tubuhnya.
Raisa membuka matanya, ia melihat sesuatu yang aneh didepannya.
"Kok tidur disini kau? Dimana pikiran kau? Kalau ada orang jahat, di apa apain nya kau mau bilang apa kau? Ku sekolahkan kau tinggi tinggi bukannya pintar malah makin bodoh kau ku lihat"
"Eh mak, i.. ia mak" jawab raisa cepat dan berlari masuk kedalam rumah, ia merasa ngeri jika harus berhadapan dengan mamaknya yang sedang marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa Remaja
RomanceSeorang gadis SMA yang menyukai teman sekolahnya, namun lelaki itu tak pernah meresponnya. Ketika ia membuka hati untuk lelaki lain, lelaki itu datang memberi harapan. Siapa yang harus dia pilih, Cinta pertama kah atau lelaki yang baru saja memasuki...