Bagian 28

531 89 4
                                    

"Kamu udah janji loh, Sam. Kita juga udah beli tiketnya." Naomi menghentakkan kaki. Intesitas keduanya untuk bertemu berkurang saja sudah membuat dia badmood dua minggu ini, sekarang Sammy juga mau membatalkan janji keduanya untuk melihat pertandingan final IBL. Padahal Sammy sudah janji sebulan yang lalu pada Naomi.

"Lomba aku lusa loh, Mi." Sammy mengusap wajah kasar. "Ini kan di luar perkiraan aku."

"Kalau kamu udah tau punya janji sama aku, kamu harusnya udah perhitungin dong jadwal kamu gimana."

Sammy bungkam. Selama ini dia hanya berharap Naomi bisa mengerti alasannya mengikuti lomba ini agar dia memiliki kesibukan untuk mengalihkan rasa sakitnya tidak bisa mengikuti porda.

Selama ini Sammy hanya bersembunyi di balik senyumnya. Nyatanya hati dia tidak bisa baik-baik saja melepaskan kesempatan untuk menjadi atlet porda tahun ini. Dia juga ingin di sana. Berjuang bersama Viny.

"Terserah kamu deh! Aku cape belakangan berantem terus. Kamu gak pernah berhenti cari pembenaran dari kesalahan kamu." Naomi berjalan pergi meninggalkan Sammy yang masih terdiam di lorong kelas yang sepi selepas pulang sekolah itu.

Ada sakit yang kembali menyelinap di hati Sammy.

Dia merasa bersalah membiarkan perempuan itu pergi dengan emosi yang masih merajai.

***

Sambil berkacak pinggang, Viny menatap koper di atas kasur. Dia berpikir apakah ada yang dia lupa masukkan ke dalam koper biru muda itu. Nanti sore dia harus masuk ke asrama atlet karena jadwal latihan mereka akan lebih padat. Ya, mengingat porda tinggal sebulan lagi.

"Jaket udah?" tanya Melody sambil ikut berdiri di samping Viny.

"Jaket biar gue pake."

"Powerbank?" Lidya yang asik bermain dengan kucing-kucing Viny di atas karpet, bersuara.

Viny menepuk kening. "Good, Lid!" Dia berjalan ke meja belajarnya dan mengambil benda kotak yang berada di dalam laci. "Gue nitip kucing gue, ya."

"Dengan senang hati," ucap Lidya yang nampak asik memanjakan kucing-kucing milik Viny. Ada hal lain yang Lidya sukai selain es batu, kucing. Dia bisa terlihat seperti ibu yang mengasuh anaknya bila sudah bertemu kucing.

"Girls!" Kepala Jevan muncul dari pintu kamar. "Udah selesai? Gue udah ngabisin dua gelas kopi di bawah."

Viny menatap jam dinding berbentuk kucing di kamarnya. "Kita ngabisin dua jam lebih."

"Wow!" seru Lidya tanpa mengalihkan perhatian pada kucing di pangkuannya sama sekali. "Melody tadi bawel banget sih, kaya emak-emak nyiapin koper anaknya yang baru pertama kali study tour." Sebuah bantal mendarat tepat di kepala Lidya. "Aduh!" Sudah jelas lemparan itu berasal dari makhluk mungil yang baru saja Lidya bicarakan.

"Mampus, Lid!" celetuk Jevan sambil berjalan mendekati Melody. "Jadiin dia perkedel ajah, enak kayanya," ucap Jevan pada Melody sambil menunjuk Lidya menggunakan dagu.

"Ih, Jevan! Kok lo ikut menganiaya gue sih?"

"Dih, sok teraniaya," ucap Melody sambil menutup koper Viny.

Viny tersenyum melihat ketiga sahabatnya. Dia akan sangat merindukan hal-hal kecil seperti ini sebulan ke depan. Walau tetap terasa kurang karena ada satu yang tak bisa menemaninya juga sekarang.

"Gue tunggu di bawah ya?" Jevan membawa koper Viny keluar. Viny sangat bersyukur masih ada Jevan yang mau membantunya untuk hal seperti itu.

"Hari ini Sammy lomba ya?" tanya Viny sambil memakai jaket maroon yang tergantung di dalam lemari. Dia tersenyum kala mengingat Sammy yang memberikan jaket ini sebagai hadiah ulang tahun ke-15 Viny.

Melody mengangguk. "Dia nitip maaf karena gak bisa nganterin lo. Tapi dia janji bakalan sering nengok lo di asrama nanti." Melody berjalan mendekati Viny dan memeluk sahabatnya. "Jaga diri ya, Vin. Bakalan makin sepi kalau gak ada lo."

"Pasti, Mel." Viny mengelus punggung Melody. "Lo yang sabar ya sama Lidya."

"Kok gue?" protes Lidya sambil mengerucutkan bibir. "Give me hug, Vin." Lidya merentangkan tangannya di tempat dia duduk.

Melody melepas pelukannya. "Dih curang, gak mau berdiri. Dasar manja," omel Melody yang diabaikan Lidya.

Viny berjalan mendekati Lidya, berjongkok dan memeluknya erat. "Jangan kebanyakan main handphone, jangan keseringan pulang malem, jangan kabur lagi," pesan Viny sambil mengelus rambut Lidya. Walau tubuh Lidya lebih besar darinya, bagi Viny, Lidya tetap seorang adik yang harus dijaga.

"Kalau kangen Lidya yang lucu ini, video call ajah. 24 jam gue bakalan ada buat lo," ucap Lidya yang membuat Melody memasang wajah jijik.

"Lucu apaannya? Ngeselin gitu juga," komentar Melody.

Lidya dan Viny melepaskan pelukan mereka. "Kenapa? Melody juga mau dipeluk gue? Sini, utayangtayang." Lidya dengan wajah sok imut merentangkan tangan seakan ingin memeluk Melody.

"Geli, Lid."

***

Dengan sebuah paper bag berisi boneka kelinci cantik, Sammy turun dari mobil dan mengetuk pintu rumah Naomi. Tadi sepulang lomba debat bahasa inggris, dia mencari hadiah kecil untuk Naomi sebagai permintaan maafan dia yang tidak bisa menemani kekasihnya kemarin.

Lagi pula Sammy tidak mungkin bisa bertahan terlalu lama diabaikan oleh orang yang disayanginya. Apalagi semenjak kejadian di lorong kelas dua hari yang lalu, semua pesan dari Sammy tak ada yang dibalas oleh Naomi.

Seorang gadis imut membukakan pintu. Dia tersenyum lebar kala melihat Sammy yang berdiri di hadapannya. "Hai, kak Sammy!" sapa Sinka ramah. "Ayo, masuk!"

Sammy ikut tersenyum pada si gadis imut dan mengikutinya. "Mama sama papa ada, Sin?"

"Papa masih ke luar kota. Mama lagi ada acara sama ibu-ibu komplek. Biasa, ngerumpi." Sammy tersenyum melihat ekspresi Sinka yang bertingkah seperti orang dewasa. "Eh, kemarin kakak gak jadi nemenin cici nonton basket ya? Kok dia pulang bukan sama kakak?"

Sammy mengerutkan kening. "Kemarin kakak emang lagi ada acara. Emang Naomi pulang sama siapa?"

Sinka mengangkat bahunya. "Gak tau sih. Baru pertama kali juga liat motornya. Aku gak liat orangnya, soalnya dia pake helm. Abis nganterin cici sampe depan, langsung jalan lagi motornya."

Sammy mengangguk-angguk berusaha menghilangkan pikiran negatif di kepalanya. "Oh, gitu ya. Cici kamu ada?"

***

Bersambung~~

Hello!
Silakan ucapkan terimakasih pada Lidya karena gara-gara dia yang bacain surat buat Naomi pas sts kemarin, aku jadi harus maraton update cerita ini selama seminggu.

Jadi selama seminggu ini, sehari sekali aku bakalan update ceritanya. Ya syukur-syukur ternyata langsung tamat dalam 7 part wkwk *kayanya kagak deh

Dan aku mau ingetin lagi buat ikut acara kecil-kecilan dalam menyambut 1st anniversary MeLids #MeL1dsDay

Dan aku mau ingetin lagi buat ikut acara kecil-kecilan dalam menyambut 1st anniversary MeLids #MeL1dsDay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kuy kuy mumpung masih ada waktu😉

Jangan lupa commentnya ya. Kangen bala di kolom komentar hehe

Dah, dah mau lanjut nulis lagi. Bubay~~~

LimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang