Bagian 32

495 88 13
                                    

"Lo serius?" Lidya bertanya dengan nada terkejut.

Viny mengangguk. "Tadi Naomi sendiri yang bilang ke gue."

"Pantesan kemarin dia mukanya kusut amet." Lidya menjentikkan jari. "Lo udah hubungin Sammy? Lo kan lebih tau cara buat nenangin dia."

Viny terdiam. Bayangan tentang kejadian tadi siang antara Sammy dan Melody kembali terlintas di kepalanya.

"Hello, Viny..." Lidya melambai-lambaikan tanggannya di depan layar.

"Eh, iya. Itu dia, gue bingung juga harus gimana, Lid. Lo tau sendiri kan kalau Sammy baru pertama kali ngalamin patah hati kaya gini? Selama ini dia kalau putus sama orang malah happy-happy ajah."

Lidya nampak mengetuk-ngetuk dagu. "Iya juga sih."

"Lid, udah dulu ya. Bentar lagi pengecekan kamar. Gue bisa dihukum kalau belum tidur," ucap Viny setelah melihat jam di sudut laptopnya.

Lidya mengangguk. "Oke! Selamat istirahat Viny uwuwuwu. Semangat ya buat latihannya besok." Senyum Lidya merekah, sedikit memberikan semangat baru untuk Viny.

"Lo juga tidur, besok sekolah. Salam buat yang lain ya. Dadah..." Viny menutup aplikasi video call-nya dan melepas headset yang tadi dia gunakan.

Tangannya meraih ponsel di nakas dan sempat terdiam beberapa saat.

"Udah kemaleman kayanya." Viny bermonolog sebelum akhirnya menutup layar laptop dan mulai berbaring.

Teman-teman sekamarnya sudah lama tertidur pulas. Karena pikirannya masih tak bisa tenang, dia tadi teringat janji Lidya yang akan mengangkat video call-nya kapanpun. Tapi setelah bercerita ria kesana kemari, dia malah semakin tidak bisa tidur karena bahasan terakhir mereka.

Harusnya tadi saat Lidya mulai membahas tingkah aneh Sammy yang marah-marah tak jelas kemarin, Viny berusaha mengalihkan topik.

Huft! Viny meniup poninya. Menarik selimut dan berusaha memejamkan mata sebelum ketahuan belum tidur selarut ini.

Kenapa kamu jadi ngeganggu pikiran aku sih, Sam?

***

Pagi ini ada yang aneh bagi Sammy. Sesuatu hal yang sudah jadi kebiasaan selama hampir setahun setengah dilakukannya tidak lagi bisa dia lakukan. Menjemput Naomi. Hampa saja rasanya tidak melihat wajah gadis itu pagi ini.

"Lemes banget, Sam!" Mario menepuk pundak Sammy saat keduanya sama-sama sedang berjalan menuju kelas. "Belum sarapan?"

Sammy tersenyum tipis. Dia tadi sempat sarapan roti dan jus pemberian Melody. Kemarin gadis itu membeli beberapa persediaan makanan untuk mengisi kulkas Sammy. Melody bisa jadi ibu yang rewel kalau sudah khawatir seperti kemarin.

"Yeh, malah bengong. Kesambet ya?"

Sammy menatap Mario. "Bawel lo. Kaya cewe," ucapnya sambil melanjutkan langkah, meninggalkan Mario yang sempat menggerutu.

Mario mengejar dan memukul bagian belakang kepala Sammy. "Lo belum traktir gue karena menang lomba kemarin."

Sammy menyentil keras kening Mario. "Minta ajah ke Ve."

"Sial!"

***

"Hari ini kita mulai fokuskan latihan untuk penampilan ekskul tahunan. Kita memang kekurangan Viny, tapi saya percaya kalian semua tetap bisa menampilkan yang terbaik." Sabeum mulai menjelaskan apa saja yang akan mereka tunjukkan tahun ini. Semua anggota terfokus pada penjelasannya. Terkecuali Sammy yang malah mencari-cari keberadaan Naomi.

"Apa kamu mendengarkan saya, Sammy?" tanya sabeum yang langsung membuat semua mata tertuju pada Sammy.

Sammy terkejut karena merasa ketahuan sedang tidak fokus. "Iya, Beum. Saya mendengarkan."

"Kalau begitu nanti kamu akan sparing dengan Melody dan Jevan."

Sammy sempat mengerjap mendengar instruksi dari sabeum. "Baik, Beum."

***

"Nyari Naomi ya?" Suara Melody mengejutkan Sammy. Sekarang mereka sedang diberi waktu istirahat sebentar setelah pemanasan cukup keras yang diberikan sabeum hari ini.

Sammy hanya tersenyum tipis sebagai jawaban dari pertanyaan Melody.

"Kayanya dia gak bakalan latihan. Buat ngehindar dari lo."

Sammy menenggak minumannya. "Gak papa. Kayanya itu jauh lebih baik. Lagian kan ada lo."

"Apaan deh?" Sammy hanya tersenyum melihat ekspresi Melody yang menyipitkan mata. "Lo sama Jevan masih diem-dieman? Cepet baikan ih."

Di ujung ruangan, Sammy melihat Jevan sedang berbincang dengan sabeum. Memang keduanya masih enggan saling berbicara. Entah Sammy yang bingung memulai pembicaraan atau Jevan yang nampak berusaha menghindar sebisa mungkin.

Latihan kembali berjalan dengan beberapa gerakan teknik dasar dan taekwondo dance. Jevan terlihat masih berusaha menghindari Sammy, membuat Melody dan Lidya yang melihat keduanya menggelengkan kepala.

"Gak ada Viny, gak ada yang nengahin mereka," ucap Lidya pada Melody.

Melody menghembuskan napas panjang. Biasanya memang Viny yang menangani hal-hal seperti ini.

"Jevan, Sammy! Sekarang giliran kalian untuk sparing!" perintah sabeum yang membuat kedua nama itu mulai berjalan ke tengah area.

"Sijak*!"

Jevan langsung menyerang Sammy secara bertubi-tubi, membuat Sammy yang belum siap sampai terjatuh karena tendangan keras Jevan tepat pada kepalanya.

"Sam!" Melody dan Lidya sama-sama menjerit tanpa sadar.

Sammy yang tidak terima, bangun dan balik menyerang Jevan terus menerus hingga Jevan juga terjatuh.

"Heh! Kalian berhenti!" Sabeum langsung berdiri di antara keduanya, menahan agara mereka berdua tak lagi saling serang tak terkendali. "Kalian pikir ini ajang saling bunuh? Keluar dari sini dan selesaikan masalah kalian!"

Sammy dan Jevan masih terdiam di tempat mereka. Mengatur emosi dan napas masing-masing.

"Cepat keluar!" titah sabeum dengan suara lebih keras.

Sammy berjalan keluar ruangan sambil melepas ikatan sabuknya, disusul Jevan di belakang.

"Aman kan mereka ditinggal berdua gitu, Mel?"

"Semoga," ucap Melody menatap punggung kedua sahabatnya keluar dari tempat latihan.

***

Sammy membasuh muka di keran air yang berada di luar. Rambutnya dia ikut basahi. Berusaha memberikan sedikit rasa sejuk di kepala.

Jevan duduk di tangga sambil membuka sabuknya. Dia merutuki dirinya sendiri.

"Gue putus sama Naomi." Tiba-tiba suara Sammy yang duduk di samping Jevan membuat kepala laki-laki itu terangkat.

"Serius?" Jevan mendapat senyum dan anggukan meyakinkan dari Sammy.

"Sekarang gue tau rasanya waktu lo diputusin Ayana tanpa bisa dikasih waktu buat ngejelasin itu gimana." Sammy melipat sabuknya, lalu mengulurkan tangan pada Jevan. "Maaf kalau gue bikin emosi lo naik. Kemarin gue lagi labil banget."

Jevan tersenyum miring dan menjabat tangan Sammy. "Maaf juga gue udah mukul lo kurang keras. Alias rasain, Pret! Karma tuh karma udah sering bikin hati banyak cewe sakit!"

Sammy ikut tertawa dengan Jevan. "Ya, seenggaknya gue sempet seneng-seneng dulu sebelum disakitin gini."

"Sialan! Sombong ya lo!"

***

Bersambung~~

*Sijak = Mulai

LimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang