Bagian 26

533 87 3
                                    

"Maaf banget gue baru berani ngomongin ini sekarang. Gue nunggu waktu yang tepat, tapi selalu gak dapet. Belakangan kita sama-sama punya masalah masing-masing yang ngebuat gue ngerasa hal ini malah bakalan ngebuat pikirkan lo makin berat." Jevan menatap mata Sammy yang masih terlihat datar-terlalu tenang dan tak bisa ditebak isi hatinya.

Sepuluh detik kemudian Sammy menyandarkan punggungnya, mengangkat kepala menghadap langit-langit. Dia sampai lupa rasa sakit di punggungnya. Hembusan napas lembut keluar dari mulutnya, seolah berusaha menenangkan diri. "Satu hal yang lo lupain, Van. Gue gak seburuk yang lo pikirin." Kini Sammy kembali menatap Jevan, membuat sahabatnya itu menatap penuh penyesalan. "Gue gak akan marah kalau tau lo diminta buat gantiin gue. Tapi gue kecewa ketika tau lo ragu ngambil kesempatan itu karena gue."

Ada hembusan napas lega dari Jevan. Dia ikut tersenyum ketika Sammy menarik senyuman di wajahnya. "Sial! Gue kira lo bakalan maki-maki gue," umpatnya.

Sammy melempar bantal sofa tepat ke wajah Jevan. "Ajak gue makan malem di rumah lo sebagai syukuran lo naik jabatan."

"Kampret ya, lo!"

Viny yang sedari tadi sengaja menunggu di dapur, keluar dengan tiga gelas lemontea hangat. Dia tau Jevan kesini untuk membicarakan hal yang serius hanya berdua dengan Sammy. Terlihat dari raut wajah Jevan saat menyadari kehadiran Viny tadi. Membiarkan kedua lelaki itu berbicara hanya berdua merupakan hal yang tepat untuk Viny.

"Thanks ya, Vin," ucap Sammy seraya meneguk minumannya. Dia tersenyum manis kala merasakan kehangatan menjalar di tubuhnya.

"Makasih loh, Vin," ucapan Jevan membuat tatapan Sammy dan Viny terputus.

Viny tersenyum tipis pada Jevan. "Gimana semalem sama Ayana?"

Jevan dibuat tersedak mendengar pertanyaan Viny. Sammy dan Viny tertawa melihat respon Jevan. "Sial!"

***

"Jadi, mulai hari ini Jevan resmi menjadi ketua taekwondo unit kita. Selamat, Jevan." Sabeum menjabat tangan Jevan diiringi tepuk tangan anggota lainnya.

Sammy dan Viny saling melempar senyum sedangkan Melody dan Lidya menjerit bahagia karena tak menyangka Jevan yang akan menggantikan Sammy. Setidaknya Sammy masih bisa membantu Jevan untuk kedepannya.

"Dan ada satu lagi pengumuman penting hari ini." Seketika ruangan hening. "Hasil seleksi atlet porda sudah keluar," ucapan sabeum seketika membuat semua yang ada di ruangan itu menegang. "Unit kita berhasil mengirim satu wakil untuk porda tahun ini. Selamat untuk Ratu Vienny Fitrilia."

Butuh beberapa detik sebelum ruangan kembali penuh dengan suara tepuk tangan. Bahkan Melody, Lidya dan Naomi langsung berlari memeluk gadis yang masih mematung itu. Wajah Viny merah. Dia hampir lupa cara bernapas.

"Congrats, Queen!" seru hati Sammy yang tersenyum lebar melihat Viny yang tengah dikerubungi teman-temannya.

***

"Mi, sampai kapan sih mau diemin aku?" Sammy berusaha mengejar Naomi setelah selesai latihan.

Naomi menepis tangan Sammy dan menatap lelaki itu datar. "Sampai kamu paham kenapa aku gak suka kamu deket sama cewe itu."

Sammy mengusap wajah dengan kasar. "Aku sama Ve gak akan punya hubungan kaya yang kamu khawatirin."

"Enggak buat sekarang. Tapi nanti?" Naomi memutar bola matanya. "Kamu gak ngerti juga ya, aku tuh takut kehilangan kamu," lirih Naomi.

"Gak kaya gini caranya, Mi. Aku tau caranya ngejaga perasaan aku sama dia."

Naomi melambaikan tangan pada sebuah taksi yang akan melintas di depannya. "Tapi kamu gak tau caranya ngejaga perasaan aku tiap liat kamu sama dia," tegas Naomi sambil membuka pintu taksi itu dan membantingnya tepat di depan Sammy. "Jalan, pak!" serunya pada sang supir, tanpa peduli ketukan kaca oleh Sammy dari luar.

LimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang