Bagian 44

499 85 56
                                    

"Vin," panggil Natha pada gadis yang tengah asik menatap buku tebal di tangannya. Sudah hampir sejam Viny betah dengan novelnya dan mengabaikan Natha yang sepertinya kalah menarik.

"Iya?" Viny mengangkat kepala untuk pertama kalinya setelah sejam terakhir.

"Es krimnya gak dimakan? Udah mencair banget itu," ucap Natha sambil tersenyum dan menunjuk es krim milik Viny yang sudah mencair layaknya bubur.

Viny terkejut melihat es krim yang baru dia makan sesendok kini sudah tidak terlihat bentuknya lagi. Lalu pandangannya teralih pada jam di lengannya. "Ya ampun! Aku udah sejam baca buku. Kamu aku cuekin, ya? Maaf banget," ucap Viny dengan wajah bersalah.

Natha dibuat tersenyum melihat wajah manis Viny. "Gak papa, kok. Lagian kamu keliatannya asik banget bacanya. Mana tega aku ganggu keseruan kamu sama novel kamu? Aku ngeliatin kamu ajah udah seneng kok."

"Aku jadi gak enak." Viny menutup bukunya dan fokus pada Natha sambil tersenyum manis.

"Jangan liatin gitu dong, Vin. Bisa diabetes aku," ucap Natha sambil mencubit kedua pipi Viny gemas.

Viny memanyunkan bibirnya, membuat Natha semakin gemas pada kekasihnya ini.

"Gak usah manyun-manyun gitu, entar aku cium, loh," goda Natha.

"Cium ajah kalau berani," tantang Viny sambil terus memanyunkan bibirnya dan memejamkan mata.

Chu~~

Natha mencium bibir Viny sedetik, membuat mata Viny terbuka sempurna.

"Kakak, ih!" Viny mencubit tangan Natha yang berada di atas meja. Pipinya mendadak memerah karena malu. "Aku malu tau!"

Natha tertawa sambil melihat sekeliling mereka. Ada beberapa meja yang terisi, dan nampaknya tak ada yang menyadari kejadian barusan. "Cie ... malu. Malu karena takut dilihat orang, ya? Kalau gak ada orang, gak malu dong?"

Viny kembali menyubit tangan Natha lebih keras, membuat lelaki di depannya meringis kesakitan. "Bukan gitu, ih! Auk, ah!" ucap Viny sambil kembali membuka novelnya.

Natha malah tertawa melihat respon Viny yang begitu menggemaskan untuknya. "Jangan ngambek, entar aku cium lagi."

"Gak!" Viny menutup wajahnya dengan novel.

***

"Mel, soal yang tadi maaf banget." Sammy akhirnya membuka suara setelah selama perjalanan pulang keduanya hanya saling diam. "Kalau lo mau pukul gue, pukul ajah. Atau lo mau nyentil gue yang keras?"

Melody masih diam sambil menatap ke depan. Walau sudah sampai di depan pagar rumahnya, Melody masih belum keluar dari mobil Sammy.

"Gue gak tau kalau lo belum pernah ..." Sammy tidak berani melanjutkan kalimatnya karena Melody terlihat mendengus.

"Lo gak salah kok. Tadi gue cuma kaget ajah," akhirnya Melody bersuara. "Tapi jujur, Sam, sekarang gue jadi makin bingung sama perasaan gue."

"Eh? Maksudnya?" Sammy dibuat bingung oleh kalimat ambigu Melody.

Melody menggeleng dan melambaikan tangannya. "Gak papa. Gak usah dipikirin omongan gue barusan. Gue masih shock jadi gini," ucapnya sambil membuka seatbelt dan keluar dari mobil. Beruntung hujan sudah berhenti.

Sammy yang masih dibuat bingung, segera ikut keluar dan mengejar langkah Melody. "Mel," panggilnya sambil menahan tangan Melody. "Gue minta maaf malah buat lo shock begini. Gue tadi spontanitas ajah biar Dino gak gangguin lo lagi. Maaf banget."

"Spontanitas lo bikin gue bingung tau, gak?"

"Eh?"

"Gue gak paham deh belakangan kita sering jalan bareng, sharing cerita, lo perhatian sama gue juga sebaliknya. Gue anggap awalnya cuma karena kita sahabatan ajah. Tapi lama-lama gue ngerasa lebih. Dan lo malah nyium gue yang bikin jadi makin ..."

LimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang