Bagian 39

449 86 51
                                    

Sammy menggenggam erat benda yang beberapa hari ini berhasil membuatnya tersenyum-senyum sendiri. Benda yang sudah dia persiapkan untuk gadis yang belakangan semakin sering mengganggu pikirannya.

Kalau saja dia tidak berada sendirian di dalam mobil, mungkin orang lain akan menganggapnya gila karena begitu tersenyum lebarnya sambil memandang sebuah benda yang menggantung di telapak tangannya.

Suara pagar rumah yang terbuka, membuat Sammy segera menyadari kedatangan seseorang. Dia langsung memasukan benda tadi ke dalam saku jaket.

"Lama, ya?" tanya Melody saat baru saja duduk di kursi sebelah Sammy sambil menutup pintu mobil.

Sammy tersenyum tipis. "Enggak, kok. Santai ajah, Mel."

Melody menyipitkan matanya dan menatap Sammy intens. "Kayanya lagi seneng banget. Kenapa? Udah nemu cewe baru lagi?"

Sammy terbalak dan tertawa mendengar pertanyaan Melody. "Apaan sih, Mel? Salah makan, ya?"

"Aneh ajah gitu."

Sammy mulai melajukan mobilnya perlahan. "Masa gue gak boleh keliatan seneng?"

Melody mendelik. "Iya deh, gimana tuan SAN ajah."

"SAN?"

"Sammy Andra Natio. S-A-N. SAN."

Lagi-lagi Sammy dibuat tertawa oleh Melody. "Ada-ada ajah sih, Mel," ucapnya sambil sebelah tangannya mengacak-acak poni Melody.

***

Saat sampai di tempat parkir kafe, Sammy dan Melody berjalan bersama menuju pintu masuk. Sialnya, tempat yang tersisa untuk mobil Sammy hanya posisi paling ujung.

"Sam."

"Em?"

Melody menahan tangan Sammy dan menunjuk ke pada sebuah arah menggunakan dagu.

Sammy langsung mengikuti arah pandang Melody yang menuju pada sebuah mobil yang berada di dekat pintu masuk kafe. Terlihat Viny sedang berusaha berdiri dan berjalan menggunakan kruknya dibantu oleh Natha.

Natha lagi? Hhhh. Baru bertemu dengan Natha beberapa kali saja, mood Sammy dibuat memburuk.

Melody menarik tangan Sammy untuk mendekati keduanya.

"Vin! Baru nyampe?" tanya Melody.

Viny sempat nampak terkejut melihat kedua sahabatnya. "Eh, iya. Kalian juga?"

Belum sempat Melody menjawab, Sammy sudah memotongnya, "Gak dijemput Jevan?"

Viny menyeringai dan menatap Natha sesaat. "Itu tadi tuh, Kak Natha abis nganterin Kak Yoga ke bengkel, terus dia mau pulang, jadi aku bareng deh sekalian sama dia."

"Kebetulan lagi?" tanya Sammy setengah bergumam.

Melody memukul perut Sammy. "Gitu ajah dimasalahin. Udah yuk, masuk! Makasih ya, Kak Natha, udah nganterin Viny."

"Sip!" Natha tersenyum. "Aku pulang dulu ya, Vin. Hati-hati jalannya."

"Makasih banyak ya, Kak. Maaf udah ngerepotin."

"Enggak papa, kok. Yang ada, aku yang harusnya bilang makasih." Natha mengacak-acak rambut Viny lembut. "Gue duluan ya, Mel, Sam!" pamitnya sebelum kembali masuk ke dalam mobil.

"Iya, Kak," jawab Melody merasa mewakili dirinya dan juga Sammy karena lelaki itu hanya diam saja. "Masuk, yuk!" ajak Melody untuk memecahkan kecanggungan antara Sammy dan Viny.

***

"Ngapa surem banget sih muka lo, Sam?" tanya Lidya sambil mengambil kentang goreng di atas meja. Sejak tadi, Sammy hanya lebih banyak diam. Memang biasanya pun begitu, tapi kali ini jauh lebih diam.

"Salah makan palingan," celetuk Jevan.

Viny menatap Sammy, tapi lelaki itu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Tadi lo jadi dianterin Kak Natha?" tanya Lidya pada Viny yang membuat Viny berhenti menatap Sammy.

"Eh, itu. Iya," jawabnya agak salah tingkah.

"Cie ... yang makin deket ajah. Kayanya dia suka sama lo deh, Vin. Perhatian banget kayanya," goda Lidya.

"Ih pipinya merah gitu," ucap Melody sambil menusuk-nusuk pipi Viny yang merona.

"Ih, apaan sih?" Viny menangkup wajahnya.

"Kayanya lo juga suka deh. Mana mungkin diperhatiin sama cowo ganteng gitu gak luluh? Mana eye smile-nya manis banget lagi."

Melody menyentil kening Lidya. "Kok jadi lo yang keliatan kesemsem sih?"

"Inget Okan, heh!" ucap Jevan.

"Kalau lo gak mau, boleh lempar ke gue, Vin," ucap Lidya yang langsung dihadiahi sentilan—lagi—dari Melody ditambah jitakan dari Jevan. "Ih! Kok gue dianiaya sih?" protesnya.

"Anak kecil makanya jangan genit-genit." Jevan menjulurkan lidahnya.

"Tau, ih! Bukannya benerin lagi nilai-nilai yang hampir turun. Awas ya, kalau UKK kamu jelek." Sifat keibuan Melody kembali terlihat.

Lidya mengerucutkan bibir. "Iya, iya. Ih, jahat bener!"

Viny hanya tertawa melihat ketiga sahabatnya. Sudah lama sekali rasanya tidak melihat tingkah mereka. "Lagian maaf, Lid. Kak Natha gak bisa gue kasih ke lo. Soalnya ..."

"Soalnya apa?" tanya Lidya bingung.

"Soalnya ..." Viny sengaja menggantungkan jawabannya dan menatap jahil ke pada para sahabatnya yang penasaran.

Melody menutup mulutnya. "Jangan-jangan lo sama dia udah jadian?" tanyanya yang langsung dijawab anggukan dan senyum bahagia dari Viny. "Serius?"

"Eh, yang bener?" Jevan hampir tersedak minumannya.

"Apa?" Lidya nampak ikut terkejut.

Bahkan Sammy pun kini menoleh ke arah Viny dengan tatapan yang tidak lain tercengang.

Viny kembali mengangguk. "Iya. Baru ajah sih."

"Oh my God! Terus gimana dia nembak lo nya?" Lidya semakin penasaran.

Viny mulai menceritakan kejadian keduanya saat di mobil tadi. Keempat sahabatnya mendengarkan tanpa memotong sama sekali. Lalu di akhir cerita, Lidya bertepuk tangan saking gembiranya.

"Wow! Mantap, Vin! Selamat, ya!" Lidya memeluk Viny dari samping.

"Wah, gila. Gercep juga itu cowo," ucap Jevan sambil menyandarkan punggung pada kursi.

"Selamat ya, Vin!" Melody ikut memeluk Viny.

"Makasih, ya." Viny tersenyum lebar.

Sammy semakin diam. Dia hanya menatap minuman di depannya sambil mengaduk-aduk menggunakan sedotan. Dan tatapannya nampak kosong.

***

"Eh, Mel. Gue mau ke toilet dulu ya, sebentar," ucap Sammy saat keduanya baru saja kembali lagi ke parkiran untuk pulang.

"Lah, bukan dari tadi."

Sammy menyeringai. "Kuncinya ada di jaket. Sekalian simpenin jaketnya di jok belakang ajah," ucapnya sambil memberikan jaketnya pada Melody.

"Oke. Ya udah, sana!"

Sammy berlari kembali masuk ke dalam kafe, meninggalkan Melody yang menggelengkan kepala karena sikap aneh Sammy seharian ini. Saat awal bertemu begitu nampak bahagia, lalu tiba-tiba diam seribu bahasa, sekarang ketahuan dia sedang menahan untuk buang hajat.

Melody mencari kunci mobil Sammy di salah satu saku jaketnya. Ada dua benda di dalam saku itu. Melody mengambil keduanya dan menatap bingung benda kedua yang dia temukan selain kunci mobil.

Sebuah medali.

Melody mengerutkan kening karena bingung mengapa sahabatnya itu menyimpan benda seperti ini. Perlahan dia membaca tulisan di medali itu. Lalu matanya membulat sempurna.

Kini Melody tau, mengapa sikap Sammy berubah drastis hari ini.

***

Bersambung~~

Jangan anarkis gais!

See you tommorow~~

LimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang