Bagian 38

455 84 50
                                    

"Pagi dede Lidya," goda Sammy pada Lidya yang sedang berdiri di dekat gerbang sekolah. Saat tadi Sammy dan Melody masuk dengan mobilnya, mereka melihat Lidya sendirian seperti sedang menunggu seseorang. Atas usulan Melody, keduanya memutuskan menghampiri Lidya dulu sebelum ke kelas.

"Jangan godain Lidya!" bela Melody.

Sammy tertawa kecil. "Iya deh, yang miliknya gak boleh digodain," ucapnya yang dihadiahi oleh Melody.

Sammy hanya tertawa kecil sambil mengelus bahunya yang baru saja dipukul.

Lidya mendelik. "Apaan sih, pagi-pagi udah pada jayus ajah."

"Cie Lidya marah." Melody mengaitkan tangannya pada tangan Lidya. "Jelek tau, pagi-pagi udah judes gitu mukanya."

Lidya tersenyum tipis karena tidak tega bila sampai tidak membalas senyuman Melody. "Kalian berangkat bareng lagi? Kayanya makin sering deh liat kalian barengan," tanyanya.

Sammy mengangguk. "Iseng kalau berangkat sendiri. Lagian searah juga."

"Sama lumayan, gue irit ongkos," tambah Melody sambil menyeringai. "Lo ngapain sih di sini?"

"Nungguin Okan?" tanya Sammy.

Lidya menggeleng. "Gue nungguin Viny. Tadi dia chat gue buat bantuin dia jalan ke kelas."

"Oh, iya. Hari ini dia udah mulai sekolah. Semalem gue tawarin buat jemput, dia bilang mau dianterin kak Yoga. Kemarin dia udah bisa jalan sih walau masih pake kruk."

"Gak betah pasti dia lama-lama gak sekolah. Apalagi udah mau UKK gini."

"Tumben Lidya cepet paham." Melody mengusap-usap pipi Lidya, membuat perlahan pipi gadis itu memerah.

"Ih, apa sih?" Lidya menangkup kedua pipinya sambil tersenyum malu.

Belum sempat Sammy dan Melody kembali menggoda Lidya, terdengar suara seseorang memanggil nama Lidya.

Viny keluar dari mobil dan mencoba berdiri dengan kruk.

Lidya segera berjalan mendekati Viny, sedangkan Sammy terdiam sesaat ketika melihat siapa yang keluar dari kursi pengemudi dan membantu Viny berdiri.

"Sam," panggil Melody yang membuat Sammy mengalihkan pandangannya. Belum sempat Sammy berkata apapun, tangan Melody sudah menarik Sammy.

"Pelan-pelan," ucap Natha sambil membantu Viny melangkah perlahan menggunakan kruk di tangan kanannya.

"Biar gue yang bantu ajah, Kak," ucap Lidya sambil membantu Viny.

"Makasih ya, Lid," ucap Natha dan memperlihatkan senyum khasnya.

Melody ikut membantu. "Beneran udah bisa sekolah, Vin?" tanyanya nampak khawatir.

"Udah kok. Cuma jalan doang yang harus gini. Hehe."

Sammy berdiri di depan Viny, menatap gadis itu dan Natha bergantian dengan wajah datar. "Katanya mau dianterin Kak Yoga. Tau gitu kan sekalian tadi aku jemput sama Melody."

"Em ... itu ..." Viny menatap Natha sesaat. "Mobil Kak Yoga mogok. Terus ayah udah berangkat ke kantor pagi-pagi banget. Jadi Kak Yoga minta Kak Natha nganterin aku," jelasnya.

"Lagian gue juga lagi gak ada kerjaan," tambah Natha.

Sammy menatap datar Viny. "Oh, gitu," ucapnya sebelum mengambil tas yang dipegang tangan kiri Viny sedari tadi. Lalu tanpa peduli pada tanya yang dia tinggalkan di kepala Viny, Sammy berjalan lebih dulu di depan ketiga sahabatnya.

"Salah makan itu anak," celetuk Lidya yang dihadiahi sentilan keras di keningnya dari Melody.

***

LimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang