Banyak typo, happy reading,
***
Austrin.
Areta. Satu nama berjuta makna untukku. Aku menyayanginya, dan itu sangat.
Setahun sebelum aku melamarnya, orang tuaku menanyakan bagaimana tentang Areta, dan jujur aku sangat gugup saat itu.
Akhirnya aku menjawab dengan hal-hal yang tidak mengenakkan untuk didengar. Aku menjelek-jelekannya didepan orang tuaku. Aku jahat? Ya memang. Tetapi jauh dilubuk hatiku yang paling dalam, aku sangat menyukainya oh tidak aku sangat mencintainya.
Jika kalian menanyakan mengapa aku tak percaya akan cinta kepadanya? Itu semata-mata hanya ingin satu pendapat saja dengannya. Aku akui aku berbohong.
Jujur saja, saat aku mengucapkan secara langsung ingin melamarnya aku sangat gugup, tapi karna aku sering menormalkan mimik mukaku, aku bisa berkspresi yang bertolak belakang dengan hatiku.
Dan asal kalian tahu, saat Areta menginginkan pernikahan yang sangat tetutup bahkan keluarga pun hanya segelintir saja yang diberi tau, aku sangat kecewa, benar-benar kecewa. Miris memang.
Tapi dengan bodohnya aku menyetujui usulannya hanya karna egoku, padahal jauh didalam lubuk hati yang paling dalam, aku sangat ingin mengadakan pernikahan yang sangat megah dan mungkin seluruh dunia mengetahui acara pernikahanku.
Lima tahun sudah aku mengaguminya dari jauh. Dan hanya dengan bermodalkan foto dan biodata-biodatanya, itu membuatku semakin jauh mencintainya.
Seram memang, aku seperti penguntit saja.
Aku mencintainya luar dan dalam, menurutku dia itu sangat ceria, cantik, dan baik. Ya aku memang sudah terlalu jauh mencintainya.
Jika kalian menanyakan bagaimana pendapatku tentang kata cinta, cinta adalah segalanya bagiku. Dan menurutku juga cinta itu adalah salah satu pondasi dalam rumah tangga.
Tapi bagaimana dengan rumah tanggaku? Sedangkan cintaku saja bertepuk sebelah tangan seperti ini.
Dan berbicara tentang sifatku yang sedikit kasar, itu memang murni sifatku. Aku bukan tipe pria yang romantis yang selalu menebar puisi dimana-mana. Aku hanya pria yang sangat tak pantas dicontoh.
Katakanlah juga aku pria yang munafik yang tidak mau mengakui perasaanku pada Areta. Gengsi yang terlalu tinggi memang membutakan.
Aku memarkirkan mobilku yang kedua didepan rumah minimalis milik Stella yang berada didekat pantai. Siang tadi aku memang meminta izinnya untuk pergi berlibur ke pantai bersama istriku. Dan dia pun mengizinkannya dan memperbolehkanku untuk tidur di rumahnya selama beberapa hari.
Rumah ini memang milik Stella yang sudah terbengkalai setahun yang lalu. Stella memang memutuskan untuk tinggal di NY karna pekerjaannya.
Aku menepuk-nepuk Areta yang ada di sebelahku dengan sedikit lembut karna tak ingin mengejutkannya.
"Heh tukang tidur! Cepat bangun atau kau ku tinggal disini." ancamku sambil menepuk-nepuk pahanya keras karna hanya erangan saja yang muncul sedari tadi.
Amarahku hampir saja meledak karna ulah Areta yang tak kunjung bangun, tapi kuurungkan ketika melihatnya membuka mata.
Kulihat dirinya yang sedikit panik dan bingung. Aku sendiri memutuskan untuk keluar menuju bagasi mobil untuk mengeluarkan tas yang berisi bajuku dan Areta.
Aroma asin dan angin yang sejuk khas laut tercium oleh hidungku. Ah segarnya.
"AAAAAAAA!!"
Saat akan membuka pintu rumah, aku terlonjak kaget saat mendengar suara Areta yang sedang berteriak. Ck dia itu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Couple [COMPLETED]
RomanceMenjadi sepasang suami istri tertutup mungkin nyaman untuk mereka jalani sekarang ini. Tapi memang dasarnya segala sesuatu yang disembunyikan akan menjadi buruk dihari-hari kemudian. Begitu pun mereka. terus menerus menyembunyikan diri, membuat mere...