Typo bertebaran. happy reading.
***
Setelah pembicaraan tadi, kami berdua pun memutuskan untuk kembali ke restoran untuk membicarakan hal ini kepada orang tua.
Memang sepanjang tadi di taman, kami tidak membicarakan tentang pekerjaan atau karir masing-masing karena hal seperti itu terlalu malas untuk dibicarakan.
Kami berdua pun sampai di ruangan VVIP tempat kami makan.
Saat Austrin membuka pintu ruangan yang bernuansa putih dan sedikit ditambahkan warna silver ini, para orang tua yang tadi entah membicarakan apa berhenti berbicara dan menatap wajah kami berdua.
"Kenapa kalian lama sekali?" gerutu mamaku. Papa yang masih setia duduk di sebelah mama menyentuh tangannya supaya berhenti menggerutu.
Aku menganggkat bahuku acuh.
"Papi, mungkin ini semua terlalu cepat untuk Austrin ambil keputusan, tapi Austrin ingin mencoba, tolong lamarkan Areta untuk Austin." aku yang baru duduk di sebelah mama sambil meminum coklat panas yang tadi sempatku pesan langsung tersedak.
APA DIA GILA?!
"Maksud kamu apa nak? Kau ingin papi lamarkan sekarang? Apa tidak bisa kalian perkenalan dan menjalin hubungan yang ringan terlebih dahulu?" ucap Papi Davin pada Austrin dengan nada tegasnya.
"Apakah niat baik harus ditunda? Austrin ingin mencoba apa tidak boleh?"
"Bukan seperti itu Austrin. Dalam menghadapi sebuah biduk rumah tangga bukanlah hal mudah. Papi tau kamu sudah sangat mapan untuk menjalin hubungan seperti itu, tapi nyatanya hubungan seperti kami tidak semudah yang dibayangkan."
"Austrin tau, tetapi Austrin ingin mencoba." jawaban Austrin sangat meyakinkan hingga aku sendiri tercengang dibuatnya.
Mengapa ia niat sekali?
"Papi akan lamarkan Areta untukmu. Tetapi setelahnya kau harus bisa tanggung jawab pada rumah tanggamu sendiri. Papi percaya padamu."
Aku yang sebelumnya linglung karena perdebatan kedua anak manusia itu tersentak mendengar dehaman tegas Papi Davin.
"Ehem." Papi Davin berdeham sebentar mungkin untuk menetralisir rasa gugupnya.
"Saya selaku Ayah dari anak saya Austrin, ingin melamar anak anda Areta Fawnia Agam sebagai menantu sekaligus istri dari anak saya yaitu Austrin Gilbert Averroes." ucap Papi Davin penuh wibawa sampai-sampai aku terkagum-kagum dengan gaya bahasa beliau.
"Saya selaku orang tua Areta menerima lamaran anda tetapi semua keputusan tetap ada di tangan anak saya. Bagaimana Areta apa jawaban kamu?" tanya papaku sambil tersenyum.
Aku yang masih melongo tentang kejadian saat ini berdeham sebentar. Aku benar-benar ragu, tetapi menerima lamaran tidak ada salahnya bukan?
Tapi bagaimana kedepannya? Aku pun bingung dengan kebahagiaanku nanti. Apa benar keputusan untuk menerima adalah hal yang tepat?
Lalu bagaimana jika aku menolak sedangkan Austrin sudah berkompromi denganku sebelumnya? Austrin pasti akan merasa sedih jika aku mempermalukannya dengan menolak lamaran.
Aku mengangguk mantap. "Iya pa Areta mau."
Mama dan Mami Marissa sangat senang mendengar keputusanku hingga memekik kegirangan.
"Ahh akhirnya anak mama satu-satunya mau nikah. Mama senang sekali sayang." Kata mamaku. Ia memelukku sambil terisak-isak.
Aku membalas pelukan mama dengan rasa haru karna bisa membuat ia bahagia. Bagiku kebahagian mama dan papalah yang paling berarti dari apapun di dunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Couple [COMPLETED]
RomanceMenjadi sepasang suami istri tertutup mungkin nyaman untuk mereka jalani sekarang ini. Tapi memang dasarnya segala sesuatu yang disembunyikan akan menjadi buruk dihari-hari kemudian. Begitu pun mereka. terus menerus menyembunyikan diri, membuat mere...