Bagian 42

428 77 4
                                    

Sammy menatap punggung seorang gadis dari kejauhan. Cukup lama dia hanya berdiri di sana dan berpikir—lebih tepatnya memantapkan hati—sebelum melangkah mendekati meja si gadis yang mungkin sudah lama menunggunya.

"Hai," sapa Sammy dengan senyum tipis—amat tipis.

Gadis itu menoleh. "Eh, hai! Duduk," ucapnya agak canggung.

Sammy duduk di kursi kosong di depan gadis itu. Sudah terlalu lama tidak melihatnya sedekat ini, membuat Sammy menggaruk tengkuknya untuk menutupi rasa canggung.

"Mau kopi?"

Sammy menggeleng. "Enggak. Aku udah lama gak ngopi."

"Eh?" Gadis itu nampak sedikit terkejut. Sebegitu lamanya kah mereka tidak saling mengetahui kabar satu sama lain hingga dia tidak tau kebiasaan Sammy sudah berubah?

"Jadi, kenapa, Mi?" Sammy rasa dia tidak boleh berlama-lama berada di sini.

Naomi menghela napas pelan sambil memejamkan matanya sejenak sebelum berucap, "Gimana kabar kamu?"

"Baik, Mi," jawab Sammy. "Udah jauh lebih baik," tambahnya.

"Syukur deh." Naomi tersenyum sambil menunduk. Entah mengapa menatap Sammy seperti suatu yang sulit untuknya.

Lalu ada jeda beberapa menit di antara keduanya. Hanya terdengar suara obrolan dari meja lain yang diiringi lagu Pelangi dari grup vokal yang belakangan tengah hits. Sammy yang merasa bukan dia yang mengundang pertemuan ini memilih menunggu Naomi untuk menyampaikan tujuannya.

"Aku denger kalau Ve selama ini sukanya sama Mario." Naomi menggigit bibir bagian bawahnya. "Kenapa kamu gak pernah bilang?"

Sammy menyandarkan punggungnya. Dia tidak menyangka hal ini yang akan dibahas oleh Naomi setelah sekian lama mereka tidak saling berbicara. "Itu bukan hak aku. Ve emang cerita tentang perasaannya sama Mario, tapi aku gak berhak ngasih tau siapapun tentang rahasia kecil itu."

Naomi kini berani menatap mata Sammy. "Tapi karena kesalahpahaman ini kita putus, Sam."

"Sebelumnya aku udah sering bilang kan, kalau aku sama Ve cuma sekedar temen doang? Aku bilang berkali-kali, dan berkali-kali juga kamu gak percaya."

"Kamu harusnya kasih tau aku ada apa antara kamu sama Ve lebih jelas."

"Aku rasa apa yang temen-temen aku ceritain ke aku, aku gak harus bilang ke kamu. Siapapun. Bahkan hal ini pun gak pernah aku ceritain ke Viny."

Naomi memejamkan mata sejenak untuk mengatur emosinya. "Tapi gara-gara ini kita putus, Sam."

Sammy tersenyum tipis. "Yang buat kita putus bukan Ve dan Mario, Mi. Tapi keputusan kamu. Kamu yang selalu gak percaya sama hubungan aku dan Ve. Juga salah aku yang malah ikut kebawa emosi waktu itu."

"Aku minta maaf, Sam. Semua salah aku." Naomi menundukkan kepala. "Aku masih sayang sama kamu."

Sammy terdiam. Suara Naomi menyaratkan penyesalan yang begitu dalam. Sammy tau Naomi mati-matian untuk membuat suasana tetap terkendali. Gadis di depannya berusaha mengalah untuk perasaannya.

"Mi." Sammy mendekatkan dirinya pada Naomi dan mengangkat dagu gadis itu agar kembali menatapnya. "Aku juga sayang sama kamu. Tapi aku rasa gak akan sama kaya dulu waktu aku pertama kali jatuh hati. 

"Sebulan lebih kita jauh buat aku punya waktu banyak buat berpikir tentang hubungan kita. Selama ini aku emang egois. Selalu cari pembenaran atas apa yang aku lakuin. Aku gak bisa jadi apa yang kaya kamu mau. Selama hubungan kita, aku ngerasa gak pantes sama perempuan sesempurna kamu."

LimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang