Bagian 18

646 94 18
                                    

Pagii~~
Ketemu lagi sama cerita ini. Yes, udah keliatan tamatnya di bayangan author😁😁😁

Maaf ya kemarin banyak typo. Lagi kurang enak badan jadi gak direvisi dulu👉👈

Selamat membaca~~

***

Viny mengelus lembut Chika, satu dari tiga kucing yang dia pelihara. Jam segini adalah masa-masa yang paling membosankan untuknya dalam seminggu ini. Dulu mungkin dia sangat ingin bermalas-malasan di rumah saat orang lain sibuk di sekolah. Tapi setelah merasakannya, Viny malah merasa dibunuh kebosanan secara perlahan. Belum lagi dia malah terus mengingat tentang mama kalau sendiri seperti ini. Mungkin hal itu yang membuat rumah terasa kosong.

Tuk ... Tuk ... Tuk ...

"Vin, tidur?" Suara Yoga dari balik pintu kamar Viny membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.

"Enggak, Kak! Masuk ajah," ucap Viny agak mengeraskan suaranya yang mulai serak.

Yoga masuk dengan tampilan kaos biru kelonggaran dan boxer selutut. "Belum mandi, ya?"

Viny menyeringai. Sudah hampir tengah hari tapi dia masih enggan bangkit dari kasur. "Kakak juga keliatan belum mandi."

Yoga menyipitkan mata sambil berjalan mendekati Viny. "Udah ganteng gini, dibilang belum mandi?" ucapnya dengan gaya melipat tangan di dada dan tersenyum menawan.

Viny tersenyum tipis dan menggeleng. "Gayanya sok cool banget sih, Kak. Jayusnya keluar deh."

Yoga berbaring di kasur, tepat di samping Viny duduk dan bermain dengan kucing-kucingnya. "Jalan yuk, Vin? Kakak juga bosen."

"Siapa yang bilang aku lagi bosen?"

Yoga menoleh ke arah Viny. "Emang cuma Sammy doang yang ngerti kamu? Kakak juga taulah gelagat adik kakak," ucap Yoga dengan sebelah tangan mengacak rambut Viny.

"Berdua ajah?" tanya Viny.

Yoga mengangguk. "Kak Chiko baru nyampe sini nanti sore sama istrinya. Mereka kan juga ada hal yang harus diurusin di Garut. Terus papa kan kerja. Yang ada ya cuma kita berdua."

Viny mengerutkan kening. "Papa udah kerja? Kok aku gak tau?"

Yoga menyubit hidung Viny. "Makanya kalau libur itu jangan semedi di kamar ajah."

Viny mengelus hidungnya yang merah. Memang cubitan Yoga bukan main. "Mau ngajak aku kemana?"

"Opening galery temen kakak gimana?"

Mata Viny langsung berbinar dan senyuman tercetak jelas di wajahnya. "Mau!"

Yoga ikut tersenyum karena berhasil memancing semangat Viny. "Oke. Kakak tunggu setengah jam lagi," ucapnya sambil menatap jam dinding di kamar Viny.

Tiga detik kemudian Viny sudah meluncur ke kamar mandi, membuat Yoga tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Setidaknya salah satu tugas dia sebagai kakak bisa dilakukan. Karena di saat terpuruk seperti ini, mereka hanya harus saling menghibur bukan?

***

"Lid, soal nomor lima lo hasilnya berapa?" tanya Melody dengan mata masih tertuju pada hasil perhitungan di buku tulisnya. "Kok gue ragu, ya?" tambahnya sambil mengetuk-ngetukkan pulpen ke atas buku. "Hasilnya tuj ... astaga Lidya, ih!"

Sentakan Melody membuat Lidya terkejut dan memalingkan perhatiannya dari ponsel. "Kenapa, Mel?" tanyanya polos.

Melody memasang wajah kesal. "Loe udah kelar ngerjain tugasnya? Udah mau bel istirahat nih."

LimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang